Nyonya Sekejap membekukan tubuhnya di tanah lalu menjelaskan: "Jika ritual pengorbanan gagal, sang Kaisar tidak bangkit kembali. Namun vitalitas dan energi spiritual yang terkristal di raganya tetap tersisa. Jika tidak ada yang mengambilnya, lama-kelamaan akan membentuk mutiara spiritual yang mirip dengan Batu Jiwa. Mutiara ini hanyalah semi-jadi dari Batu Jiwa, tidak memiliki kemampuan regenerasi. Tapi jika diserap oleh makhluk roh lain, bisa meningkatkan gen kehidupan dasar mereka - bahkan Di Ling pun tidak terkecuali."
"Bagaimana kau tahu mutiara itu masih ada? Bisa jadi sang Kaisar yang membuat ritual ini sudah mengambilnya sejak lama," Han Sen mengerutkan kening bertanya.
"Aku curiga sosok Yasha yang kau sebutkan itu sebenarnya sang Kaisar pembuat ritual. Mungkin terjadi insiden tak terduga setelahnya sehingga dia tidak bisa kembali mengambil mutiara. Sekarang setelah bebas, barulah dia datang untuk mengambilnya," jawab Nyonya Sekejap.
"Itu semakin buruk! Kau pikir kita bisa menandingi seorang Kaisar?" Han Sen semakin tidak berani mendekat.
Di dalam gua bawah tanah itu, makhluk mengerikan seperti Naga Putih pun tidak bisa membunuh Yasha. Meski Han Sen telah membuka tiga kunci gen, dia tetap tak berani mengklaim bisa mengalahkan Yasha yang dipenuhi kekuatan gelap.
Jika bukan karena kehadiran Bao'er dan pembukaan kunci gen ketiga yang bisa memutus tujuh indra, dia sama sekali tak berani menjejaki lokasi Yasha.
Nyonya Sekejap tampak terburu-buru, tapi dengan susah payah menjelaskan: "Berdasarkan deskripsimu sebelumnya, saya estimasi Yasha yang keluar dari Kuali Perunggu itu belum sepenuhnya pulih tenaganya. Pertarungannya melawan Naga Putih mungkin juga membuatnya terluka parah. Jika kita segera ke sana, mungkin masih ada kesempatan."
"Itu hanya hipotesismu! Jangan lupa, Batu Jiwamu sudah melebur sempurna dengan raga. Jika kau tewas di sini," Han Sen mengingatkan dengan tegas, "tidak akan ada regenerasi sama sekali. Ini bukan main-main!"
"Aku tidak akan bermain-main dengan nyawaku sendiri. Bukankah kamu bilang sepanjang jalan ada mayat-mayat makhluk mutan? Jelas vitalitasnya terlalu lemah, sedang menyerap esensi makhluk-makhluk itu untuk memulihkan raganya. Kalau tidak terluka parah, mana mungkin seorang Kaisar akan menggunakan sumsum otak makhluk mutan level rendah. Lagipula, jika Yasha Malam itu mengejar Bola Spiritual, pasti sekarang dia sedang menyerapnya. Saat penyerapan bola spiritual itulah momen paling rapuhnya. Asal kita bisa menemukannya, kita bisa melukai parah bahkan membunuhnya, lalu membawa pergi sisa Bola Naga."
Han Sen berpikir, memang benar. Nyonya Sekejap tidak mungkin menganggap remeh nyawanya sendiri. Apalagi jika benar bisa meningkatkan gen kehidupan dasar, Han Sen sangat membutuhkannya.
"Baik, mari kita periksa." Han Sen menepuk-nepuk Bao'er dalam pelukannya. Keberadaan bocah ini memberinya sedikit keyakinan.
Sepertinya Yasha Malam itu memang belum pulih sepenuhnya. Kalau tidak, pasti dia sudah berhasil membunuh Naga Putih itu.
Nyonya Sekejap yang telah memulihkan kebebasannya segera menuju kedalaman hutan duri. Han Sen menggendong Bao'er mengikuti dari belakang.
Bao'er memeluk botol susunya, mata besarnya menatap penuh rasa ingin tahu ke sekeliling, seolah dipenuhi rasa penasaran terhadap segala sesuatu tanpa sedikit pun terlihat takut.
Meski terburu-buru, Nyonya Sekejap berjalan sangat hati-hati di depan. Jelas terlihat ia masih memiliki pertimbangan. Sepanjang jalan ini hampir tidak ada makhluk mutan yang dijumpai, area ini seperti wilayah mati yang hanya dipenuhi tumbuhan duri tanpa tanda-tanda kehidupan lain.
Baru berjalan sekitar sepuluh li, tiba-tiba Nyonya Sekejap berhenti. Dengan suara direndahkan sambil menunjuk ke depan, ia berkata: "Di sanalah tempatnya, Tanah Persembahan Kematian ada di depan."
Han Sen berdiri di sisi Nyonya Duri sambil melihat ke arah yang ditunjukkannya. Tumbuhan duri di depan sudah berjejal sangat rapat saling mengikat, tidak ada celah antar sulur. Dari kejauhan, tampak seperti kastil monster raksasa yang ditenun dari tumbuhan duri, terkesan sangat mengerikan.
Han Sen dan Nyonya Sekejap sedang ragu-ragu apakah akan masuk ke dalam kastil duri itu, ketika tiba-tiba terdengar raungan monster dari dalam rimbunan duri.
Suara itu mirip auman singa dan harimau, membawa gelombang suara mengerikan yang menyembur keluar dari sela-sela duri. Terkena gelombang suara itu, dada Han Sen dan Nyonya Sekejap langsung bergejolak, darah dan amarahnya nyaris menyembur keluar.
"Bahaya! Ada Makhluk Dewa Super di dalam!" seru Nyonya Sekejap dengan ekspresi berubah drastis, sambil menghapus darah di sudut bibirnya.
Han Sen juga tak sempat membersihkan darah di sudut bibirnya, buru-buru memeriksa kondisi Bao'er. Ternyata mata besar Bao'er sedang menatap ke arah sumber gelombang suara itu dengan wajah penasaran, tanpa tanda-tanda cedera sama sekali.
"Ayo pergi." Han Sen tak ragu-ragu, langsung ingin mundur.
Mengingat ada Makhluk Dewa Super di dalam sana, itu sudah di luar jangkauan mereka. Tak perlu lagi nekat masuk.
Namun sebelum Han Sen sempat mundur, tiba-tiba terlihat siluet melesat keluar dari kastil duri itu. Han Sen segera mengaktifkan aura Dongxuan untuk menyamarkan keberadaan mereka, sambil bersembunyi di balik semak duri.
Sosok yang keluar dari kastil duri itu ternyata seekor lipan besar sepanjang belasan meter. Cangkang tubuhnya retak di beberapa bagian, terlihat terluka cukup parah. Setelah merangkak keluar, ia segera menghilang ke dalam hutan duri.
Tak lama setelah lipan besar itu pergi, siluet lain tiba-tiba muncul dari kastil kuno berduri. Itu adalah Yasha.
Kondisi Yasha sekarang tak kalah parah. Rambutnya acak-acakan, tubuhnya penuh luka. Baju zirah bergaya sisik keabuan-nya sudah rusak di banyak bagian, tergantung seperti barang rongsokan di tubuhnya.
Bahkan salah satu lengannya patah. Entah terbelah oleh apa, hanya tersisa sedikit daging yang menempel di bahunya, berayun-ayun di sisinya.
"Sialan Kaisar Naga! Kau berani merancang jebakan untukku? Ini belum berakhir!" teriak Yasha marah. Ia menekan lengan yang hampir putus itu lalu terbang pergi, menghilang dalam sekejap mata.
Han Sen tertegun seperti patung, ternyata bahkan Yasha pun mengalami kerugian besar di kastil kuno itu. Dari ucapan terakhirnya, sepertinya dia menjadi korban kalkulasi seseorang. Hal ini agak berbeda dengan hipotesis Nyonya Sekejap.
Han Sen memandang Nyonya Sekejap, tapi sang ratu justru mengerutkan kening sambil berpikir. Setelah beberapa saat, barulah ia menegakkan kepala dan berkata: "Saat masih di Perlindungan Ketiga dulu, aku pernah mendengar tentang sosok Kaisar Naga. Jika Kaisar Naga di kastil duri ini benar-benar yang itu, maka ini benar-benar mengerikan."
"Bicara." Kini Han Sen justru tak terburu-buru. Mengingat Yasha saja sudah kembali dengan kekalahan, hasratnya terhadap Mutiara Rohani pun mulai memudar.
Nyonya Sekejap berkata: "Saat itu Kaisar Naga sudah menjadi salah satu penguasa terkemuka di Perlindungan Ketiga. Dengan kekuatan naga langka yang mampu menembus segala hukum alam, tubuh fisik dan aura naganya tak tertandingi. Saat berkuasa, semua makhluk tunduk padanya. Jika bahkan dia gagal mencapai Perlindungan Suci Tuhan Keempat dan malah menemui ajal, maka peluangku untuk naik ke Perlindungan Suci Keempat semakin tipis."
"Kamu masih mau pergi?" Han Sen menoleh ke arah Kastil Berduri sambil bertanya.
"Bahkan Yasha saja mengalami kerugian besar. Dengan kekuatan kita sekarang, tentu tidak mungkin masuk lagi." Nyonya Sekejap menggelengkan kepala.
Han Sen mengangguk pelan. Pikirannya sama. Tidak perlu mengambil risiko seperti itu, apalagi dia sedang membawa Bao'er.
Namun sebelum sempat berbalik pergi, tiba-tiba Bao'er melonjak dari pelukannya. Dengan gesit merangkak menggunakan tangan dan kaki ke arah Kastil Berduri, bocah itu menghilang masuk ke dalam seperti pesawat jet.
