Han Sen mengatupkan gigi mati-matian mengejar dari belakang, tapi tetap tak bisa menyusul. Kecepatan Raja Kera seolah-olah menggunakan cheat, tak lama kemudian lenyap dari pandangan.
Justru beberapa monyet biru yang galak menerjang Han Sen. Dengan konsentrasi penuh, Han Sen menghentikan pengejaran terhadap Raja Kera, memutus tujuh indra kawanan monyet itu lalu diam-diam menyelinap pergi dan bersembunyi.
Setelah kawanan monyet biru itu memulihkan tujuh indra mereka dan tak menemukan Han Sen, mereka segera bubar. Hampir seluruh monyet biru bergerak menuju satu arah yang sama.
"Aku tak percaya kali ini masih gagal menemukanmu," gumam Han Sen sambil diam-diam mengikuti gerombolan monyet biru itu.
Setelah menempuh puluhan kilometer, terlihat sebuah gunung besar di depan. Seluruh monyet biru itu berlarian menuju puncak gunung.
Dari kejauhan, Han Sen menyaksikan gunung raksasa yang menjulang menembus awan. Sebuah air terjun bak naga perak mengalir deras dari ketinggian, pemandangan yang sungguh megah.
"Tampaknya sarang Raja Monyet ada di gunung itu, akhirnya kita menemukan lokasi tujuannya. Aku ingin lihat kamu mau kabur ke mana lagi." Han Sen merasa berbangga, dalam hatinya berpikir: "Meski kali ini aku tidak bisa membunuhmu, tapi sekarang aku tahu sarangmu di sini. Kalau kamu berani mengacau tempat perlindunganku lagi, aku akan datang ke sini untuk membantai anak buahmu. Lihat siapa yang lebih jago."
Berjalan ke arah gunung besar, semakin mendekat semakin terasa kesan mengerikan dari keagungan gunung ini. Berdiri di kaki gunung, hanya terlihat awan putih bergulung-gulung di langit, tapi puncak gunung sama sekali tidak kelihatan.
Air terjun perak yang mengalir deras dari awan itu seperti naga perak yang menyembul dari langit lalu terjun bebas, benar-benar pemandangan langka yang sulit ditemukan.
"Aneh, dari mana asal air terjun ini?" Han Sen memandang sekeliling, menemukan ini adalah gunung tunggal yang tidak terhubung dengan pegunungan lain maupun memiliki dataran tinggi di belakangnya.
Sebuah gunung besar berdiri menyendiri di sini, tapi ada air terjun yang mengalir dari atasnya. Bukankah ini sangat tidak biasa?
"Apakah sumber air ini berasal dari langit?" Han Sen diam-diam tersenyum dalam hati, merasa dirinya terlalu banyak berpikir.
Memandangi gerombolan monyet itu memanjat gunung besar, ternyata mereka semua bergerak menuju air terjun, merayap di antara ambang tebing curam dan satu per satu masuk ke dalam air terjun.
Han Sen terkejut melihat begitu banyak monyet tiba-tiba menghilang tak lama kemudian, seolah-olah lenyap begitu saja tanpa jejak.
Setelah mengamati air terjun sejenak, Han Sen akhirnya memanjat gunung itu juga. Menyusuri dinding tebing menuju air terjun seperti yang dilakukan monyet biru itu.
Bagaimanapun juga gerombolan monyet ini bukanlah lawannya. Bahkan jika raja monyet benar-benar menunjukkan sifat galak, Han Sen tetap percaya diri bisa mempertahankan diri, apalagi masih ada Bao'er di sisinya.
Saat ini Han Sen hanya ingin menyelidiki apa sebenarnya yang dilakukan monyet-monyet itu di balik air terjun.
Setelah Han Sen mendekati air terjun, barulah ia menyadari ada keajaiban tersembunyi di baliknya. Di setengah pinggang air terjun, terdapat sebuah lubang batu yang tersembunyi di balik tirai air. Rupanya para monyet itu menyusup masuk ke dalam gua.
Han Sen mengaktifkan aura Dongxuan untuk memindai bagian dalam gua. Namun tak terdeteksi jejak monyet sama sekali, bahkan kedalaman gua pun masih menjadi misteri.
Bao'er juga mengamati mulut gua dengan penasaran. Jari mungilnya menunjuk ke dalam sambil bertanya dengan kebingungan: "Ayah, mana Houzi?"
"Di dalam sini, nanti kita lihat." Han Sen melangkah masuk sambil terus mempertahankan medan energi Dongxuan untuk memindai, khawatir terjebak tipu muslihat para monyet.
Namun tak terjadi hal mencurigakan. Lorong gua yang melandai ke bawah ini seolah tak berujung. Setelah menempuh setidaknya tiga kilometer, rombongan monyet tetap tak terlihat bayangannya.
Di dalam gua semakin gelap, bahkan dengan kemampuan visual Han Sen, ternyata dia merasakan kegelapan di hadapannya, hampir tidak bisa melihat wajah kecil Bao'er dalam pelukannya dengan jelas.
Meski aura Dongxuan masih aktif, tetapi di sekitarnya sama sekali tidak ada monyet atau makhluk hidup lain, jadi tetap tidak bisa merasakan apapun.
Han Sen berjalan sambil memegang dinding batu, diam-diam berpikir: "Untuk apa monyet-monyet itu lari ke tempat angker seperti ini? Jangan-jangan ada harta yang disembunyikan di sini?"
Memikirkan itu, semangat Han Sen semakin membara, dia terus melanjutkan perjalanan sambil berpegangan pada dinding batu.
Gua batu ini tidak memiliki cabang, hanya sebuah terowongan yang terus menurun secara diagonal. Han Sen tidak perlu khawatir tersesat, kalau tidak dia pasti sudah kabur sejak tadi.
Setelah berjalan puluhan kilometer, Han Sen mulai curiga apakah dia sekarang sudah berada di bawah tanah, karena mustahil gunung ini begitu besar - sudah berjalan jauh namun belum juga keluar.
Tapi tiba-tiba terlihat secuil cahaya di depan, sepertinya mulai menunjukkan adanya pintu keluar, membuat Han Sen berseri-seri dalam hati. Ia memeluk erat-erat Bao'er dan mempercepat langkah menuju sumber cahaya itu.
Tak berapa lama, cahaya semakin membesar. Memang benar ada pintu keluar! Han Sen mempercepat langkahnya. Saat sampai di mulut gua, ia melihat pemandangan lembah di luar.
Terlihat jelas kawanan monyet biru sedang bermain di lembah. Berbagai pohon buah dengan buah-buahan asing yang belum pernah ia lihat sebelumnya bergelantungan di dahan-dahan.
"Apa ini semua tumbuhan gen?" Han Sen tertegun memandangi kebun buah seluas itu. Perasaan takjub dan girang bercampur - hamparan kebun buah sebesar ini ternyata seluruhnya adalah tumbuhan gen! Dari tubuh mereka terpancar vitalitas yang sama sekali berbeda dengan tumbuhan biasa.
Lebih mengejutkan lagi, banyak buah-buahan di antara tumbuhan gen itu yang sudah matang sempurna. Kawanan monyet biru itu sibuk memetik dan melahap buah-buahan dari pohon.
"Sukses besar, kali ini benar-benar Sukses besar. Ada begitu banyak tumbuhan gen dengan vitalitas sekuat ini, pasti semuanya barang bagus. Kali ini benar-benar menghasilkan keuntungan." Han Sen sangat ingin langsung merebut semua buah itu untuk dirinya sendiri.
Sorot mata besar Bao'er semakin berkilauan, meronta-ronta ingin memeluk erat pohon dan memetik buah untuk dimakan.
"Jangan buru-buru, kita belum tahu ini buah apa, entah apakah bisa dimakan." Han Sen memeluk Bao'er tidak membiarkannya terobos, sorot matanya tertuju pada monyet-monyet biru itu, mengamati buah apa yang mereka makan sambil mencatat diam-diam di hati.
Tumbuhan gen alamiah tidak bisa sembarangan dimakan, apalagi tumbuhan gen di sini agak aneh, membuat Han Sen sedikit kurang yakin.
Alasan disebut aneh adalah karena tumbuhan gen di sini ternyata seluruhnya hanya menghasilkan buah-buahan, selain buah tidak ada apa-apa lagi.
Di tengah hutan buah ini, terdapat beragam jenis tumbuhan gen. Hanya dengan mata telanjang, Han Sen sudah bisa melihat tidak kurang dari seratus spesies tumbuhan gen.
Namun tak satu pun tumbuhan gen ini menghasilkan pedang atau senjata, tidak ada yang melahirkan makhluk mutan atau roh binatang, apalagi yang menghasilkan makhluk roh atau harta karun mistis sejenisnya.
Seluruh area dipenuhi buah-buahan. Dari cara monyet biru itu makan, terlihat mereka tak pilih-pilih - buah dari berbagai pohon mereka petik dan makan, seolah tidak ada buah yang berbahaya untuk dikonsumsi.
Han Sen masih bisa menahan diri, tapi Bao'er sudah tidak tahan lagi. Melepaskan diri dari pelukan Han Sen, dengan gesit ia merangkak ke sebuah pohon buah. Secepat kilat sudah sampai di bawah pohon, sambil mengoceh riang ia memanjat, meraih sebuah buah merah besar, lalu langsung menyelipkannya ke mulut.
