Tubuh Han Sen menyala-nyala semburan api darah, membakar semua serangga yang menyerbu Wang Yu menjadi debu. Dengan susah payah Wang Yu berdiri, namun luka di kakinya terlalu parah. Kemampuan bertarungnya sudah jauh berkurang.
Di sisi lain, Chen Hu menjerit keras sambil menutupi wajahnya dan terjatuh. Han Sen kembali melepaskan semburan api darah untuk menyelamatkan Chen Hu sejenak.
Namun kemampuan seorang Han Sen memang terbatas. Dalam sekejap, dia kewalahan mengurus satu per satu, sama sekali tak bisa menyelamatkan semua orang.
"Bao'er, tangkap serangga-serangga ini!" teriak Han Sen pada Bao'er. Tapi Bao'er tetap diam membeku di punggungnya. Mata besarnya menatap tajam ke satu arah, seolah sedang mengawasi sesuatu yang tak kasat mata.
Han Sen melihat Bao'er tidak bergerak, hatinya gelisah. Dirinya sendiri sebenarnya bisa kabur, membunuh keluar pun tidak sulit. Tapi jika terus begini, Chen Hu dan yang lain akan kehilangan nyawa.
Bahkan Lin Weiwei yang mengenakan Baju Zirah Darah Suci, saat ini zirahnya sudah penuh retakan akibat gigitan. Tidak tahu sampai kapan baju zirah ini bisa bertahan.
Bao'er masih menatap ke kejauhan, seolah sedang berdiam diri. Sama sekali tidak ada tanda-tanda dia akan memanggil labunya.
Han Sen yang sedang gelisah tiba-tiba mendengar raungan panjang aneh bagai menembus awan dan membelah batu meledak di udara. Getarannya menggoyangkan mereka hingga hampir terjatuh, serangga-serangga emas pun terhenti sejenak.
Han Sen merasa suara raungan itu terdengar familiar. Setelah berpikir sejenak, dia teringat - suara ini mirip raungan serigala, tapi agak berbeda.
Saat pertama kali mereka memasuki Pegunungan Hantu, mereka mendengar raungan panjang ini. Setelah itu, serigala besar ungu yang mistis itu tiba-tiba mundur.
Han Sen tiba-tiba teringat. Setelah itu, sepanjang perjalanan mereka tiba-tiba mendapat perlindungan dari banyak makhluk mutan. Bahkan Makhluk Dewa Super pun menganggapnya seperti keluarga, mengawal mereka dan memberikan hadiah berharga pada Han Sen. Semua ini terjadi setelah raungan itu.
Kini raungan itu kembali terdengar. Han Sen tak tahu kejadian aneh apa lagi yang akan terjadi.
Namun Han Sen agak kecewa. Setelah raungan, serangga emas itu tidak mundur. Mereka hanya membeku sejenak sebelum menyerbu seperti gelombang dahsyat.
Tapi di detik berikutnya, cahaya perak meledak di langit menyinari seluruh angkasa. Suara mengerikan itu langsung membuat Lin Weiwei dan yang lain terlempar ke tanah.
Saat mereka hampir putus asa, cahaya perak itu tiba-tiba meledak dan berubah menjadi ribuan petir perak yang menghujam dari langit, bagaikan air terjun perak tak terhitung jumlahnya yang mengalir deras dari cakrawala.
Gelombang petir perak menghantam gerombolan serangga emas, dalam sekejap menyebar seperti jaring laba-laba raksasa. Jutaan serangga emas langsung dihapuskan menjadi ketiadaan di bawah hantaman petir perak ini.
Lin Weiwei dan yang lain terpana. Hanya area kecil tempat mereka berdiri yang tersisa, sementara di sekelilingnya hujan petir perak mengerikan terus mengguyur, membersihkan seluruh serangga emas tanpa menyisakan sedikit pun sisa.
Berapapun jumlah serangga emas yang menerjang lautan petir perak ini, hasilnya tetap sama - semuanya dibersihkan secara instan, membuat siapapun yang menyaksikan tertegun seperti patung.
"Tidak mungkin..." Han Sen ternganga lama tak bisa menutup mulutnya. Sebuah gagasan yang tak terbendung muncul di benaknya. Matanya semakin membelalak sementara wajahnya memancarkan campuran kekaguman dan rasa tak percaya.
Di tengah lautan petir perak itu, arah pandangan Bao'er tiba-tiba menampakkan sosok kecil yang bersinar terang diterpa kilat, melangkah perlahan di antara guruh.
Ternyata seekor rubah perak mungil seukuran kucing besar, berjalan anggun bak sedang menyusuri taman, keanggunannya tak terbendung.
Setiap petir yang menyambar tak satupun menyentuhnya, seolah membuka jalan baginya menuju posisi Han Sen.
"Tidak mungkin..." Han Sen gemetar, matanya memerah tak terkendali oleh gejolak emosi.
Kini Han Sen paham, alasan Raja Serigala mundur tiba-tiba dan keramahan makhluk-makhluk aneh di Pegunungan Hantu.
Semua ini karena sosok tak terlihat yang melindunginya, mengawal perjalanannya melintasi pegunungan maut.
"Si Perak Kecil!" Han Sen akhirnya tidak tahan lagi berteriak, melangkah besar ke arah rubah kecil perak yang datang di tengah hujan petir, kegembiraannya begitu besar hingga tak bisa berkata-kata, hanya mampu menyebut tiga kata itu.
Para dewa petir membuka jalan untuk Han Sen. Dengan satu tarikan napas, Han Sen menerobos masuk ke depan rubah perak itu, mengangkatnya dalam pelukan, mencium keras dahinya, lalu memeluk erat sambil mengusap-usap kepala kecil itu dengan tangan besarnya.
Si Perak Kecil menunjukkan wajah masam penuh kepasrahan, citra elegannya lenyap seketika. Lidah mungilnya menjilat-jilat lembut telapak tangan Han Sen, kepala kecilnya menggesek-gesek dada Han Sen dengan penuh keakraban.
Bao'er yang tiarap di punggung Han Sen memicingkan matanya, mengawasi Si Perak Kecil dengan serius. Sorot permusuhan terpancar dari pupil matanya, jelas tak menerima pembagian kasih sayang Han Sen ini.
Serangga emas menghilang tanpa jejak, petir di langit pun berhenti. Xiao Yin Yin dalam pelukan Han Sen melirik Bao'er yang sedang menempel di bahunya. Pandangan manusia dan rubah itu bertabrakan di udara, seolah-olah memercikkan bunga api.
Namun hanya dengan sekali pandang, manusia dan rubah itu sama-sama memalingkan kepala, tak ada yang mau saling memandang lagi.
Han Sen tak menyadari hal ini. Seandainya tahu, pasti akan terkejut. Dulu saat hendak membuang labu itu, Xiao Yin Yin-lah yang mengambilnya kembali.
Tak disangka, pertemuan antara manusia dan rubah ini justru terlihat saling bermusuhan.
Han Sen masih ingin berbicara sambil memeluk Xiao Yin Yin, tiba-tiba terdengar suara ledakan keras bergemuruh. Tanah di kejauhan terbelah, seekor serangga besar berwarna keemasan merangkak keluar dari retakan bawah tanah.
Serangga emas itu berwujud sangat aneh, bagian bawahnya mirip ular, sedangkan tubuh atas yang mendongak memiliki banyak cakar yang menyerupai kaki lipan. Kepalanya seperti kalajengking, dengan sembilan benda mirip ekor racun tumbuh di punggungnya.
Penampilannya terlihat mengerikan dan jahat, ditambah aura menakutkan yang dimilikinya, seolah dewa jahat dari neraka bawah tanah berhasil kabur.
Dalam pancaran keemasan itu, serangga emas mengaum ke langit. Aura mengerikan langsung menyebar seperti gelombang kejut. Chen Hu dan kawanan yang sudah terluka langsung terlempar, menggelinding jauh sebelum berhasil menstabilkan diri dengan tubuh penuh debu.
Usai mengaum, ekor racun di punggung serangga emas bergoyang. Ujung-ujung sengatnya mengarah tajam ke Han Sen dan Si Perak Kecil dalam pelukannya.
Boom!
Terlihat sembilan sinar keemasan meluncur deras dari ujung ekor, bagaikan sembilan laser mengerikan yang menembak ke arah Han Sen. Kecepatannya di luar nalar, kekuatannya seolah mampu menembus bahkan ruang hampa, menciptakan distorsi aneh di kehampaan.
Si Perak Kecil melompat keluar dari pelukan Han Sen, mendarat di depan Han Sen. Petir perak di tubuhnya mengkristal, dalam sekejap berubah menjadi rubah petir raksasa berwarna perak. Empat kakinya mencengkeram langit dan bumi, sementara ekor listriknya menusuk ke arah kehampaan.
Persis saat sembilan sinar keemasan hendak menghantam tubuh Rubah Petir, Si Perak Kecil mendongak dan menggeram. Petir perak mengerikan langsung menyembur deras.
