"Kutanya, siapa kau?!" Santo Pedang terus menatap tajam ke arah Han Sen.
"Siapa aku? Apa kau layak mengetahuinya?" Han Sen memicingkan mata sambil balik bertanya, pikirannya berputar cepat.
Di pupil Santo Pedang Kaisar menggelegak niat membunuh, seluruh dirinya bagai pedang legendaris yang terhunus dari sarungnya. Saat jari telunjuknya menunjuk, kilatan cahaya di ujung jari ternyata mematerialisasi pedang kuno yang langsung menusuk ke arah Han Sen. Pedang itu melesat bak kilat, hanya sekejap mata telah sampai di dahi Han Sen.
Han Sen memutar tubuhnya lincah seperti burung layang-layang, dengan anggun menghindar dari tusukan pedang kuno tersebut.
Aura pembunuhan di sorot mata Santo Pedang Kaisar semakin menjadi-jadi. Ujung jarinya terus menari-nari, setiap jari yang ditunjukkannya memunculkan pedang kuno yang berbeda: jari kelingking mengeluarkan pedang sempit, jari tengah memunculkan pedang berat yang besar dan panjang, sementara ibu jari menghasilkan pedang pendek namun lebar.
Lima jenis pedang dari lima jari memiliki ciri khas masing-masing. Ada yang menusuk, menghujam, memangkas, atau menghantam. Berbagai macam pedang kuno itu menyatu menjadi formasi pedang yang berusaha membunuhnya diam-diam.
Han Sen memeluk Bao'er tanpa melawan, posturnya bergerak lincah seperti burung di tengah formasi pedang itu. Meski formasi pedang begitu hebat, ternyata tak mampu menyentuh ujung gaunnya sedikitpun.
Pedang kuno Santo Pedang Kaisar menyatu dengan jarinya. Sepuluh jarinya mengeluarkan sepuluh pedang berbeda. Formasi pedang yang terjalin dari sepuluh pedang ini berlapis-lapis, aura pembunuhannya saling bertaut. Sekalipun Di Ling yang terhormat, belum tentu bisa bergerak leluasa dalam formasi ini.
Tapi Han Sen terlihat tak terlalu kesulitan. Saat menghindari pedang-pedang kuno itu, berbagai ekspresi burung dari istana muncul di otaknya.
Setiap ada situasi berbeda di udara - saat pedang menyerang dari berbagai arah - Han Sen selalu teringat gerakan salah satu burung itu. Teknik Terbang-nya yang terinspirasi burung-burung istana itu ternyata mampu dengan mudah mengelak dari jebakan maut formasi pedang Santo Pedang Kaisar.
Han Sen diam-diam bersukacita di hatinya. Dia hanya membuka tujuh kunci gen, kemampuan fisiknya meningkat banyak dari dasar 1700-1800, namun dibandingkan Di Ling masih jauh tertinggal.
Kini dengan tubuh tujuh kunci gen, dia bisa sepenuhnya menghindari formasi pedang Santo Pedang Kaisar. Ini membuktikan sikap segala burung berziarah yang ditinggalkan Phoenix Kaisar memang memiliki kegunaan ajaib yang brilian.
Tentu ini juga karena Han Sen memiliki Teknik Terbang sebagai dasar. Kalau petarung kuat yang tidak ahli di bidang ini diminta belajar, meski dia Di Ling sekalipun, mungkin sulit menunjukkan keahlian brilian seperti Han Sen.
Di dalam Perlindungan Phoenix ini, kemampuan persepsi Santo Pedang Kaisar juga sangat tertekan, pada dasarnya tidak jauh lebih baik dari Han Sen. Dia pun tidak bisa melihat niat sebenarnya Han Sen.
Xie Qingdi memiliki kekuatan mata ketiga, sehingga bisa menembus kemampuan fisik Han Sen. Namun Santo Pedang tidak punya kekuatan seperti itu, Dia bahkan sulit membedakan aura di tubuh Han Sen. Lagipula manusia di Perlindungan Ketiga hanyalah minoritas, Santo Pedang pun tidak tahu apakah Han Sen adalah makhluk roh atau manusia.
Saat ini Han Sen dengan sebuah bayi di pelukan, masih bisa bergerak bebas dalam formasi pedangnya. Hati Santo Pedang berdesir, mulai menganggap Han Sen sebagai jagoan menakutkan.
Sementara Kakak Ketujuh di sampingnya memandang Han Sen dengan takjub. Meski juga tak bisa merasakan aura Han Sen, dia ahli dalam seni membaca karakter. Dari raut wajah dan pakaian Han Sen, dia sudah tahu itu manusia. Hatinya dipenuhi keheranan.
Manusia di Perlindungan Ketiga memang tidak bisa dibilang sedikit, tapi paling-paling hanya bisa bersaing dengan roh keluarga kerajaan. Belum pernah terdengar ada manusia yang mampu menyaingi Di Ling.
Orang di hadapannya ini masih muda, terlihat jelas usianya belum genap 30 tahun, tapi ternyata bisa bertahan dalam duel melawan Santo Pedang Kaisar. Meski sang Kaisar sengaja melakukan eksperimen dan belum mengeluarkan tenaga sebenarnya, ini tetap mengejutkan.
Apalagi dia masih menggendong bayi dalam pelukan, namun tetap terlihat anggun dan tenang di tengah formasi pedang, membuat Kakak Ketujuh diam-diam mengakui kehebatannya.
"Sudah bertahun-tahun aku tidak kembali ke Alliance, apakah remaja manusia zaman sekarang sudah sehebat ini?" gumam Kakak Ketujuh dalam hati, tapi segera menyadari kejanggalan.
Menurut perhitungannya, meski manusia mengalami kemajuan signifikan dalam puluhan tahun terakhir, mustahil semua mencapai level seperti ini. Terlebih dengan usia Han Sen yang masih sangat muda, kemampuan setinggi itu memang mencurigakan.
"Santo Pedang Kaisar" yang tidak bisa menguji kedalaman kemampuan Han Sen, pupil matanya memancarkan cahaya dingin. Gelombang energi pedang dari tubuhnya menyembur ke langit, sepuluh jarinya mengayunkan sepuluh pedang kuno yang tiba-tiba terbelah. Satu pedang menjadi sepuluh, sepuluh pedang menjadi seratus. Begitu formasi seratus pedang muncul, Han Sen langsung kesulitan mempertahankan sikap anggunnya dan terjebak dalam krisis.
Bahkan dengan menggunakan "Metode Sepuluh Ribu Burung" sekuat tenaga ditambah Teknik Terbang, tetap sulit menghindar dari pembunuhan diam-diam oleh formasi pedang ini.
Tak sampai tiga menit, sebilah pedang menggores lengan Han Sen, dengan mudah membelah Baju Zirah Darah Suci dan meninggalkan goresan darah di lengannya.
"Kukira ini sosok hebat, ternyata cuma bangsawan rendahan yang bisa menghindar saja." Mata "Santo Pedang Kaisar" memancarkan aura pembunuhan yang membara. Gelombang energi pedang dari tubuhnya meledak, seratus pedang kuno semakin tajam, berubah menjadi gelombang pedang bertubi-tubi yang hendak membunuh Han Sen.
Han Sen tahu bahwa hanya dengan tujuh kunci gen pasti sulit melawan Di Ling. Apalagi kemampuan fisik dasarnya hanya sekitar seribu tujuh ratus delapan puluh. Mampu bertahan hingga sekarang sudah berkat penguatan dari Hidup Darah Sutra Saraf yang membuka tujuh kunci gen pada tubuhnya.
Penguatan seperti ini tidak sama dengan peningkatan kemampuan fisik dasar, sehingga tidak bisa digunakan untuk membuka kunci gen tingkat tinggi.
Contohnya jika Han Sen menggunakan Hidup Darah Sutra Saraf untuk membuka kunci gen ke-8, kemampuan fisiknya bisa mencapai dua ribu lebih, bahkan mendekati tiga ribu.
Tapi kemampuan fisik seperti ini hanya hasil penguatan sementara. Kemampuan fisik dasarnya tetap seribu tujuh ratus delapan puluh. Dengan penguatan tenaga sebesar itu, fisiknya sulit bertahan dalam waktu lama, kalau tidak raganya akan hancur.
Han Sen semakin cepat menghindar, tapi formasi pedang semakin mengerikan. Kini Han Sen sudah sulit menghindari serangan mematikan dari formasi pedang itu.
Tiba-tiba, postur Han Sen melesat dan ternyata muncul di belakang patung batu hasil transformasi Xie Qingdi.
Kaisar Pedang Suci tidak menyadari bahwa itu adalah makhluk Di Ling, hanya mengira patung batu biasa. Tanpa ambil pusing, formasi pedangnya langsung menghancurkan patung tersebut hingga terkoyak berkeping-keping.
"Yang Mulia, manfaatkan kesempatan untuk bebas!" seru Han Sen di balik patung dengan nada penuh semangat.
Boom!
Kulit luar patung itu terbelah, mengeluarkan siluman berlumuran darah. Cahaya keperakan memancar dari daging dan tulangnya. Setiap langkah membuat jaringan tubuhnya tumbuh kembali. Sebelum beberapa langkah, daging yang telah menjadi batu dan hancur itu telah beregenerasi sempurna.
"Bagus, bagus, bagus! Yang kau lakukan sangat tepat, paham meminjam tenaga untuk menyelamatkan junjungan. Aku akan memberimu penghargaan besar." Xie Qingdi tertawa terbahak-bahak, sangat puas dengan performa Han Sen.
"Terima kasih, Yang Mulia." Han Sen terlihat sangat bersukacita, namun dalam hati bergumam, "Andai saja aku yakin bisa mengalahkan Kaisar Pedang Suci dalam waktu satu jam status Super Di Ling, takkan kulepaskan kau keluar."
Wajah Kaisar Pedang Suci dipenuhi keterkejutan saat menyaksikan Xie Qingdi yang semakin pulih wujud aslinya. Tanpa sadar dia merintih, "Xie Qingdi!"
