"Kamu sembunyi dulu di danau, tunggu panggilanku baru keluar." Kata Xie Qingdi tiba-tiba sambil terus mengawasi kilau merah di langit jauh.
Han Sen mengiyakan dan langsung mencebur ke danau. Ia juga merasakan tenaga mengerikan yang terpancar dari kilau merah itu. Dalam hati ia berpikir: Xie Qingdi ini sebenarnya tidak jahat-jahat amat. Dia tahu kemampuanku masih kurang, jadi tidak menyuruhku bunuh diri.
Sebenarnya Xie Qingdi sudah terbiasa menyendiri, tidak pernah sekalipun merekrut anak buah. Bahkan terhadap makhluk mutan pun dia malas merekrut, apalagi makhluk roh.
Hanya karena terperangkap di Phoenix Sanctuary selama 100.000 tahun, sifatnya agak berubah. Itulah sebabnya dia tiba-tiba memutuskan merekrut Han Sen sebagai anak buah. Tapi siapa sangka anak buah ini justru menyimpan niat jahat. Xie Qingdi benar-benar bernasib sial.
Setelah mendarat di danau, mata Han Sen masih menatap kilau merah di langit. Sinar kemerahan itu semakin terang, dan segera muncul bola api seperti matahari yang melesat cepat ke arah mereka.
Dan bukan cuma satu bola. Dalam sekejap mata, empat bola matahari membawa sinar jingga memenuhi langit terbang mendekat. Di mana pun mereka melintas, api merah membentang ribuan kilometer. Bebatuan berkarbonisasi dan pepohonan di sekitarnya seperti ikut terbakar. Udara tiba-tiba mendidih, hanya Danau Air Mata yang masih tetap sejuk.
"Empat ekor Makhluk Dewa Super?" Han Sen langsung terkejut, tak tahu apakah Kaisar Iblis bisa menanganinya. Meski Kaisar Iblis kuat, tapi toh belum benar-benar menjadi Kaisar, Han Sen agak khawatir dia tak sanggup.
Jangan-jangan Kaisar Iblis malah kabur sendiri. Kalau burung gagak itu beralih mengepungnya, Han Sen ragu apakah bisa lolos. Mengingat kondisi raganya belum pulih total, memaksakan status Super Di Ling lagi terlalu riskan.
Saat Han Sen masih mempertimbangkan apakah harus kabur duluan, tiba-tiba cahaya perak memancar dari tubuh Kaisar Iblis yang langsung menyambut empat gumpalan cahaya api mirip matahari itu.
Han Sen mengawasi ketat bola-bola api dari kejauhan. Di dalam setiap bola api terdapat seekor burung gagak raksasa berwarna hitam legam. Rentang sayap masing-masing melebihi 100 meter, tubuhnya diselimuti lava api yang pekat. Getaran sayapnya seolah mampu membakar kehampaan hingga menciptakan distorsi mengerikan.
"Makhluk-makhluk ini sepertinya lebih kuat dari Raja Kambing Hitam itu," gumam Han Sen dalam hati sambil menahan rasa ngeri.
Tanpa ragu, Xie Qingdi langsung menerjang keempat Raja Gagak Api itu. Langit pun dipenuhi naga api yang mengamuk dan hujan meteor membara. Terdengar suara gagak yang mengguncang langit-bumi.
Api dahsyat itu membuat bebatuan di sekeliling memerah membara. Seluruh alam terlihat seperti tungku besi raksasa yang menyala-nyala. Di mana-mana hanya terlihat kilau merah keemasan, membuat Han Sen merasa seperti berada di dalam tungku besi besar yang berpijar.
Namun air Danau Air Mata ini terasa sejuk luar biasa, seolah tidak terpengaruh sedikit pun oleh api.
Tapi Han Sen sudah tidak bisa melihat jelas pertempuran di langit. Hanya bisa menyaksikan api surgawi yang miring seperti naga api, sesekali gunung yang memerah hancur berantakan. Di mana-mana aura mengerikan bergelora, hanya kadang terlihat kilatan cahaya perak di antara kilau merah yang memenuhi angkasa.
Sekarang Han Sen hanya berharap Kaisar Xie Qing bisa menang. Bagaimanapun, Kaisar Xie Qing masih bisa diajak diskusi. Jika para burung api itu yang menang, bahkan dengan lidah tiga inci pun Han Sen tidak akan berguna.
Langit dipenuhi garis-garis api seolah-olah langit akan terbelah, membuat orang khawatir jangan-jangan langit runtuh.
Udara dipenuhi hawa panas membara yang menakutkan, seakan-akan bahkan emas dan perak pun bisa meleleh.
Untungnya gen makhluk roh elemen api Han Sen sudah mencapai kondisi penuh, ditambah kemampuannya menguasai api burung phoenix. Kalau tidak, mungkin kepalanya saja tidak bisa ia pertahankan di luar.
Tiba-tiba, Han Sen mendengar jerit memilukan seekor burung gagak. Di langit, bola api raksasa bagai matahari yang runtuh menyambar ke bawah. Seekor Raja Burung Api terjatuh dan menghantam sebuah puncak gunung terkarboisasi di sampingnya, membuat gunung itu ambruk seketika.
Raga Raja Burung Api itu tergeletak di antara reruntuhan gunung. Kontan bebatuan terkarboisasi di sekitarnya meleleh oleh panasnya. Separuh lebih tubuh sang raja terbenam dalam lautan lava.
Han Sen memusatkan pandangannya ke arah Raja Burung Api itu. Ia mendapati salah satu sayap makhluk itu telah hilang bagai dirobek dengan paksa. Dari luka menganga itu, mengalir deras darah pekat bak lava yang membara.
Di tubuhnya terdapat banyak luka, luka terdalam berada di bawah leher. Darah seperti lava meluap deras bagai tanggul yang jebol.
Raja Api Burung Gagak meronta-ronta beberapa kali, ternyata tidak bisa bangkit. Hanya menyebarkan lava ke mana-mana. Dari mulutnya keluar jerit-jerit keras memilukan, terlihat kondisinya sudah kritis.
Hati Han Sen langsung berdebar: "Ini kan Makhluk Dewa Super! Apa boleh kutebas sekali lagi? Kalau berhasil, mungkin bisa dapat roh binatang super dewa!"
Han Sen sangat tergoda, tapi juga takut. Bahkan burung api biasa sudah menjauh ketakutan, khawatir tenaga sang raja akan membakar mereka jadi abu. Han Sen ragu apakah tenaganya mampu bertahan menghadapi gelombang tenaga api yang tumpah ruah ini.
Sepertinya terstimulasi oleh jerit-jerit kepedihan rekan mereka, tiga Raja Burung Api yang tersisa menjadi semakin gila. Di langit, pusaran api raksasa bagaikan naga-naga api meliuk-liuk di antara langit dan bumi, mengobrak-abrik batuan merah dan pepohonan hingga beterbangan, menciptakan tayangan neraka dunia.
Memandang Raja Burung Api yang nyaris tak bernyawa, cahaya api di tubuhnya kian redup. Bahkan lava di bawahnya yang sebelumnya meleleh, kini mulai membeku karena suhu yang tidak mencukupi.
"Yang mati kelaparan adalah si penakut!" Han Sen mengatupkan giginya. Ia menempatkan Bao'er di dalam air danau sambil berpesan, "Jangan keluar!" Sementara itu, diri mereka sendiri justru melesat keluar dari danau menuju Raja Burung Api yang sudah sekarat itu.
Meski Han Sen memiliki panah, kemungkinan besar tidak mungkin membunuh makhluk mengerikan tingkat Super God ini. Selain itu, busur yang dia miliki juga tidak cukup kuat. Belum lagi busur komposit tidak dibawa, bahkan jika ada, tetap sulit membunuh makhluk suci super.
Saat ini Han Sen hanya ingin mengandalkan ketajaman Pedang Phoenix untuk menghantam burung api yang sekarat ini, mencoba apakah bisa mendapatkan roh binatangnya.
Baru saja keluar dari danau, tubuh Han Sen langsung terasa seperti dilempar ke dalam lava. Api phoenix berwarna darah segera menyelimuti seluruh raganya, barulah rasa terbakar yang menyiksa itu sedikit mereda.
“Kekuatan api yang benar-benar mengerikan, bahkan seseorang seperti aku dengan gen makhluk roh elemen api yang sudah penuh pun masih merasakan sengsara seperti ini. Jika digantikan orang lain, meski telah membuka delapan kunci gen, mungkin tetap akan terbakar sampai mati.” Han Sen berdecak kagum dalam hati, namun langkah kakinya tak melambat sedikit pun. Ia menghindari bebatuan yang beterbangan dan pepohonan yang patah, lalu berlari ke arah tempat Burung Api Raja itu jatuh.
Sebenarnya, jika hanya kekuatan satu Burung Api Raja, tidak akan semenyeramkan ini. Empat Burung Api Raja yang lahir bersamaanlah yang memicu kekuatan elemen api sehebat itu.
Tapi Han Sen mengandalkan api burung phoenix-nya dan gen makhluk roh elemen api yang sudah penuh, sehingga bisa bertahan meski dengan susah payah di tengah kobaran api mengerikan ini. Dengan kecepatan tinggi, ia menerjang ke arah Burung Api Raja yang nyaris tak bernyawa itu.
