"Api di tubuh Raja Burung Api hampir sepenuhnya padam, hanya dari lubang hidungnya masih sesekali menyemburkan beberapa percikan api. Lava di bawah tubuhnya telah membeku, menguburkan sebagian besar tubuh sang raja dalam karbonisasi hitam."
"Han Sen menghalau bola api yang beterbangan di langit, mencabut Pedang Phoenix Suci. Sabetan pedangnya mendarat di leher Raja Burung Api, namun hanya memotong sebagian kecil. Merasakan nyeri, makhluk itu mengeluarkan erangan kesakitan."
"Melihat sang raja sudah tak berdaya melawan, Han Sen terus menerus menghujamkan pedangnya ke bagian leher. Belasan tusukan gila kemudian, akhirnya kepala sang makhluk terpenggal."
"[Pemburuan Makhluk Dewa Super Cakar Emas Tiga berhasil. Roh Binatang tidak diperoleh. Daging tidak dapat dikonsumsi. Esensi Gen Kehidupan tidak dapat dikumpulkan.]"
Poin bahwa tidak dapat dikonsumsi dan tidak bisa mengumpulkan Esensi Gen Kehidupan sudah disadari Han Sen, tapi sayangnya hoki juga tidak berpihak, tidak ada roh binatang yang muncul, membuat Han Sen sedikit kecewa.
Namun tiga San Zhao Jin Wu di sebelah sana justru terpancing amarah oleh Han Sen, mengeluarkan teriakan histeris yang nyaring, bahkan meninggalkan Xie Qingdi, membawa api surgawi mengerikan menerjang ke arah Han Sen.
Han Sen langsung frustasi, daging kambing belum sempat dimakan malah dapat masalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa mengaktifkan Teknik Terbang untuk kabur.
Tiba-tiba terdengar bentakan marah dari langit, Xie Qingdi menembus langit dan mencegat dua San Zhao Jin Wu, tapi satu lagi sudah terlambat dihalau, masih terus menembus angkasa mengejar Han Sen.
Kecepatan San Zhao Jin Wu luar biasa, dalam sekejap sudah berada di belakang Han Sen, mengulurkan cakar hitam metalik yang terlihat sangat tajam ke punggungnya, masih menyala-nyala dengan api mengerikan.
Cakar belum sampai, Han Sen sudah merasakan panas membara yang mengerikan darinya, hampir membuat rambutnya terbakar.
Han Sen mana berani bertarung habis-habisan? Dengan postur berputar seperti burung walet yang terbang rendah, nyaris tak berhasil menghindar dari wibawa cakaran Jinwu ini.
Jinwu membentak marah, sementara sayapnya mengepakkan angin yang membuat api di sekeliling bergulung-gulung seperti angin topan, seketika menenggelamkan Han Sen dalam lautan api.
Han Sen mengoperasikan api burung phoenix dan Teknik Terbang dengan sekuat tenaga, namun tanpa sadar menyatukan jurus rahasia Phoenix ke dalamnya, berubah menjadi burung api merah yang terbang mengambang dalam pasang-surut lautan api.
Jinwu menerjang berulang kali, ingin merobek raga Han Sen. Tapi Han Sen terus-menerus melesat menghindar dengan Teknik Terbang-nya, setiap kali bisa menyingkir di ujung tanduk.
Jurus Rahasia Phoenix terus menyatu dengan Teknik Terbang, Han Sen merasa dirinya semakin leluasa mengarungi langit, kecepatannya pun semakin meningkat, bahkan lebih lincah dari burung sungguhan.
Yang lebih membuat Han Sen terkejut, setelah mengasimilasi jurus Phoenix ke dalam Teknik Terbang, secara bertahap ia menyadari pikirannya tak lagi bisa mengimbangi reaksi spontan tubuhnya.
Seringkali, begitu Sanzu Jinwu menerjang ke bawah, tubuhnya sudah bereaksi lebih dulu, baru kemudian otaknya menyadari apa yang terjadi.
Ini sangat berbeda dengan gaya bertarung lamanya. Dulu, Han Sen menggunakan Teknik Terbang dengan perencanaan matang sebelum bertindak - unsur Yitian Shu di dalamnya membuatnya secara refleks menghitung rute penerbangan terlebih dahulu sebelum bereaksi.
Namun setelah mengasimilasi teknik Phoenix, Han Sen bahkan tidak sempat berpikir—raga langsung memberikan respons yang luar biasa alami dan rasional. Seolah naluri purba yang paling polos, namun dilengkapi ketajaman intuisi setajam hewan menghindar dari bahaya.
Seiring makin banyak teknik Phoenix yang melebur ke dalam Teknik Terbang, sensasi aneh ini kian memuncak. Han Sen bahkan mulai menyerah untuk berpikir, memasuki kondisi transformasi magis di mana ia sepenuhnya membiarkan raganya bereaksi secara alamiah, berulang kali menghindari serangan Burung Emas.
Di fase awal saat merancang rute sendiri, situasi masih dramatis—beberapa kali nyaris tertangkap cakar Burung Emas. Tapi kini Han Sen merasa semakin santai. Burung Emas berkaki tiga dengan sembilan gembok gen terbuka, ternyata sulit melukai Han Sen yang baru membuka tujuh kunci gen dan memiliki kemampuan fisik jauh di bawahnya.
Ini adalah hal yang sulit dibayangkan. Kesenjangan antar kunci gen semakin besar di tingkat lanjut. Perbedaan antara membuka delapan kunci gen dengan sembilan sudah sangat besar, apalagi Han Sen yang baru membuka tujuh kunci gen ini, ternyata bisa bertahan tanpa cedera sedikitpun melawan burung matahari berkaki tiga. Kekuatan jurus rahasia Phoenix ini membuat Han Sen sendiri merinding.
Namun ini juga tak lepas dari gen makhluk roh elemen api yang sudah penuh dan api burung phoenix. Jika diganti manusia biasa dengan tujuh kunci gen atau makhluk darah ilahi, mungkin mereka takkan bisa bertahan di lautan api yang dikeluarkan burung matahari berkaki tiga, sudah pasti terbakar mati.
Han Sen semakin gigih bertarung. Tubuhnya seolah melepaskan diri dari belenggu gravitasi, terbang bebas di hamparan kehampaan dengan mobilitas tak terbatas. Sensasinya benar-benar memuaskan tanpa ampun.
Tiga Cakar Burung Matahari tidak bisa menangkap Han Sen, mengeluarkan teriakan keras. Tiba-tiba tubuh hitamnya seperti besi yang dipijarkan, berubah menjadi warna emas kemerahan. Lautan api yang disemburkannya juga berubah warna serupa. Han Sen merasakan panas di tubuhnya tiba-tiba meningkat drastis. Baju zirah level darah suci itu bahkan mulai meleleh, membuatnya terkejut luar biasa.
Sekalipun teknik geraknya hebat, mustahil menghindari lautan api yang luas. Menyaksikan baju zirahnya meleleh seperti besi cair, api merah darah yang membakar di luar tubuhnya juga hampir padam diterpa panas. Gelombang panas mencekam menyusup ke dalam tubuh Han Sen, memberinya sensasi seperti dilempar ke dalam tungku peleburan.
Tepat saat Han Sen mengatupkan gigi bersiap untuk bertransformasi menjadi Super Di Ling, tiba-tiba ia merasakan hawa panas di tubuhnya seolah disedot oleh kipas penyedot, dengan cepat terpisah dari raganya. Seketika suhu tubuhnya kembali normal, meski masih terasa panas membara, namun sudah sulit melukai tubuhnya.
Han Sen menoleh dan melihat burung kecil yang berasal dari ikan mas itu ternyata masih bertengger di bahunya. Saat ini paruh mungilnya perlahan terbuka, menyedot hawa dari tubuh Han Sen. Seketika api permusuhan di sekeliling terserap masuk ke dalam perutnya, membuat bulu-bulunya semakin berkilau dengan warna emas-merah yang memesona.
"Benar-benar bukan benda biasa!" hati Han Sen dipenuhi kegembiraan luar biasa. Ia mempercepat kecepatan geraknya, berhasil menghindar dari serangan menerjang berikutnya sang Burung Matahari.
Dengan burung kecil yang menyerap api permusuhan, Han Sen tidak takut terhadap lautan api emas yang disemburkan oleh Burung Matahari Tiga Cakar. Meski Burung Matahari terus mengamuk, mereka tak bisa berbuat apa-apa. Makhluk yang disebut penguasa langit ini ternyata tak mampu menangkap Han Sen di udara.
Walau Han Sen sendiri belum mampu membunuhnya, kemampuan bertarung seimbang dengan makhluk dewa super yang membuka sembilan kunci gen ini sudah cukup menjadi kebanggaan tersendiri.
Tiba-tiba terdengar kicauan pedih dari kejauhan. Darah lava menyemprot ke langit hingga mengecatnya menjadi keemasan. Seekor Burung Matahari Tiga Cakar terkoyak tubuh super dewanya oleh Kaisar Niat Jahat, menemui ajalnya seketika.
Burung Matahari lainnya merintih pilu, menyerbu mati-matian ke arah Kaisar Niat Jahat. Tapi sang Kaisar memancarkan cahaya perak bak dewa iblis, mengamuk dengan tinju-tinju penghancur yang menghujani Burung Matahari sambil berteriak "Aru! Aru!" menggema ke angkasa.
Terlihat Burung Matahari Berkaki Tiga itu tubuhnya berdistorsi akibat pukulan Kaisar Iblis, tubuh super dewa-nya pecah. Akhirnya dengan gemilang terlempar sejauh puluhan kilometer oleh satu pukulan, menghancurkan sebuah puncak gunung yang telah terkarbonisasi.
