Han Sen mengerutkan kening halus, melihat luka di tangannya. Di telapak tangan terlihat bekas tusukan sesuatu, muncul luka kecil seperti titik merah. Darah mengalir deras bagai manik-manik.
Dengan aura Dongxuan, ia memindai lukanya. Tak ditemukan ketidakwajaran - tidak ada racun maupun infeksi bakteri.
Kemampuan fisik Han Sen yang luar biasa membuat luka itu sembuh otomatis dalam sekejap. Tak tersisa bekas maupun rasa tak nyaman.
Dengan hati-hati ia membuka kantong, ingin memeriksa apa yang terjadi pada kumbang tanduk tunggal itu. Mengapa tiba-tiba menyerang?
Selama ini kumbang itu selalu bersikap pasif. Gerakannya pun lamban, seolah tak punya tenaga berarti.
Fakta bahwa kini bisa menembus kulit dan ototnya membuat Han Sen terkejut bukan main.
Tapi saat Han Sen membuka kantong dan melihat ke dalam, ekspresinya menunjukkan keanehan. Di dalam kantong ternyata tidak ada jejak kumbang tanduk tunggal. Entah ke mana perginya makhluk itu.
Han Sen cepat-cepat meraba tubuhnya sementara sorot matanya memindai sekeliling area. Namun sama sekali tidak terlihat Bayangan kumbang tanduk tunggal. Makhluk itu ternyata telah menghilang.
Keraguan menggelayut di hati Han Sen, tapi sekarang bukan waktu untuk mencari-cari. Seluruh personel telah mengantri di depan roda kristal hitam. Jenderal Reg yang bertanggung jawab atas operasi ini sedang menjelaskan detail situasi dan rencana aksi secara lengkap.
Roda kristal hitam merupakan pintu masuk reruntuhan bangsa kristal. Setiap slot hanya bisa digunakan untuk mengirimkan satu entitas kehidupan. Selain itu, terdapat batasan energi kehidupan: jika energi melebihi tingkat tertentu, entitas pun takkan bisa masuk.
Alliance dan orang Shura telah melakukan percobaan. Hanya satu individu yang bisa menggunakan satu slot untuk teleportasi. Bahkan jika cuma membawa seekor semut ekstra, roda tersebut tidak akan teraktivasi.
Bahkan petarung tingkat semi-dewa pun sulit menembus roda, hanya Asura tingkat tiga dan Evolusioner yang bisa masuk.
Keempat slot dengan tanda peringatan ilahi itu adalah posisi teleportasi yang sudah digunakan. Setiap slot hanya bisa dipakai sekali, setelah itu tidak bisa mengirim apapun lagi. Orang yang awalnya masuk, bisa keluar melalui slot asalnya.
Peneliti pernah menggunakan mesin-mesin besar untuk menggali sepanjang roda, tapi setelah menggali sedalam 10.000 meter, hanya terlihat kristal hitam seperti pilar yang menembus ke dalam planet, sama sekali tak bisa digali sampai dasar.
Selama penggalian juga terjadi banyak hal yang membuat heran, banyak mesin dan prajurit rusak, akhirnya terpaksa menghentikan ekskavasi.
Dari empat percobaan, ada yang selamat kembali dan memberikan pemahaman dasar tentang reruntuhan, tapi area yang dieksplorasi sangat terbatas sehingga informasi yang bisa diberikan minim.
Tujuan utama Tim Han Sen masuk adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin inti kristal ungu, semakin banyak semakin baik.
Adapun fungsi inti kristal ungu, baik Alliance maupun orang Shura tidak memberikan penjelasan.
Rompi anti peluru dan senjata tidak disertakan. Bukan karena tidak ingin melengkapi mereka, melainkan penggunaan benda-benda tersebut di dalam reruntuhan akan langsung memicu serangan.
Delapan pejuang Shura termasuk Han Sen dan delapan manusia berdiri di slot berbeda. Peneliti mengaktifkan roda, menyaksikan pola-pola aneh di permukaannya berputar. Ruang seketika berdistorsi, tak lama kemudian enam belas orang itu menghilang dalam distorsi ruang.
Han Sen merasakan keanehan yang sangat dalam. Putaran pola di roda itu sama persis dengan kumbang tanduk tunggal, namun sekarang kumbang itu menghilang dan belum ditemukannya.
Hanya sekejap mata, pandangan Han Sen tiba-tiba terang. Saat membuka mata, ia mendapati diri berada di tengah reruntuhan. Berbeda dengan reruntuhan bangsa kristal yang pernah dilihatnya sebelumnya, tak terlihat bangunan kristal di sini. Tempat ini lebih mirip pegunungan yang dilanda gempa besar, dipenuhi bebatuan ambruk dan tanah terbelah di mana-mana.
Dari kejauhan terlihat beberapa bangunan runtuh di antara pegunungan, namun bukan bangunan kristal, melainkan arsitektur batu bata hijau kuno.
Han Sen cepat-cepat berbalik memandang, namun begitu berbalik wajahnya langsung berubah pucat karena ternyata dia tidak melihat Ji Yanran dan yang lain, juga tidak ada orang-orang Shura.
"Apa mereka tidak ikut terteleportasi? Ini mustahil, kan kita teleportasi bersama. Tapi kemana mereka? Bukannya peneliti bilang dalam empat kali percobaan sebelumnya, teleportasi selalu ke posisi yang sama? Meski hanya dua orang yang selamat, tapi mereka melihat benda-benda dan penanda yang ditinggalkan dua anggota lain." Han Sen menunggu sebentar di situ, dan segera menentukan bahwa Yanran dan yang lain tidak teleportasi ke lokasi yang sama dengannya.
Setelah mengamati area ini, Han Sen juga segera yakin bahwa ini bukan lokasi teleportasi yang disebut peneliti. Meski terlihat seperti pegunungan reruntuhan yang sama, tapi sebaran bentuk gunung dan topografi di sekitarnya sama sekali berbeda dengan deskripsi mereka.
"Ada apa ini?" Ekspresi wajah Han Sen berubah buruk. Bukan karena takut sendirian, tapi khawatir Yan Ran akan menghadapi bahaya tanpa dirinya di sisinya.
Setelah memastikan tak ada yang akan teleportasi ke lokasinya, Han Sen mengatupkan gigi lalu langsung terbang ke udara. Ia ingin menganalisis topografi gunung untuk segera menemukan Yan Ran dan yang lain.
Dengan aura Dongxuan berkekuatan penuh terpancar, pandangannya menyapu wilayah udara. Namun yang terlihat hanyalah pegunungan reruntuhan tak berujung hingga puluhan ribu li, sama sekali tak terlihat jejak manusia.
Semua formasi topografi tampak serupa, sulit dibedakan area mana yang dimaksud para peneliti.
Alis Han Sen berkerut. Medan yang identik di segala penjuru membuatnya bingung menentukan arah pencarian.
Saat Han Sen tengah bergulat dengan cara menentukan posisi, tiba-tiba terdengar suara sangat aneh dari reruntuhan bangunan kuno di antara pegunungan.
Suara ini terdengar seperti bunyi kuku mengetuk cangkang telur, agak melengking namun memiliki kesan hampa yang sulit dijelaskan.
Han Sen segera menatap ke arah reruntuhan kota kuno itu. Tak lama kemudian, ia melihat aliran air hijau mengalir keluar dari dalam kota, bergerak menuju ke arahnya.
Setelah diamati lebih dalam, ekspresi Han Sen berubah drastis. Itu sama sekali bukan aliran air, melainkan gerombolan kumbang tanduk tunggal kristal hijau yang berjejal sangat rapat merayapi lereng gunung reruntuhan, jumlahnya tak terhitung.
"Apa yang terjadi ini?" Han Sen memusatkan pandangannya untuk menatap dengan seksama. Ia menemukan kemiripan dengan kumbang yang pernah dipeliharanya sebelumnya, namun ukurannya jelas lebih kecil, hanya sebesar telur ayam.
Selain itu, di punggung kumbang kristal hijau tersebut, Han Sen tidak menemukan pola aneh seperti yang pernah ia lihat sebelumnya.
Saat Han Sen masih diliputi kebingungan, kawanan kumbang kristal tanduk tunggal itu sudah merangkak mendekat. Namun mereka tiba-tiba berpisah di depan tubuhnya, mengalir seperti air yang mengelilinginya dalam formasi melingkar sempurna. Tak satu pun dari mereka yang mendekat dalam radius 10 meter.
Han Sen waspada, tak mengerti maksud gerakan ini. Tiba-tiba di detik berikutnya, kawanan serangga itu membuka sebuah jalur - sebuah jalan lurus yang mengarah langsung ke jantung reruntuhan kota kuno.
Kumbang-kumbang itu membungkuk tiarap di kedua sisi jalan, gestur yang mirip penghormatan ritualistik.
