Saat sampai di rumah setengah runtuh itu, terlihat sebuah sumur di bagian yang masih berdiri. Han Sen mengintip ke dalam sumur dan melihat kilau air bergelombang di bawah - ternyata masih ada air di sana.
Selain sumur ini, barang-barang di dalam rumah sudah hampir semua lapuk, tidak ada lagi yang bernilai.
Para kumbang tanduk tunggal berkerumun, membungkus bejana batu dengan rapat lalu bersama-sama mengangkatnya ke atas sumur. Han Sen sudah melepaskan bejana itu, mengawasi gerombolan serangga ini sambil ingin tahu tujuan sebenarnya mereka.
Plung!
Tak disangka, setelah mengangkat bejana ke mulut sumur, para kumbang itu malah melemparkannya ke dalam sumur dengan suara plung, lalu kembali bubar.
Han Sen tidak paham maksud mereka. Untuk apa susah payah mengangkut bejana hanya untuk membuangnya ke sumur?
Kumbang-kumbang itu kembali membuka jalan, mengisyaratkan agar Han Sen kembali ke kuil. Rupanya mereka ingin dua bejana batu yang tersisa juga dikeluarkan.
Mereka sendiri sepertinya takut terhadap kuil tersebut, tidak berani memasuki bangunan suci itu.
Han Sen tidak lagi ngomel-ngomel, masuk ke dalam kuil langsung mengangkat dua batu naga yang tersisa dengan kedua tangannya. Di bawah pengawalan kumbang tanduk tunggal, kembali tiba di tepi sumur.
Kedua batu naga ini juga dimasukkan ke dalam sumur dengan kerjasama semua kumbang. Setelah tiga batu naga semuanya masuk, kumbang-kumbang itu mengelilingi sumur membentuk lingkaran, menundukkan kepala menyembah ke arah sumur. Suasana itu terlihat mengerikan namun agak lucu.
Tapi tak lama kemudian, Han Sen tak bisa tersenyum lagi. Dari dalam sumur terdengar suara glek-glek seolah air mendidih, disertai semburan uap air berwarna putih dari mulut sumur.
Secara tidak sadar Han Sen mundur beberapa langkah, siaga penuh sambil mengawasi sumur kuno itu. Dengan aura Dongxuan-nya dia menyapu area tersebut, tapi tak merasakan energi vital apapun.
Saat Han Sen masih bingung, suara dari sumur kuno tiba-tiba menghilang. Hatinya berdebar kencang, matanya menatap tajam ke arah mulut sumur. Tiba-tiba sebuah benda terbang keluar dari dalam sumur.
Lebih tepatnya melayang keluar. Sebuah kristal hitam dengan tekstur mirip roda yang dilihatnya sebelumnya, perlahan muncul mengambang.
Setelah diamati lebih dekat, ternyata itu adalah seekor kumbang tanduk tunggal yang seluruh tubuhnya terbuat dari kristal hitam. Ukurannya lebih besar dari kumbang tanduk biasa, hampir sama besar dengan peliharaan Han Sen dulu. Pada tubuhnya terlihat pola gir mesin yang sangat mirip dengan milik Han Sen.
Kumbang kristal hitam itu mulai mendekati Han Sen setelah keluar dari sumur. Han Sen kaget mundur dua langkah, tangannya sudah memegang pedang Waspada siap untuk bertindak.
Namun kumbang hitam itu tiba-tiba berhenti tepat di hadapannya. Sepertinya tidak ada niat untuk menyerang darinya.
Saat Han Sen merasakan keanehan, tiba-tiba telapak tangannya terasa nyeri. Ketika mengangkat tangan, ia melihat telapak tangannya berwarna hijau zamrud. Pola kumbang tanduk tunggal hijau tua muncul di sana, dan bagian telapak itu seolah mengkristal, persis seperti kumbang yang pernah ia pelihara dulu.
"Pantas saja kumbang itu tidak kabur, melainkan menyatu ke dalam telapak tanganku?" Han Sen menatap takjub pola kumbang di telapak tangannya.
Bersamaan dengan menyala-nya pola di telapak tangan, gir mesin pada tubuh kumbang hitam itu mulai berputar. Raga mirip kristal hitam itu mengalami transformasi mengerikan.
Kumbang hitam yang semula hanya sebesar telapak tangan, dalam sekejap seperti disihir berubah menjadi sebesar truk berat, lalu mendarat keras di hadapan Han Sen.
Saat Han Sen masih bingung, cahaya hijau di telapak tangannya tiba-tiba berkilauan. Mulut kumbang tanduk tunggal hitam itu terbuka, dan lidahnya menjulur keluar.
Han Sen memperhatikan lebih dalam - ini bukan lidah, melainkan perangkat yang mirip konsol kontrol.
"Apakah benda ini merupakan alat transportasi ras kristal?" Hati Han Sen berdebar-debar. Cahaya hijau di telapaknya berkedip-kedip seakan mendesaknya untuk mendekat.
Rasa penasaran Han Sen sudah mencapai puncaknya. Ia pun melangkah masuk ke dalam konsol kristal tersebut.
Begitu Han Sen duduk, konsol langsung menutup diri dan kembali ke dalam tubuh kumbang tanduk tunggal hitam. Di bawah telapak tangannya terdapat gagang pintu bergambar kumbang tanduk tunggal. Saat ditekan, seluruh interior konsol tiba-tiba berpendar terang.
Kemudian Han Sen menemukan hal ajaib, ternyata pikirannya mulai merambat keluar seolah seluruh tubuh kumbang tanduk tunggal hitam telah berubah menjadi bagian dari tubuhnya sendiri.
Dengan konsentrasi penuh, kumbang itu langsung bergerak sesuai kehendak Han Sen. Cakarnya dengan gesit merangkak di tanah, kecepatannya yang mencengangkan.
Sekali lagi Han Sen memfokuskan pikirannya, sayap serangga di punggung kumbang itu terbuka dan langsung melesat ke langit.
"Kontrol pikiran..." Han Sen takjub dan girang.
Penelitian manusia di bidang ini telah menghabiskan dana besar, namun hingga kini baru mencapai sistem operasi semi-pikiran yang masih membutuhkan koordinasi dengan AI utama dan kontrol manual untuk operasi sempurna.
Tapi mesin berbentuk kumbang hitam ini justru mampu dikendalikan sempurna hanya dengan pikiran, teknologi ini jelas memiliki keunggulan yang jauh lebih besar dibanding pencapaian manusia.
"Sepertinya ini adalah semacam alat terbang ras kristal. Entah apa fungsinya, apakah ada sistem radar dan sistem persenjataan?" Han Sen merasa sangat takjub. Saat pikirannya berputar, tiba-tiba penglihatannya seakan meluas. Sebuah peta topografi 360 derajat tanpa titik buta muncul dalam pandangannya.
"Benar-benar ada sistem radar!" Han Sen takjub dan girang. Teknologi ini jauh lebih maju dibanding sistem operasi semi-pikiran manusia. Dengan mengubah konsentrasi, peta itu bisa diperbesar/diperkecil atau menampilkan detail area tertentu di matanya, dengan cakupan yang sangat luas.
Han Sen segera memindai area ini. Tak lama kemudian ditemukan tanda kehidupan ribuan kilometer jauhnya. Setelah diperbesar, ternyata itu adalah Bai Yishan.
Tapi hanya Bai Yishan seorang diri. Tidak terlihat orang lain, membuat Han Sen khawatir apakah Ji Yanran sudah mengalami sesuatu.
Han Sen kembali melihat ke area lain, menemukan tanda-tanda kehidupan lainnya. Setelah mengecek satu per satu, dia menemukan ada manusia dan Asura yang tersebar di lokasi berbeda. Han Sen segera menemukan posisi Ji Yanran, merasa sedikit lega dalam hati.
Namun situasi Ji Yanran saat ini tidak baik. Dia sedang dikejar beberapa robot kristal mekanis yang mirip manusia, kondisi sudah sangat kritis.
"Cepat, ke mana aku harus pergi!" Pikiran Han dipenuhi kecemasan.
Boom!
Sayap serangga hitam kumbang tanduk tunggal mengembang. Bagian belakangnya menyemburkan laser, dalam sekejap merobek ruang angkasa dan melesat menuju arah Ji Yanran.
Kecepatan yang mengerikan membuat Han Sen sendiri terkejut. Kecepatan ini jauh melampaui rompi anti peluru dan alat terbang tercanggih manusia, hampir seperti teleportasi jarak jauh yang sulit dibayangkan.
