"Lalu apa itu Mutiara Penghubung Arwah?" Han Sen yang tidak berminat mendengar penjelasan Long Di langsung mengalihkan topik.
"Sebenarnya di Perlindungan Gu Mo ada ditanam sebuah Pohon Gen Kaisar yang bernama Dunia Iblis. Konon jika benar-benar berbuah, bisa menciptakan ruang dimensi iblis. Tapi bahkan Yang Mulia Gu Mo sendiri pun tidak mampu membuat pohon itu berbuah, hanya bisa mempertahankannya agar tidak mati."
Setelah jeda sebentar, Kaisar Naga melanjutkan: "Saat pertempuran besar itu, Pohon Dunia Iblis juga hancur. Serpihan kayunya yang terkontaminasi kekuatan misterius, setelah bertahun-tahun, akhirnya berubah menjadi Mutiara Hantu. Setelah menghancurkan Mutiara Hantu, gaya ruang yang terkandung di dalamnya akan membawa orang kembali ke wilayah iblis ini, yaitu area sekitar lokasi asli tumbuhnya Pohon Dunia Iblis."
Han Sen mendengarnya dengan sedikit kekecewaan. Mutiara Hantu hanya bisa digunakan untuk masuk tapi tidak bisa keluar, membuatnya tak berguna baginya.
Saat Han Sen hendak bertanya lebih lanjut, tiba-tiba terdengar suara teriak histeris seperti tangisan bayi dari sekeliling mereka, persis sama dengan terikan Gigi Hantu sebelumnya.
Ekspresi wajah Kaisar Naga berubah sedikit: "Gigi Hantu telah menemukan kita! Cepat pergi! Makhluk-makhluk itu telah bermutasi di sini selama bertahun-tahun. Setidaknya mereka sudah mencapai level darah suci, dan mungkin bahkan ada yang mencapai Tingkat Dewa di antara mereka. Jumlah koloninya sangat besar, bukan lawan yang bisa kamu tandingi."
Han Sen berkata dengan datar: "Ke arah mana kita harus pergi? Apakah arah perlindungan bisa dituju?"
"Tentu tidak bisa! Di sana sejak dulu sudah menjulang Makhluk Dewa Super yang mengerikan. Setelah bertahun-tahun berubah, tingkat kengeriannya sudah tak terkira. Kamu mau cari mati?" Long Di langsung menjawab.
"Lalu ke mana harus aku pergi?" Han Sen bertanya lagi.
Long Di terdiam. Ia pun tak tahu harus kemana. Ruang di sini berdistorsi, dipenuhi celah dimensi di mana-mana. Salah langkah sedikit, raga bisa terpotong oleh celah dimensi. Ini bukan wilayah yang bisa dijelajahi asal-asalan.
Selain itu, dalam ruang yang terdistorsi ini, bahkan jika terus berjalan ke satu arah pun, mustahil bisa keluar.
Sebelum Long Di sempat berkata-kata, kabut hitam sudah diserbu oleh gerombolan Gui Ya Liao. Seperti yang diucapkan Long Di, makhluk-makhluk ini semuanya berlevel darah suci. Han Sen bisa merasakan energi vital kehidupan mereka yang mengerikan.
Dalam sekejap mata, belasan Guǐ Yá Liáo telah muncul dari kabut hitam sambil meraung dan mendekati Han Sen.
Kaisar Naga langsung menyelinap masuk ke dalam cincin darah naga. Wujud asli naga darah-nya sudah sangat lemah, bahkan seekor Guǐ Yá Liáo level darah suci pun tidak bisa dilawannya.
Han Sen langsung menghunus pedang Tai A dan Pedang Suci Phoenix, lalu membopong Bao'er sambil menyerang.
Bilah pedang membelah tubuh Guǐ Yá Liáo, darah hijau menyembur ke mana-mana. Han Sen mengembangkan Jurus Pedang Terbang Kembar, dalam sekejap berhasil membunuh empat Guǐ Yá Liáo level darah suci. Namun sisanya tetap tanpa takut mati menerjang.
Bahkan Guǐ Yá Liáo yang sudah dipotong anggota tubuh dan badannya oleh Han Sen, selama kepalanya belum dipenggal, masih akan diseret dengan galak oleh tubuh yang tersisa untuk menerjang.
Darah mengubah seluruh area perlindungan menjadi hijau menyedihkan. Pedang kembar Han Sen bagai pelangi, ia menyerbu dan membunuh tanpa henti hingga banjir darah. Di mana-mana berserakan mayat-mayat Gigi Tak Rata.
Minimal sudah belasan yang terbunuh, namun semakin banyak Gigi Tak Rata menyembur dari kabut hitam. Jumlahnya kian bertambah, hanya yang berputar-putar di sekitarnya saja sudah melebihi lima puluh ekor, dan masih terus bertambah.
Bahkan tubuh Han Sen sendiri penuh darah hijau. Percikan darah hijau mengenai pipi putih lembut Bao'er yang cantik. Bocah manja itu langsung membelalakkan mata lebar, sorot matanya dipenuhi niat membunuh.
Hwaa! Bao'er tiba-tiba mengeluarkan labu mini-nya dari tempat tak diketahui, lalu menepuknya ke arah gerombolan Gigi Tak Rata.
Seketika, gerombolan Guit Yaliao yang tak bisa mengontrol diri itu terbang ke arah mulut labu mini. Mereka mengepakkan sayap mati-matian berusaha kabur dari tarikan kuat yang mengerikan.
Tapi sama sekali tak berguna. Satu per satu mereka berguling-guling mendekati mulut labu, raga mereka semakin menciut dengan cara yang tak wajar, akhirnya tersedot seluruhnya ke dalam labu.
Dalam sekejap mata, puluhan Guit Yaliao telah terhisap. Kawanan di kejauhan langsung berbalik kabur, menghilang kembali ke kabut hitam sambil meneriakkan teriak histeris ke arah Han Sen, tak ada yang berani mendekat lagi.
Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia mengusap noda darah di wajah Bao'er lalu mencium pipinya: "Bao'er, kerja bagus! Nggak sia-sia Ayah menyayangimu."
"Bao'er... hebat..." kata Bao'er penuh kebanggaan sambil membusungkan dada hangatnya.
"Kehebatannya, Bao'er yang paling hebat." Han Sen mengelus kepala Bao'er, matanya menyapu sekeliling melihat bangkai Gui Yaliao yang telah dipenggalnya. Ia memilih satu yang ukurannya relatif kecil, membersihkannya dengan cermat, lalu merobohkan beberapa kayu dari istana yang rusak untuk membuat api unggun dan memanggang daging.
Setelah bergulat sekian lama, stamina fisik Han Sen terkuras habis. Perutnya keroncongan hebat. Berhubung para Gui Yaliao tak berani mendekat sekarang, ini kesempatan tepat untuk menyantap sesuatu dan beristirahat sejenak. Setelah energi pulih, baru mereka bisa merencanakan strategi untuk membunuh jalan keluar.
Meski penampilan Gui Yaliao jelek, kualitas dagingnya luar biasa. Teksturnya bisa menyaingi daging sapi. Saat dipanggang di atas api, aroma wangi berminyak langsung mengepul.
Bao'er langsung merangkak mendekat. Dengan mata membelalak, ia duduk di samping api unggun. Sorot matanya terpaku pada daging panggang di rak, bibir mungilnya sesekali berkedut menahan liur.
“Tunggu sebentar, sebentar lagi matang.” Han Sen menunjuk jari, api seolah memiliki kehidupan sendiri mengikuti kendalinya, meliliti potongan daging panggang dengan luwes. Panas merata meresap ke dalam daging, melelehkan lemak hingga meresap sempurna ke seluruh bagian. Aroma purba pun semakin menguar pekat.
Dia mengeluarkan beberapa botol bumbu paduan logam, menaburkan garam dan rempah-rempah di atasnya. Wanginya semakin memikat, membuat Bao'er tak kuasa menelan ludah berulang kali.
“Mengkonsumsi daging Gui Ya Liao, Gen Tuhan +1.”
Usai menyantap sepotong daging panggang, Han Sen langsung mendengar suara peningkatan Gen Tuhan. Bao'er melahap dengan lahap hingga berleleran minyak di mulutnya, sementara Si Merah di sampingnya juga mematuk-matuk daging tak kalah rakus.
Kapasitas perut Han Sen terbatas, setelah makan beberapa potong sudah tidak bisa masuk lagi. Namun Bao'er dan burung merah kecil memiliki kapasitas perut yang besar. Han Sen memanggang daging lima ekor Gui Ya Liao, baru bisa membuat mereka berdua kenyang.
Para Gui Ya Liao itu hanya terus menjerit dari kejauhan, namun tak satu pun berani keluar dari kabut hitam. Kedua manusia dan burung ini memanggang daging sambil mendengar teriakan menyeramkan di wilayah mengerikan ini, justru memiliki rasa yang berbeda.
Han Sen total mendapatkan tambahan 4 point Gen Tuhan, membuat Gen Tuhan-nya mencapai 70 point. Jarak menuju kondisi penuh semakin dekat.
"Mungkin tempat ini adalah tanah keberuntunganku. Nanti kubunuh lebih banyak Makhluk Darah Ilahi, mungkin bisa memenggal beberapa Makhluk Dewa Super untuk mendapatkan Super Gen Tuhan." Sambil membersihkan gigi, Han Sen berimajinasi dengan penuh kebahagiaan.
Tiba-tiba, teriakan mengerikan dari kabut hitam di sekeliling mereka menjadi semakin sering terdengar, dan sepertinya semakin mendekat. Di dalam kabut hitam itu, mulai terlihat samar-samar siluet para Gui Yaliao yang terbang.
Tiba-tiba, seekor Gui Yaliao berwarna darah dengan postur dua kali lebih besar dari biasanya muncul dari kabut hitam. Aura menakutkan yang luar biasa menyelimuti tubuhnya. Dengan sepasang sayap darah terkembang, sorot mata merahnya yang dingin mengawasi ketat Han Sen dan kawanannya.
