"Nanti?" Hati Han Sen langsung berdesir. Tampaknya Bao'er masih memiliki obsesi besar terhadap sulur duri itu, bahkan masih berimajinasi untuk merebutnya kembali.
Setelah beberapa saat ragu, Han Sen akhirnya memutuskan untuk tidak memenggal Raja Ikan. Membunuh satu Makhluk Dewa Super sekarang bukan hal yang terlalu sulit baginya, tak perlu membuat Bao'er tidak senang hanya karena seekor makhluk level itu.
Selain itu, Han Sen juga punya niat terhadap makhluk aneh raksasa dan sulur duri di gunung. Jika Raja Ikan ini bisa membantu di kemudian hari, membiarkannya hidup juga bukan kerugian.
Han Sen meniru petir perak milik Si Perak Kecil, menghantamkan sengatan listrik itu ke luka besar di tubuh Raja Ikan.
Karena kunci gen yang diaktifkan oleh Jing Dongxuan terlalu rendah, sementara kemampuan fisik Raja Ikan terlalu kuat, efek petir perak yang dikeluarkan terlihat kurang signifikan.
Setelah menghabiskan waktu hampir setengah hari, Han Sen sudah lelah hingga hampir tidak bisa mengeluarkan petir lagi, baru luka-luka serius di tubuh Raja Ikan mulai membaik.
"Ini pasti Makhluk Dewa Super yang sedang mengamuk." Han Sen melihat kemampuan fisik Raja Ikan yang begitu tangguh, hatinya sudah 90% yakin.
Kondisi Raja Ikan sedikit membaik, matanya memandang gunung raksasa yang kembali terbungkus lautan awan dengan ekspresi enggan, namun akhirnya mengibaskan ekor dan berenang menyusuri arus menuju hilir.
Bao'er memandang gunung itu dengan tatapan kecewa. Sambil membopongnya di punggung Raja Ikan, Han Sen merenungkan hubungan antara sulur duri makhluk aneh raksasa dengan Bao'er.
Ikan besar itu menyusuri arus selama setengah hari sebelum akhirnya bertemu Ratu yang sedang menyusuri sungai. Ratu terkejut melihat tubuh ikan penuh luka dan sisik keabuannya yang rontok.
Han Sen menyimpan kembali Golden Roar, mengajak Ratu naik ke punggung ikan besar. Ia menjelaskan keributan yang baru terjadi, tapi menghapus bagian yang terkait Bao'er.
“Di dalam perlindungan masih banyak misteri yang belum terpecahkan. Kita pun sulit menebak apa sebenarnya yang terjadi. Sang Raja Ikan ini bertarung mati-matian seperti ini, mungkin sulur duri itu memberikan keuntungan besar baginya. Kalau tidak, pasti tidak akan mempertaruhkan nyawa seperti ini.” Sang Ratu berkata setelah mendengar penjelasan.
Han Sen mengangguk pelan. Dia juga ingin tahu fungsi sebenarnya dari sulur duri itu. Hanya saja, kekuatannya saat ini belum memadai. Jika ada kesempatan di masa depan, mungkin bisa memanfaatkan kekuatan Raja Ikan ini untuk kembali bertarung dengan makhluk mistis sulur duri itu.
Raja Ikan terus menyusuri arus sungai, bertemu dengan kawanan ikan lentera. Jutaan ikan lentera mengelilingi sang raja, mendekat untuk mencium luka-luka dan lumuran darah di tubuhnya.
Setiap kali ikan lentera mencium luka di tubuh Raja Ikan, seolah mengeluarkan sedikit cahaya lentera dari dalam tubuhnya. Cahaya itu mengalir melalui luka masuk ke dalam tubuh sang raja, membuat kilau emas kemerahan di dalam tubuhnya kembali berbinar-binar, dan vitalitasnya pun perlahan pulih.
Dengan semakin banyak ikan lentera menyumbangkan cahaya mereka untuk Raja Ikan, luka besar di tubuh Raja Ikan pun sembuh sempurna. Sisik emas kemerahan mulai tumbuh kembali di sekujur tubuhnya.
Setelah menyaksikan tayangan yang brilian ini, Han Sen baru saja bersiap untuk meninggalkan punggung Raja Ikan dan melanjutkan perjalanan, tiba-tiba Bao'er menarik-narik lengan Han Sen. Bocah itu menunjuk ke arah Raja Ikan sambil berkata: "Ayah... Dia... mengantar kita..."
"Mengantar kita? Apakah dia tahu ke mana kita akan pergi?" Han Sen bertanya dengan kebingungan.
"Dia pernah melihat manusia seperti kita." Jawab Bao'er singkat.
Han Sen dan Ratu saling memandang sejenak. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidak memaksa pergi. Dengan tetap duduk di punggung Raja Ikan, mereka melanjutkan perjalanan. Jika bisa menemukan perlindungan yang dihuni manusia, tentu itu akan menjadi kabar baik.
Vitalitas Raja Ikan yang telah pulih membuat kecepatannya meningkat drastis. Dengan membelah ombak, ikan raksasa itu berenang menyusuri cabang sungai saku sembari membawa Han Sen dan rombongan terus menuju hilir.
Kurang dari satu hari, Raja Ikan berhenti di area sungai yang landai, berenang perlahan ke tepian.
Han Sen memandang ke arah itu dan hatinya berdebar gembira. Di tepi sungai itu, ternyata dia melihat beberapa semak duri. Meski jumlahnya sedikit dan kebanyakan masih pepohonan biasa, setidaknya ini membuktikan bahwa ada tumbuhan duri yang tumbuh di area ini. Bisa jadi jarak ke Hutan Duri sudah tidak terlalu jauh.
Ketiganya melompat ke daratan. Raja Ikan mengibaskan ekornya, berenang beberapa lingkaran di air sebelum pergi membawa gerombolan ikan lentera.
"Bao'er, bagaimana cara menemukan Raja Ikan ini lagi di kesempatan berikutnya?" Han Sen menatap permukaan sungai yang luas. Ini baru cabang sungai saja sudah sebegitu besarnya, entah harus mencari ke mana lagi untuk menemukan Raja Ikan ini nanti.
"Dia pasti akan ke sana..." kata Bao'er dengan tegas, sorot matanya yang lebar masih tertuju ke arah gunung raksasa, seolah masih enggan menerima kenyataan.
Han Sen juga tidak bisa berbuat apa-apa. Melihat kekuatan sulur duri purba makhluk aneh itu, sekalipun Dia bertransformasi menjadi Super Di Ling dan maju ke depan, itu percuma. Sama seperti ikan raja, itu hanya bunuh diri.
Untungnya sulur duri purba makhluk aneh itu sepertinya memiliki keraguan tertentu. Selama ini tidak pernah meninggalkan puncak gunung. Kalau tidak, ikan raja itu pun takkan punya kesempatan bertahan hidup.
"Hanya bisa menunggu sampai kekuatan meningkat, baru bisa merebut sulur duri purba itu lagi." Han Sen menggendong Bao'er sambil berjalan menyusuri tepi sungai.
Di tepi sungai terdapat jalan setapak yang sering diinjak-injak manusia. Melihat jejak kaki itu, jelas ada aktivitas manusia di sini.
Benar saja, setelah berjalan puluhan kilometer, terlihat sebuah kastil kuno di tengah hutan. Di dalam hutan juga terlihat manusia sedang berburu makhluk mutan.
"Teman, kalian dari mana?" Ada manusia yang melihat Han Sen dan rombongannya. Langsung ada yang mendekat dan bertanya.
“Tempat perlindungan kami berada di dekat hutan duri, tidak sengaja memasuki hutan duri dan tersesat hingga sampai ke sini, tidak tahu ini wilayah apa?” Han Sen mencoba bertanya dengan taktis.
“Kalian benar-benar Keberuntungan besar, ternyata bisa melewati hutan duri tanpa mati, ini bukanlah 'hoki' biasa.” Wajah orang itu menunjukkan ekspresi terkejut.
Han Sen mendengar penjelasannya bahwa ternyata benar-benar ada hutan duri di sini, langsung berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya dan menanyakan detail situasi wilayah ini kepada orang tersebut.
Hutan ini disebut Hutan Serangga Tak Terhitung, letaknya sangat dekat dengan hutan duri. Satu sisinya berbatasan langsung dengan hutan duri, sedangkan tiga sisi lainnya dikelilingi bidang air yang mengerikan. Di sini hanya ada satu perlindungan tingkat bangsawan yang entah mengapa berubah menjadi kosong tanpa kehadiran makhluk apapun. Manusia yang terdampar secara acak di perlindungan ini pun bertahan hidup di tempat ini.
Untungnya meski hutan duri dan area perairan penuh bahaya, hutan serangga ini masih bisa disebut relatif tenang. Luas hutan sangat besar, dengan populasi makhluk biasa, makhluk purba, dan makhluk bermutasi yang melimpah. Sangat ideal untuk kehidupan dan evolusi manusia. Manusia yang bisa sampai ke sini memang termasuk beruntung.
Tiga orang memasuki tempat perlindungan. Penduduk di sini sangat ramah. Karena jumlahnya tidak banyak sementara sumber daya sekitar melimpah, Evolusioner di sini tidak memiliki persaingan ketat. Mereka saling membantu berburu makhluk mutan untuk berevolusi. Suasana kolektif yang terasa sangat harmonis.
Han Sen dan Ratu sementara menetap di sini. Han Sen kembali ke Alliance untuk mengumpulkan data, berusaha menentukan posisinya di hutan duri. Jika memungkinkan, ia berencana langsung memindahkan Tempat Perlindungan Bawah Tanah ke lokasi ini.
Han Sen juga mengincar sulur duri kuno di gunung raksasa. Jika bisa bertahan di area ini, tentu merupakan kabar baik baginya.
