Pada awalnya semuanya berjalan lancar, makhluk mutan biasa sama sekali tidak berani mendekati Dinosaurus Biru. Ditambah kemampuan Han Sen memutus tujuh indra, mereka tidak menemui masalah berarti.
Namun tak lama kemudian, pergerakan Dinosaurus Biru mulai terganggu. Seiring menguatnya aroma wangi, kawanan tikus batu kelabu berhamburan dari celah-celah gua bak pasang surut, menyerbu ke sumber aroma pekat itu.
Dinosaurus Biru bahkan tidak punya ruang kosong untuk menginjak. Setiap langkahnya menggilas puluhan tikus batu menjadi remuk.
Tikus batu ini ukurannya tidak terlalu besar, hanya sedikit lebih besar dari tikus biasa. Seluruh tubuhnya seperti terbuat dari batu kelabu. Kawanan tikus ini sama sekali mengabaikan Dinosaurus Biru, berdesakan menuju sumber aroma wangi. Bahkan saat banyak rekan mereka terinjak mati, mereka tetap tidak menghiraukan.
Dinosaurus Biru berjalan mengikuti gelombang tikus, menginjak mati tak terhitung banyaknya tikus batu. Gua larutan di hadapannya semakin meluas, hingga akhirnya jalan buntu menghadang. Han Sen baru menyadari bahwa gua yang dilaluinya ternyata hanyalah pecahan kecil dari ruang bawah tanah raksasa.
Ruang bawah tanah itu luar biasa besarnya. Posisi Han Sen dan kawanannya hanyalah sebuah ceruk di setengah dinding batu. Panorama bawah tanah terbentang tak bertepi, dengan sungai-sungai bawah tanah mengalir deras dari celah-celah dinding, membentuk air terjun setinggi ratusan meter bahkan lebih, yang akhirnya bermuara di danau raksasa di pusat ruangan.
Danau itu nyaris tak terlihat tepinya. Di pinggirannya tumbuh sebuah pohon purba raksasa yang megahnya sulit dibayangkan. Bak pilar kosmik yang menopang langit-bumi, batangnya yang kolosal seolah menjadi penyangga utama seluruh struktur gua bawah tanah ini.
Akar-akarnya menjalar di bawah tanah seperti naga, sementara kanopi pohon menyatu dengan kubah batu di atasnya. Ranting-rantingnya tumbuh menembus kubah batu bagai akar, menopang langit-langit batu yang menyerupai angkasa.
Seluruh tubuh pohon raksasa berwarna hitam kekuningan terlihat biasa, bahkan dedaunannya pun sangat sederhana dengan warna hitam kekuningan yang tidak mencolok.
Namun aroma tubuh dan vitalitas yang mengerikan yang dipancarkannya membuat Han Sen jelas merasakan keistimewaannya. Yang lebih mengejutkan, di antara vegetasi itu benar-benar tumbuh banyak buah-buahan yang sama sekali di luar imajinasinya.
Han Sen telah melihat cukup banyak tumbuhan gen. Pohon gen seperti Pohon Ksatria Pemberontak yang bisa melahirkan ksatria hidup pun pernah ia saksikan. Sekalipun pohon purba raksasa ini menghasilkan beberapa malaikat atau iblis, Han Sen tidak akan terkejut.
Tapi buah yang tumbuh di pohon besar ini sama sekali tak terduga oleh Han Sen, melampaui semua imajinasinya, membuat matanya terpaku tak berkedip menatap buah-buah itu.
Buah yang tumbuh di Pohon Kuno ternyata adalah ubur-ubur satu per satu, dan yang mengejutkan ubur-ubur itu masih hidup, semuanya transparan bercahaya bagai lampu, memancarkan cahaya aneh namun suci.
Tentakel mereka masih terus bergerak tak henti, seolah ingin melompat dari ranting atau langsung mengambang dan terbang ke langit.
Di atas Pohon Kuno yang luasnya itu, buah-buah berbentuk ubur-ubur tersebut jumlahnya tak kurang dari ribuan. Jumlah sebanyak ini sungguh terlalu mengcengangkan. Jika setiap buah memiliki efek seperti buah gen dewa, maka buah-buah ubur-ubur di pohon ini benar-benar mengerikan.
"Entah apa sebenarnya kegunaan buah ubur-ubur ini?" Han Sen baru saja sadar, matanya menyapu sekeliling area.
Ratu jelas juga terkejut dengan buah ubur-ubur di pohon itu, matanya masih terpaku menatap buah-buah ubur-ubur tersebut.
Dinosaurus Biru bahkan mengeluarkan air liur dari sudut bibirnya, kaki belakangnya melangkah untuk terjun ke ruang bawah tanah dan menerobos ke arah Pohon Kuno itu.
Gelombang tikus batu seperti air terjun menyusuri lereng, terus mengalir menuju Pohon Kuno.
Kenyataannya, ruang bawah tanah yang luas ini dipenuhi siluet tikus-tikus batu, bagai air pasang yang menguasai sebagian besar wilayah puluhan kilometer di sekitar Pohon Kuno.
Di atas sebuah pilar batu dekat Pohon Kuno, berdiri seekor Raja Tikus Abu-abu yang posturnya berlipat ganda dari tikus biasa, saat ini sepasang mata tikusnya menatap tajam buah-buah ubur-ubur di atas pohon.
Selain tikus batu, tidak ada satu pun tikus yang berani mendekati danau besar itu. Han Sen melihat samar-samar siluet raksasa yang bersembunyi di balik air danau.
Bahkan di darat, ada beberapa area yang tak berani didekati oleh tikus batu.
Di antaranya, dua area yang langsung terlihat: satu di sisi timur pohon kuno terdapat area merah menyala seperti api. Bila diamati, ternyata itu adalah kumpulan katak besar berwarna darah yang sedang memutar mata anehnya ke atas, seolah menunggu buah-buah ubur-ubur itu jatuh.
Di antara katak darah tersebut ada seekor katak raksasa merah gelap seukuran badak, aura yang dipancarkannya sangat berbahaya. Sekilas terlihat jelas itu adalah makhluk tingkat dewa.
Sementara di sisi barat pohon kuno, bayangan hitam bergerak-gerak - segerombolan serangga hitam tak dikenal.
Bentuk serangga itu unik: masing-masing seperti jangkrik seukuran tinju dengan dua sungut panjang yang sangat tegar, mirip dua jarum baja.
Seluruh tubuh serangga itu hitam legam, namun matanya merah darah. Mereka mengeluarkan suara mencicit yang sangat nyaring dan menusuk telinga.
Di depan kawanan serangga, ada seekor jangkrik besar berkepala merah dan tubuh hitam, ukurannya bahkan lebih besar dari kucing. Namun ia hanya berjongkok diam-diam di sana, tidak berisik seperti jangkrik biasa.
"Satu lagi Makhluk Dewa Super!" Han Sen bergumam dalam hati.
Selain makhluk-makhluk super yang terlihat ini, Han Sen juga merasakan beberapa aura mengerikan yang bersembunyi diam-diam, jelas sedang mengintip buah di Pohon Bumi.
Begitu buah benar-benar matang, yang akan terlibat dalam perebutan bukan hanya beberapa Makhluk Dewa Super ini saja.
Han Sen tidak berani membiarkan Dinosaurus Biru mendekati Pohon Bumi, dari jauh sudah menghentikannya. Dinosaurus Biru sepertinya juga tahu kehebatannya, tidak memaksa menerobos ke dekat pohon.
Jumlah tikus batu sudah terlalu banyak, masih ada gerombolan besar tikus batu yang terus berdatangan dari sisinya Dinosaurus Biru. Saat ini mereka sama sekali tidak takut pada aura Dinosaurus Biru, bahkan tidak berniat menghindar.
Bukan hanya tikus batu, makhluk mutan lainnya pun demikian. Saat ini tak satu pun yang bermaksud bertarung dengan makhluk lain. Semuanya memandang penuh harap ke buah ubur-ubur di pohon, sama sekali tidak mempedulikan hal lain.
Daya tarik buah ubur-ubur bagi mereka telah jauh melampaui segalanya, membuat sama sekali tidak bisa muncul keinginan untuk membunuh.
Tapi apapun jenis makhluk mutannya, sekarang tak ada yang berani mendekati Pohon Ibu Bumi, seolah memiliki pertimbangan khusus.
Dari jarak yang lebih dekat, Han Sen kembali mengamati Pohon Ibu Bumi dengan seksama. Buah ubur-ubur transparan dan jernih seperti agar-agar, ditambah aroma buah yang memikat, justru membuat air liur ingin menetes.
Han Sen terus mengawasi, tiba-tiba ekspresinya berubah. Sorot matanya menatap tajam ke sebuah ranting di Pohon Ibu Bumi.
Di atas ranting itu, Han Sen ternyata melihat siluet yang mirip manusia.
Kini semua makhluk mutan tak berani mendekati Pohon Ibu Bumi, tapi ada sosok di atasnya. Han Sen sulit membayangkan entitas macam apa itu sebenarnya.
