Sulit dipahami alasan di balik semua ini, namun Han Sen merasa kecewa.
Awalnya mengira batu ini adalah harta berharga, siapa tahu ternyata hanya bagian dari prasasti yang sudah tiga tahun dia amati. Memang berat dan keras, tapi selain itu tidak ada keistimewaan lain.
Han Sen tidak mungkin mengangkat batu seberat ini untuk memukul orang. Lagipula dia pun tidak kuat mengangkatnya, batu ini terlalu berat.
Mengabaikan batu yang sudah terbuka, Han Sen terus mengayunkan sekop menggali ke bawah, ingin melihat apakah masih ada barang lain yang bisa ditemukan.
Makhluk kecil itu menatap penasaran ke arah Han Sen, sepertinya bingung apa sebenarnya yang sedang dilakukan pria itu.
Han Sen tidak peduli, asalkan makhluk itu tidak berteriak.
Dengan gaya Han Sen yang terkoordinasi bersama Pil Iblis Jahat, efeknya hampir setara ekskavator mini. Tak butuh waktu lama, mereka sudah menggali beberapa meter lebih dalam dan menemukan sesuatu lagi.
Selembar kain lapuk terselip di antara tanah. Tapi Han Sen curiga ini bukan barang berharga - saat sekopnya menyapu bagian bawah kain, tak ada sensasi khusus yang dirasakan sama sekali.
Dengan tangannya, ia mengais keluar kain itu yang ternyata cukup panjang. Butuh beberapa saat sampai seluruhnya berhasil ditarik.
Bentuknya mirip bendera yang sobek, namun tak ada pola dekoratif di permukaannya. Han Sen mulai mempertanyakan penilaiannya sendiri.
"Kenapa cuma nemuin barang percuma terus?" gerutu Han Sen sambil menghela napas. Tiba-tiba ia teringat, lalu mengeluarkan Kaisar Naga dari cincinnya. "Kamu kenal sama benda-benda ini?" tanyanya sambil menunjuk kain lapuk dan batu.
Kaisar Naga melihat batu itu, awalnya menggelengkan kepala, lalu memandang bendera yang dipegang Han Sen. Tiba-tiba raut wajaknya berubah: "Ini adalah Bendera Malam Abadi, tanda pengenal Sang Ratu Malam Abadi."
"Benda ini bendera Sang Ratu Malam Abadi? Jangan menipuku, barang ini bisa sobek hanya dengan ditarik. Apa Kaisar akan pakai benda seperti ini sebagai bendera?" Han Sen berkata penuh keraguan.
Kaisar Naga mendekat dan mengamati, alisnya pun berkerut: "Benar, ini memang Bendera Malam Abadi. Bahannya dari Sutra Malam Ekstrem. Tapi aneh, sepertinya Sutra Malam Ekstrem ini mengalami masalah... Terlihat seperti sudah kehilangan semua energi intinya..."
"Mungkin karena terkubur terlalu lama sampai membusuk?" ujar Han Sen.
"Bagaimana mungkin? Sutra Malam Abadi adalah urat dari pohon gen tingkat Kaisar. Sekalipun dibakar dalam api menyala selama sepuluh ribu tahun takkan merusaknya sedikit pun, apalagi hanya dikubur di tanah." Kaisar Naga mengingat: "Dulu aku pernah melihat Panji Malam Abadi. Ketika para pembawa panji Sang Ratu Malam Abadi mengibarkan bendera itu, langit-bumi pun terbalik. Siang bolong langsung berubah menjadi malam pekat."
"Pasti yang kau maksud bukan benda ini. Barang ini bisa sobek hanya dengan ditarik biasa, dan sama sekali tidak ada jejak kekuatan. Jangan-jangan ini barang palsu buatan seseorang?" Han Sen menarik bendera itu, membuat sobekan baru muncul.
Kaisar Naga menggelengkan kepala, jelas dia juga tak memahami.
Han Sen melempar bendera itu dan kembali menggali. Saat sedang asyik menggali, tiba-tiba dia merasakan guncangan di bawahnya. Lubang galian itu langsung ambruk.
Untungnya refleks Han Sen cepat. Dia langsung terbang menghindar. Setelah tanah selesai runtuh, terlihat sebuah lubang bawah tanah di bawahnya.
Melihat ke bawah, gua tanah itu tidak terlalu besar, paling-paling hanya seukuran sebuah ruangan.
Ruang di dalamnya berbentuk setengah lingkaran, terlihat seperti ada mangkuk batu besar yang terbalik miring terkubur dalam tanah, sehingga membentuk ruang sempit ini.
Han Sen masuk dan memeriksanya, memang ada mangkuk batu besar di sini. Namun bagian sisi mangkuk itu telah pecah, dan bagian yang rusak itulah yang menjadi jalan masuk saat Han Sen menggali.
Di dalam ruang terbalik mangkuk batu itu, Han Sen melihat sesosok mayat. Penampilannya agak mirip manusia, tapi Han Sen tak bisa memastikan.
Pakaian di tubuh mayat itu telah compang-camping membusuk tak berbentuk, sementara jasadnya sendiri telah berubah menjadi tumpukan tulang putih.
Kaisar Naga yang ikut masuk terkejut melihat mayat itu: "Kukira di sini akan terkubur Di Ling kepercayaan Sang Ratu Malam Abadi, ternyata malah seorang Pembawa Bendera Malam Abadi."
"Bagaimana Kaisar tahu?" Han Sen bertanya dengan kebingungan.
"Tidakkah kamu melihat bajunya juga terbuat dari Sutra Malam Abadi? Ini adalah seragam standar Bendera Malam Abadi." Kaisar Naga terbang ke atas mayat, mengelilinginya sambil mengamati lebih detail, lalu melanjutkan, "Tidak mungkin salah, ini benar-benar Bendera Malam Abadi. Di dahinya ada rongga mata ketiga. Kebanyakan Bendera Malam Abadi berasal dari Suku Tiga Mata Kegelapan, dan mayat ini jelas milik Suku Tiga Mata Kegelapan."
"Ini aneh. Bukankah katamu Sang Ratu Malam Abadi memberikan 13 koin ratu kepada 13 anak buah kepercayaannya? Kenapa ada satu koin di tangan seorang pembawa bendera?" Han Sen mengerutkan kening.
Long Di menggelengkan kepala: "Siapa yang tahu? Setiap generasi kaisar punya menteri baru. Setelah Sang Ratu Malam Abadi naik ke Perlindungan Keempat, kekuatan yang dia bangun langsung tercerai-berai tak lama kemudian. Sang Ratu Teratai Hitam juga harus melalui perjuangan berat baru bisa meraih pencapaian, akhirnya menduduki tahta kaisar, tanpa banyak menerima berkah dari Sang Ratu Malam Abadi. Adapun ketiga belas Di Ling itu, kebanyakan sudah menghilang dari dunia. Apa yang mereka alami kemudian, itu di luar pengetahuanku."
Han Sen tidak bertanya lagi. Dia langsung mengulurkan tangan ke dalam baju Pembawa Bendera Malam Abadi itu. Dia tidak takut dengan orang mati, apalagi ini cuma makhluk mutan, bukan manusia sungguhan. Jadi Han Sen sama sekali tidak merasa terbebani secara psikologis.
Material bajunya memang terbuat dari Sutra Malam Abadi, tapi berbeda dengan yang dikatakan Long Di. Begitu Han Sen menariknya pelan, baju itu langsung lapuk, lebih mudah rusak dibanding bahan biasa.
Di antara sobekan-sobekan baju itu, Han Sen benar-benar menemukan beberapa barang.
Ada botol batu kosong, beberapa potongan kain yang sudah membusuk, dan sebuah jubah hitam.
Semua pakaian Pembawa Bendera Malam Abadi sudah compang-camping, hanya jubah hitam ini yang masih utuh meski tak berkilau - tampak seperti kain linen hitam biasa. Namun warnanya sama sekali tidak memudar, hitam pekat seperti tinta murni.
Saat melihat Han Sen mengeluarkan dan membentangkan jubah itu, wajah Kaisar Naga langsung berubah pucat. "Astaga! Bagaimana mungkin Jubah Malam ada di sini? Di tubuh seorang pembawa bendera biasa?!"
"Jubah ini barang bagus?" tanya Han Sen sambil memeriksa jubah di tangannya, matanya berbinar.
"Bahkan lebih dari barang bagus! Ini adalah jubah legendaris Sang Ratu Malam Abadi! Harta genetik termasyhur di Perlindungan Suci Tuhan ketiga. Salah satu pusaka paling ikonik miliknya!" Sorot mata Kaisar Naga memancar saat menatap Jubah Malam.
“Tapi aku tidak melihat tenaga khusus apa pun di jubah ini?” Han Sen justru agak tidak percaya. Ia sudah mengamati cukup lama, tapi tetap tidak menemukan keistimewaan apapun pada jubah tersebut.
“Kalau kamu bisa melihat sesuatu, itu bukanlah Jubah Malam sejati.” Kaisar Naga mencibirkan bibir dengan penuh remeh. “Dulu saat Permaisuri Malam Abadi belum menyandang gelar Kaisar, beliau menyelinap ke Istana Langit dengan mengenakan jubah ini, membunuh Kaisar Sembilan Langit yang termasyhur saat itu. Peristiwa itu mengguncang seluruh Perlindungan Ketiga, sehingga beliau layak menyandang gelar Kaisar.”
