Setelah setia menemani Yanran beberapa hari sambil gencar menjalankan "kampanye membuat manusia", Han Sen baru kembali ke sanctuary setelah seminggu.
"Di mana bisa menemukan Makhluk Dewa Super yang sendirian?" Han Sen pusing tujuh keliling. Kemampuan sintesisnya sekarang berada di zona abu-abu - tidak cukup kuat untuk disebut jagoan, tapi juga tidak terlalu lemah.
Menyerang Perlindungan Kaisar masih belum memungkinkan, sementara Makhluk Dewa Super yang terpencil juga sulit dilacak.
"Andai saja Xie Qing Di ada di sini. Dengan bantuannya, menaklukkan Perlindungan Di Ling biasa mungkin tidak terlalu sulit." Gumam Han Sen dengan sedikit frustrasi.
Xie Qing Di masih berada di sekitar Sanctuary Pedang Suci. Lin Weiwei dan kawan-kawan juga sudah ke sana. Sayangnya Han Sen tak tahu arah Sanctuary Pedang Suci, jadi mustahil baginya untuk berpindah ke sana.
Setelah Tempat Perlindungan Bawah Tanah berpindah dua kali, Han Sen pergi memeriksa situasi dan terkejut. Perlindungan itu ternyata telah berpindah ke tengah hutan buah.
Setiap pohon dipenuhi buah-buah berwarna hijau kebiruan sebesar tinju. Tapi yang lebih mengejutkan, pohon-pohon ini semuanya adalah tumbuhan gen.
Hamparan tumbuhan gen yang tak terlihat ujungnya. Meski levelnya tidak terlalu tinggi - paling banter level purba - jumlahnya yang mengerikan ini tetap luar biasa.
Melihat hutan buah ini, Han Sen bersemangat. Dengan kristal hitam untuk menyerapnya, dia bisa mengisi ulang tetesan air kehidupan dalam jumlah besar.
Meski saat ini tidak menanam tumbuhan gen, tetesan air kehidupan masih bisa digunakan untuk memberi makan roh binatang dan makhluk mutan agar terus bermetamorfosis. Dengan begitu banyak roh binatang dan makhluk mutan yang dimilikinya, konsumsi tetesan air kehidupan sangat tinggi. Sebelumnya Han Sen terpaksa selektif dalam memberi makan roh binatang karena kekurangan tetesan air kehidupan.
"Jika bisa menyerap seluruh pohon buah ini," Dia tidak perlu lagi memilih-milih, semua roh binatang dan makhluk mutan bisa dikenyangkan sepuasnya.
Tidak berani langsung masuk ke hutan buah, Han Sen terlebih dahulu melakukan scan dengan aura Dongxuan di sekitarnya. Setelah memastikan tidak ada aura makhluk mutan, barulah ia melangkah masuk.
Dengan santai ia memetik sebutir buah hijau kebiruan, membelahnya dengan tangan. Ingin melihat dulu apa kegunaan buah-buah ini.
Saat lapisan tipis daging buah hijau itu terbuka, aroma pahit yang menyengat langsung menyebar.
Daging buahnya sangat tipis. Di dalamnya terdapat biji yang sangat besar. Han Sen terkesiap melihat ukuran biji tersebut.
Dengan cepat ia membersihkan sisa daging buah. Sebuah biji utuh muncul di tangannya.
"Kenari?" Han Sen mengamati biji di genggamannya. Bagaimanapun dilihat, ini jelas sebuah kenari raksasa.
Han Sen menghancurkan kulit luarnya, di dalam ternyata berisi kenari. Han Sen mencoba memakan sedikit, ternyata bisa langsung dimakan dan rasanya cukup nikmat.
Hanya saja setelah dimakan tidak ada efek khusus, rasanya seperti makan camilan biasa.
"Ini kan tumbuhan gen, sekalipun hanya tumbuhan gen biasa, seharusnya ada sedikit manfaat bukan?" Han Sen merasa agak aneh.
Raga Han Sen tentu tidak takut dengan tumbuhan gen level rendah ini. Ia memetik beberapa biji kenari lagi untuk dimakan, hasilnya tetap sama, sama sekali tidak berpengaruh pada tubuh.
Sebenarnya Han Sen memang tidak berharap banyak dari tumbuhan gen level rendah ini, jadi tidak merasa kecewa.
Ia mengulurkan tangan menekan batang pohon kenari, menggunakan kristal hitam untuk menyerap energi vital pohon ini. Mata menyaksikan pohon kenari itu layu dengan cepat, sementara kristal hitam mengeluarkan tetesan air kehidupan.
Setelah satu pohon kenari dihisap cairan oleh Han Sen, tetesan air kehidupan yang didapat sangat kecil, estimasi ulang hanya mengandung energi vital sekitar tiga bulan.
"Sedikit sekali energi vitalnya, terlihat memang tumbuhan gen biasa tidak salah." Han Sen berimajinasi sambil menuju ke pohon kenari lainnya.
Meski energi vital pohon kenari sedikit, tapi jumlahnya banyak, Han Sen berturut-turut menyerap energi vital lebih dari 100 pohon kenari, hasil yang diperoleh pun lumayan.
Han Sen sedang bersemangat menyerap energi vital, tiba-tiba melihat sesuatu di hutan persik tak jauh, meski belum jelas apa, tapi dia mendengar gemuruh kuku-kuku dan suara tumbukan ke pohon, sepertinya ada makhluk hidup sedang menghantam pohon kenari.
Mendekat untuk melihat, ternyata seekor babi hutan hitam besar seukuran badak sedang menubruk pohon kenari, sekali hantaman langsung membuat banyak kenari berjatuhan.
Lalu babi hutan itu menelan kenari yang jatuh ke dalam mulutnya dan mengunyah dengan keras, menggerus buah kenari hingga berbunyi kres, bahkan menelan kulit dan cangkangnya sekaligus.
Melihat babi hutan itu hanyalah seekor makhluk purba, Han Sen juga malas membunuhnya, lalu bersiap melanjutkan penyerapan energi vital dari pohon kenari.
Namun sebelum Han Sen sempat berbalik pergi, dia justru menyaksikan perubahan aneh terjadi pada tubuh babi hutan itu.
Entah berapa buah kenari yang telah dimakan babi hutan itu, tiba-tiba ia mulai berguling-guling di tanah sambil terus menerus berteriak, seolah-olah sangat kesakitan.
“Sial, jangan-jangan kenari ini beracun?” Hati Han Sen berdesir.
Tapi setelah dipikir-pikir lagi, tubuhnya sekarang begitu tangguh. Sekalipun kenari itu benar-benar beracun, racun dari tumbuhan gen level rendah seperti ini takkan mempan padanya. Bisa membuatnya keracunan makanan saja sudah luar biasa.
Melihat babi hutan itu menjerit kesakitan sambil berguling-guling di tanah, Han Sen mengawasi beberapa saat lalu tiba-tiba matanya membelalak dengan ekspresi sulit dipahami.
Badan babi hutan itu perlahan menyusut seiring gulingannya.
Han Sen mengusap matanya berulang kali, memastikan ia tidak salah lihat - tubuh gagah babi hutan yang semula sebesar badak itu kini menyusut satu lingkaran, bagai dideflasi.
Makhluk mutan yang bisa berubah ukuran memang ada, tapi seekor makhluk purba bisa melakukan ini? Ini agak mencengangkan.
Lagipula sepertinya penyusutan tubuh babi hutan ini disebabkan oleh kenari yang dimakannya.
Han Sen membelalakkan matanya mengawasi ketat babi hutan yang berguling-guling di tanah. Tak berapa lama, tubuh babi itu menyusut lagi satu lingkaran. Hanya dalam belasan menit, ukuran babi hutan yang awalnya sebesar badak itu terus mengecil hingga seukuran babi biasa, bahkan masih terus menyusut.
Han Sen mengamati selama setengah jam di tempat itu. Babi hutan itu kini menyusut hingga seukuran anjing liar, beberapa kali lebih kecil dari sebelumnya.
"Jangan-jangan kenari itu memiliki kekuatan pengecilan?" Hati Han Sen berdesir. Tiba-tiba ekspresinya berubah drastis. Dengan panik ia menunduk dan menarik celananya untuk melihat ke dalam.
"Syukurlah... Syukurlah... Hanya kepanikan palsu." Setelah memeriksa dan meraba-raba untuk memastikan tak ada kelainan, Han Sen mengusap keringat di dahinya. Aksi tadi benar-benar membuatnya kaget setengah mati.
Babi hutan telah berhenti menyusut, setelah bangkit dari tanah, babi hutan itu malah menabrak pohon lagi. Setelah merontokkan kenari, dia kembali menelannya dengan rakus. Tak lama kemudian, babi hutan itu menjerit-jerit kesakitan sambil berguling-guling di tanah, posturnya semakin menyusut.
Sekarang Han Sen akhirnya bisa memastikan: Memang benar hubungannya dengan kenari-kenari itu yang membuat babi hutan menyusut.
