Sorot mata Han Sen ke Xie Qing Di seperti melihat monster. Ia bersumpah, bahkan saat menghadapi makhluk mutan yang nyaris meregangkan nyawanya dulu, tak seekstrim keterkejutannya sekarang.
Kaisar spiritual yang menggambar komik CEO otoriter? Han Sen mengira ini cuma mimpi buruk.
Di bawah desakan Xie Qing Di, Han Sen membuka《CEO Otoriter Cinta Cinta Cinta》. Teknik gambarnya sangat mumpuni, mengingat ini karya Di Ling, simulasi sederhana pun takkan kalah kualitas. Itu bukan masalah.
Tapi ini apaan sih? Tokoh utamanya ternyata sama persis dengan Xie Qing Di sendiri, dia cuma melukiskan dirinya sendiri ke dalam komik, lalu menambahkan berbagai kostum yang super keren, berbagai gaya sok cool dan pamer, menggoda cewek-cewek, berbagai ekspresi "Aku direktur yang paling jago", dan berbagai wanita cantik yang ditaklukkan sampai menjilat pantat.
Tapi para cewek dalam komik itu, menurut Han Sen agak tidak beres. Meski semuanya cantik dan seksi, dengan gaya yang berbeda-beda, tapi agak tidak seperti manusia.
"Apa yang kamu gambar ini adalah makhluk roh?" Han Sen menunjuk ke gambar para wanita cantik itu sambil bertanya.
"Hehe, ini semua adalah Di Ling dari masa lalu." Xie Qing Di menjawab dengan sikap yang ambigu.
Han Sen ternganga menatap Xie Qing Di. Orang ini benar-benar berani, ternyata berkhayal tentang para cewek Di Ling itu. Tingkat keberaniannya jauh melebihi manusia biasa.
"Kakak, karya aku ini pasti menciptakan era baru. Kamu bantu posting di jaringan pengawasan apa itu tadi, pasti langsung viral." Xie Qing Di dengan penuh percaya diri menyuruh Han Sen mempublikasikannya di jaringan pengawasan.
Han Sen terpaksa setuju, tapi tak berani memakai namanya sendiri. Menggunakan nama Xie Qing Di, ia mendaftarkan akun penulis dan menerbitkan "CEO Otoriter yang Tersesat dalam Cinta". Gaya CEO otoriter yang udah dari dulu umum di pasaran ini membuatnya khawatir disangka sebagai pembuat komik, memalukan kalau sampai ketahuan.
Setelah dipublikasikan, Han Sen langsung mengabaikannya. Ia membawa Bao'er ke Pegunungan Hantu. Perasaannya mengatakan kalau terus dekat dengan Xie Qing Di, dirinya pasti akan jadi abnormal - karakter ini terlalu jahat sifatnya.
Si Perak Kecil belum kembali sejak pergi membawa esensi gen kehidupan rubah hantu. Han Sen takut terjadi sesuatu, jadi pergi ke Pegunungan Hantu untuk memastikan keberadaan si perak kecil di sana.
Adapun manusia-manusia itu, selain Sang Ratu, semuanya ditahan Han Sen di Sanctuary Pedang Suci. Tempat Perlindungan Bawah Tanah menyimpan terlalu banyak rahasia. Han Sen tidak ingin terlalu banyak orang melihat barang-barang di dalamnya. Lagipula, Sanctuary Pedang Suci juga merupakan wilayah kekuasaan Han Sen, bertahan di sana pun sama saja.
Han Sen membawa Bao'er, menunggangi Golden Roar langsung menerobos masuk ke Pegunungan Hantu.
Tapi yang membuat Han Sen heran, di Pegunungan Hantu ternyata tidak ditemukan Makhluk Dewa Super sama sekali. Ular putih besar dan Makhluk Dewa Super lainnya seolah-olah menghilang.
Han Sen melintasi seluruh Pegunungan Hantu, mengikuti rute yang pernah dilewatinya sebelumnya. Tidak satu pun Makhluk Dewa Super yang biasanya menghuni pegunungan ini terlihat.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Hati Han Sen dipenuhi kegelisahan dan kebingungan.
Jika di sini terjadi perang besar, semua makhluk dewa super seharusnya mati, tapi kenyataannya tidak terlihat seperti itu. Tidak ada jejak pertempuran di sini, dan makhluk-makhluk mutan lainnya masih ada, hanya makhluk dewa super yang menghilang.
Kawanan hewan bersayap darah masih ada, jumlah mereka tampaknya tidak berkurang, tapi raja mereka dan anak hewan rajanya telah menghilang.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa mereka semua menghilang?" Han Sen sulit memahami situasi ini, karena tidak terlihat ada tanda-tanda pertempuran.
Dengan kekuatan Pegunungan Hantu, sekalipun sebuah perlindungan Di Ling menyerang, mungkin masih sulit untuk mengalahkan tempat ini. Dan seharusnya ada jejak pertempuran yang tersisa.
Sekarang Pegunungan Hantu benar-benar tidak berubah, tapi makhluk-makhluk dewa super itu hilang. Semakin dipikir, semakin terasa misterius.
Han Sen berputar-putar di sekitarnya, tetap tidak menemukan petunjuk kecil yang tersembunyi. Saat dirinya khawatir akan Si Perak Kecil, di malam hari tiba-tiba melihat arah tertentu memancarkan cahaya ungu samar, mengecat langit malam di area tersebut menjadi warna ungu yang mengerikan.
Hati Han Sen dipenuhi kekaguman. Ia menatap ke arah itu, namun jarak terlalu jauh sehingga tak bisa melihat apa pun. Jangkauan aura Dongxuan pun masih belum mencukupi.
Setelah berpikir sebentar, Han Sen langsung memanggil sayapnya dan terbang menuju arah pancaran cahaya ungu itu.
Area sumber cahaya ungu ternyata sangat jauh. Han Sen harus terbang keluar dari Pegunungan Hantu, melintasi dua tiga li, baru melihat asal muasal cahaya ungu tersebut.
Ternyata itu adalah sebuah gunung besar yang memancarkan sinar jingga keunguan dari seluruh tubuhnya. Namun gunung itu terlihat aneh. Han Sen berhenti mengamati sejenak, ekspresinya langsung berubah penuh ketakutan.
Baru saja dia sedang berjalan kaki, jadi mengira karena jarak dirinya dengan gunung semakin dekat, sehingga merasa gunung itu terlihat membesar.
Tapi setelah Han Sen berhenti dan mengamati sebentar, ternyata bukan karena jaraknya yang semakin dekat sehingga gunung ungu itu membesar. Gunung bercahaya ungu itu justru seperti sedang tumbuh, semakin tinggi dan semakin besar.
Han Sen terpana menatapnya. Dia belum pernah mendengar hal seperti gunung bisa tumbuh.
Seandainya ada gempa bumi atau perubahan tektonik di sekitarnya mungkin masih bisa dipahami, bisa jadi karena tekanan lempeng yang menyebabkan ketinggiannya bertambah. Tapi lingkungan sekitar sama sekali tenang tanpa aktivitas seismik, sementara Gunung Ungu itu terus tumbuh dengan cepat – ini benar-benar terlalu mengerikan.
Han Sen tidak berani melanjutkan perjalanan. Meski rasa penasarannya besar, usia yang sudah matang membuatnya tak lagi gegabah menerobos. Sambil tetap mengawasi Gunung Ungu, dia mulai memindai situasi di sekelilingnya.
Di sini adalah hamparan padang rumput yang luas, hampir tidak ada penghalang yang terlihat, memungkinkan untuk melihat jelas gunung besar yang memancarkan cahaya ungu samar.
Di sekitarnya, gerombolan ular, serangga, tikus, dan semut merayap keluar dari sarangnya, bergerak menuju arah gunung ungu.
Dari kejauhan, kawanan makhluk mutan berukuran besar berlari kencang menuju gunung ungu. Dari segala penjuru, makhluk-makhluk aneh dalam jumlah besar berduyun-duyun mendekati gunung itu, terlihat sangat bergairah.
Han Sen mengulurkan tangan untuk menangkap ular raksasa itu, namun sang ular dengan gesit menghindar sambil menatapnya dengan tatapan penuh permusuhan.
Melihat ular tersebut tidak menunjukkan perilaku aneh dan tetap dalam keadaan sadar, Han Sen sedikit merasa lega. Tampaknya mereka tidak dikendalikan oleh kekuatan gaib untuk menuju gunung ungu.
"Kalau mereka tidak dikendalikan, berarti ada sesuatu di Gunung Ungu yang menarik perhatian mereka. Jangan-jangan ada harta di puncak Gunung Ungu? Apa Si Perak Kecil dan makhluk-makhluk suci super dari Pegunungan Hantu sudah duluan ke sana?" Han Sen memandang arah gunung itu dengan tatapan penuh kecurigaan.
Setelah merenung sebentar, Han Sen pun terbang menuju Gunung Ungu. Jika benar ada harta karun, tentu dia tak boleh melewatkannya. Jika ada bahaya, mungkin Si Perak Kecil juga butuh pertolongan.
Dengan kekuatan Han Sen sekarang, sekalipun bertemu petarung level Kaisar, dia masih bisa bertahan beberapa saat. Jadi tak perlu terlalu takut.
Mengikuti arus kerumunan makhluk menuju Gunung Ungu, selama Han Sen tidak memprovokasi mereka, para makhluk itu pun tak peduli padanya. Semuanya sprint mati-matian ke arah gunung ungu, seolah ada hidangan lezat di sana.
Di perjalanan Han Sen melihat kawanan serigala besar, gerombolan semut seperti sungai, serta burung-burung monster di langit yang bagaikan awan hitam pekat. Semuanya berebut-rebut mengarah ke Gunung Ungu.
