Yang menggelinding dari gunung bukanlah batu, melainkan bola daging putih berkilau seperti ekor lobster, tapi terlihat lebih kering dengan kandungan air yang tidak sebanyak itu.
Han Sen tidak merasakan aroma bahaya darinya. Setelah maju beberapa langkah, ia menyadari itu bukan bola daging, melainkan lebih mirip jamur jenis tertentu - seperti bagian bawah jamur tiram raksasa, namun dengan tekstur yang lebih putih bersih dan halus.
Ukurannya sebesar bola fitness, sangat bulat sempurna. Saat jatuh dari atas tadi, Han Sen melihatnya memantul beberapa kali dengan kelenturannya sangat baik.
Alasan Han Sen berubah pucat saat melihatnya adalah karena bola putih itu ternyata ditempeli banyak darah berwarna merah menyala yang mirip dengan darah manusia, kontras yang menyilaukan dengan warna putih bola tersebut.
Melihat objek itu tidak bereaksi, Han Sen mendekat dan mengulurkan tangannya untuk menyentuh bola tersebut, ingin memeriksa jenis darah yang menempel.
Namun sebelum telapak tangannya menyentuh darah itu, bola tersebut tiba-tiba menggelinding menghindari sentuhan Han Sen.
Han Sen langsung waspada mengawasi bola putih itu, tapi tetap tidak mendeteksi aura khusus apapun.
Bola itu diam di tempat seperti benda mati, juga tidak melancarkan serangan terhadap Han Sen.
Han Sen maju beberapa langkah lagi, tapi ketika hampir menyentuhnya, bola itu kembali menggelinding sendiri menghindari genggaman.
Sekarang Han Sen mulai merasa terkejut. Di bola putih ini, dia tidak bisa merasakan aura kehidupan, tapi benda ini terlihat seolah memiliki nyawa, benar-benar mengandung keanehan.
Han Sen yang penuh semangat kembali mengulurkan tangan untuk menyentuh bola putih. Bola itu lagi-lagi menghindar, membuat Han Sen mempercepat langkahnya untuk mengejar.
Awalnya bola putih menggelinding tidak terlalu cepat. Namun setelah Han Sen meningkatkan kecepatan, bola putih malah ikut mempercepat gerakannya. Bahkan setelah beberapa kali percepatan berturut-turut, Han Sen tetap gagal menyentuh bola tersebut.
Bao'er yang penasaran memperhatikan bola putih, seolah terpikat olehnya. Dari bahu Han Sen, dia melompat dan membentangkan kedua tangan untuk menerjang bola putih dengan kecepatannya yang mencengangkan, jauh melampaui kecepatan Han Sen sebelumnya.
Saat Bao'er hampir menerpa bola putih, tiba-tiba bola itu berguling dengan kecepatan ekstrim, menghindar dengan gemilang dari serangan Bao'er.
Karena Bao'er menerjang dengan kedua tangan terbuka, bola putih yang tiba-tiba menghindar ini membuatnya langsung terjatuh ke tanah. Helm di kepala dan kacamata hitam yang dikenakannya terlempar ke samping, wajah kecilnya penuh lumpur.
Bola putih besar itu melonjak-lonjak di kejauhan menghadap Bao'er yang masih tiarap di tanah. Meski tak memiliki ekspresi maupun suara, Han Sen merasakan sensasi aneh seolah bola itu sedang mengejek Bao'er.
Han Sen tak tahu mengapa mendapat kesan seperti ini. Tanpa alasan yang jelas, bola putih itu memang memberinya perasaan demikian.
Dari sorot matanya yang melirik tajam, jelas Bao'er merasakan hal sama dengan Han Sen. Marah karena diprovokasi, bocah itu langsung bangkit dari tanah dengan wajah merah padam, menerjang bola putih seperti anak harimau kecil yang naik pitam.
Kecepatannya seolah-olah seperti teleportasi, membuat Han Sen terpana. Kecepatan ini bahkan bisa menyaingi kecepatan tertinggi Han Sen saat menggunakan status Super Di Ling. Meski selalu tahu Bao'er kuat, tak disangkannya ternyata sekuat ini.
Tapi hal yang lebih mengejutkan terjadi. Kecepatan Bao'er yang tak terbayangkan ternyata masih gagal menangkap bola putih itu. Bola putih berguling cepat dengan bayangan samar putih beruntun, kembali berhasil menghindar dari serangan Bao'er.
Gagal dalam serangan pertama, tubuh mungil Bao'er tak berhenti sama sekali. Tanpa menyentuh tanah, ia meminjam tenaga di udara untuk kembali menerjang bola putih, bagaikan anak harimau bersayap.
Han Sen tertegun seperti patung. Teknik gerak Bao'er yang melayang di udara ternyata adalah Jurus Phoenix Terbang miliknya. Meski Han Sen sudah menggunakan jurus itu di hadapan Bao'er tak terhitung kali, gadis kecil itu tak pernah menirunya. Kini tiba-tiba dia bisa menggunakannya, membuat Han Sen terkaget-kaget.
Han Sen mengamati lebih seksama. Di udara, Bao'er terus-menerus melakukan serangan terbang. Tidak diragukan lagi itu adalah Jurus Phoenix Terbang-nya. Banyak teknik yang merupakan inovasi Han Sen sendiri, berbeda dari Jurus Tujuh Lipatan Menggemparkan maupun Jurus Phoenix versi asli.
Di bawah gempuran bertubi-tubi Bao'er, bola putih besar terus menggelinding tak henti. Badan bola berotasi kencang, berguling ke kiri-kanan di medan pegunungan, berputar maju-mundur, ternyata berhasil menghindari seluruh serangan udara Bao'er.
"Ini sebenarnya benda apa sih?" Han Sen semakin penasaran. Secara logika, kecepatan seperti ini sudah setara dengan tingkat makhluk Dewa super.
Tapi Han Sen sama sekali tidak bisa merasakan aura kehidupan dari bola putih besar itu.
Lagipula, benda bulat besar tanpa hidung, mata, tangan, atau kaki ini sulit disebut makhluk Dewa super. Bahkan bunga pemakan manusia pun punya mulut, sementara benda ini hanya bulat sempurna.
Bao'er terus menerkam cukup lama namun tak kunjung berhasil menangkap bola putih besar itu. Wajah kecilnya sudah merah padam dipenuhi amarah dan kekecewaan. Tiba-tiba tangannya menyambar labu mini kecil yang muncul di genggamannya. Dengan dasar labu menghadap langit dan mulut labu mengarah ke bola besar itu, telapak tangan mungilnya menghantam labu mini itu dengan keras.
Tiba-tiba tarikan mengerikan muncul dari mulut labu, menyedot bola putih besar itu ke arah labu.
Bola putih besar menggelinding ke arah Bao'er, tapi tak lama kemudian berusaha mati-matian menghentikan gerakannya, berusaha keluar.
Namun tarikan labu terlalu kuat. Bola itu berputar gila-gilaan seperti roda mobil yang terlepas, tapi tak bisa kabur.
Permukaan bola putih halus yang indah itu bergesekan keras dengan batuan tanah, memercikkan bunga api dan membentuk lubang bulat.
Han Sen mengawasi bola itu dengan rasa kaget. Ini pertama kalinya labu kecil Bao'er gagal menyedot sesuatu, memperkuat kecurigaannya akan asal-usul benda itu.
Meski labu tidak bisa menyedot bola putih besar, bola itu juga tak bisa melepaskan diri dari tarikan labu. Bagaimanapun kerasnya ia berotasi hingga menghancurkan batuan, tetap saja tidak bisa kabur - persis seperti ban yang tergelincir di lubang pasir.
Di atas gunung mistis ini, tiba-tiba muncul benda aneh seperti ini. Han Sen sudah merasakan firasat buruk. Melihat bola putih terperangkap tarikan labu, ia langsung menghunus Pedang Suci Phoenix. Sembilan gembok gen terbuka, warna darah membasahi bilah pedang. Dengan satu sabetan tajam, ia menghantam bola putih itu.
Bola putih yang terjebak di tempat itu sama sekali tak bisa menghindar. Pedang itu langsung mendarat di permukaannya.
Bilah Pedang Suci Phoenix yang tajam langsung menembus masuk. Tapi Han Sen merasa ada yang tidak beres.
