"Kaisar Naga, adakah metode khusus untuk mengendalikan Makhluk Dewa Super?" Han Sen menatap Kaisar Naga dan bertanya.
Kaisar Naga tertegun sejenak, lalu ekspresinya berubah drastis, buru-buru berkata: "Kamu tenang saja, kamu sudah membantu saya mendapatkan raga baru, saya justru berterima kasih padamu, tidak mungkin berkhianat. Lagipula raga baru saya ini butuh evolusi, bisa bersama petarung kuat sepertimu sangat membantu proses evolusi saya..."
Han Sen mengangkat tangan, menunjuk ke arah Snowball di sebelah sana.
Kaisar Naga langsung paham maksud Han Sen, tapi tetap terbata-bata: "Ada... ada sih metode khusus... tapi metode itu harus dilakukan dengan sukarela dari pihak yang bersangkutan."
Melihat sikap Kaisar Naga, Han Sen tahu pasti ada metode merendahkan yang lebih efektif. Hanya saja dia takut Han Sen akan menerapkannya pada dirinya sendiri, makanya enggan mengungkapkan.
"Coba ceritakan, metode apa itu." Han Sen sengaja tidak menekan terlalu keras. Kalau tidak, sekalipun Kaisar Naga mengungkapkan metode merendahkan itu, mungkin akan diam-diam menyisipkan gerbang belakang yang justru merugikan.
Kaisar Naga segera berkata, "Metode saya ini sangat sederhana, tapi membutuhkan bakat garis keturunan darah untuk bisa digunakan, tidak tahu apakah Anda bisa menggunakannya."
"Kamu cukup memberitahu, bisa atau tidak itu urusanku sendiri." Han Sen berkata dengan datar.
Kaisar Naga tidak menambahkan kata-kata lagi, lalu memberitahu Han Sen tentang metode tersebut.
Benar seperti yang dikatakan Kaisar Naga, metode itu memang harus dilakukan dengan sukarela oleh pihak lawan.
Han Sen mencoba mantra yang dijelaskan Kaisar Naga, menemukan bahwa ia bisa menggunakannya dengan lancar. Entah karena hubungan bakat, atau darahnya yang sudah diperkuat, tentu mungkin juga karena pengaruh Hidup Darah Sutra Saraf.
Bagaimanapun juga, Han Sen lega mengetahui dirinya bisa menggunakan metode itu. Jika tidak bisa mengendalikan sepenuhnya Snowball itu, dia lebih memilih langsung membunuhnya.
Tenaga khusus seperti ini, jika tidak bisa dikendalikan sepenuhnya, akan menjadi bahaya yang sangat besar.
Han Sen tidak lagi menghiraukan Kaisar Naga, membiarkannya mencari telur Makhluk Dewa Super itu sendiri. Sementara itu, Han Sen mendekati Snowball dan berkata, "Kamu bisa memahami ucapanku, bukan?"
Ekspresi Snowball berubah masam. Justru karena memahami perkataan Han Sen, makhluk ini tahu maksud kedatangannya.
Namun akhirnya Snowball mengangguk. Bukan sekadar penakut biasa, anggota Makhluk Dewa Super yang satu ini benar-benar makhluk aneh.
"Bagus, daripada aku bertele-tele. Pilihanmu: direbus menjadi satu panci daging, atau membuat kontrak denganku?" Lanjut Han Sen.
Ekspresi Snowball berubah-ubah. Matanya melirik ke panci air mendidih, sebelum akhirnya mengangguk lesu seolah menyetujui perjanjian dengan Han Sen.
Han Sen tidak banyak bicara, langsung mencabut Pedang Suci Phoenix. Dengan sekali sabetan, dia melukai tubuh Xue Qiu dengan luka panjang. Darah segera mengucur deras, membuat Xue Qiu menjerit-jerit kesakitan sampai air matanya muncrat.
Han Sen menggerakkan tangannya, mengarahkan aliran darah itu ke telapak tangannya. Sambil melihat ekspresi Xue Qiu yang memelas, dia berkata dengan tertawa: "Aku benar-benar belum pernah melihat Makhluk Dewa Super pengecut sepertimu. Kau benar-benar memperluas wawasanku."
Sambil berkata demikian, Han Sen mengalirkan darah Xue Qiu ke telapak tangannya. Darah itu menempel di kulitnya, perlahan meresap ke dalam. Secara mengejutkan, darah itu mulai membentuk pola yang mirip siluet Xue Qiu - hanya berupa bayangan berwarna darah tanpa hidung, mulut, mata atau telinga.
"Ayo," ujar Han Sen sambil mengulurkan telapak tangannya ke depan wajah Xue Qiu.
Ekspresi Snowball berubah-ubah paling tidak stabil, sepertinya sangat berjuang, akhirnya mengatupkan gigi dan menyemburkan seberkas cahaya putih yang menyatu ke dalam bayangan merah itu.
Bayangan yang terbentuk dari darah itu seketika bergerak-gerak di kulit Han Sen, seolah-olah hidup kembali, perlahan menyatu ke dalam kulit dan menghilang.
Sementara Snowball menundukkan kepala seperti istri kecil yang baru saja diperkosa, dengan kondisi sangat lemah terkapar di sana.
Han Sen melihat telapak tangannya, dengan konsentrasi penuh bayangan merah mirip Snowball itu langsung muncul. Snowball yang sangat lemah itu berguling-guling di tanah sambil jerit kesakitan.
Setelah Han Sen kembali berkonsentrasi, bayangan darah di tangannya menghilang. Snowball baru berhenti menjerit, terkapar di tanah sambil terengah-engah dalam kesakitan.
Han Sen cukup mengagumi teknik darah rahasia milik Kaisar Naga ini. Ke depannya, ini menjadi metode khusus untuk mengendalikan makhluk mutan. Tapi bagi sebagian besar Makhluk Dewa Super, mungkin teknik ini tidak berguna. Kebanyakan dari mereka tidak penakut seperti Snowball.
Han Sen melirik Kaisar Naga yang masih mondar-mandir di dalam gua mencoba menemukan telur Makhluk Dewa Super itu, lalu berbisik ke Snowball: "Bawa aku ke sana. Kamu tahu maksudku."
Dengan susah payah, Snowball berusaha berdiri. Limbung, dia berjalan keluar gua diikuti Han Sen yang menggendong Bao'er.
"Kenapa sudah pergi? Aku belum menemukannya!" teriak Kaisar Naga panik melihat Han Sen hendak keluar.
"Kami mau melihat-lihat di luar. Teruskan pencarianmu di sini. Kalau ketemu, berteriaklah." Ucap Han Sen sembari menyusul Snowball keluar gua.
"Si tua bangka Long Di ini waktu itu sudah bikin Han Sen kerepotan, mana mungkin Han Sen mau asal kasih sebutir telur Makhluk Dewa Super ke dia? Itu kan bernilai beberapa point Gen Super Dewa. Kalau mau, harus ada kontribusi yang ditunjukkan. Mau dapetin gratis? Nggak mungkin!"
Tentu saja, kalau Long Di mau menyelesaikan kontrak darah tadi dengannya, Han Sen sebenarnya nggak keberatan langsung kasih telur Makhluk Dewa Super itu.
"Oke!" Seluruh perhatian Long Di tertuju pada telur Makhluk Dewa Super itu. Setelah jawab singkat, dia langsung nyungsep lagi ke dalam gua sambil mengobrak-abrik tumpukan, berusaha memilih mana yang benar-benar telur Makhluk Dewa Super.
Han Sen dalam hati juga bingung. Meski Long Di kadang otaknya nggak terlalu encer, tapi wawasannya memang luar biasa. Dari sikapnya yang sangat yakin telur itu ada di dalam gua, kok malah Snowball mengajaknya keluar?
"Tapi nyawa Snowball sekarang ada di tangan Han Sen, dia tidak takut akan trik apa pun."
Mengikuti Snowball melewati terowongan batu gelap yang rumit, mereka segera tiba di gua lain. Snowball dengan lesu menunjuk ke dalam gua menggunakan cakarnya.
Han Sen melirik ke dalam gua, dan memang melihat sebuah telur yang tampak sama persis dengan yang di gua sebelumnya. Aura kehidupan di permukaannya juga sangat lemah.
Telur itu mengambang di sebuah kolam persegi kecil, terombang-ambing dalam arus air yang menyembur dari mata air di dasar kolam.
"Apa air kolam ini agak bermasalah?" Han Sen mengerutkan kening sambil menatap Snowball.
Snowball mengangguk lalu menggelengkan kepala, menggonggong dua kali sebelum berjalan mendekati tepi kolam.
Karena Snowball saat ini sangat lemas dan konsentrasinya tidak kuat, Han Sen tidak bisa mendengar harapan tersembunyinya. Namun dari gerak-geriknya, terlihat jelas bahwa ia ingin membantu Han Sen mengambil telur naga beracun itu.
Snowball baru saja mendekati tepi kolam, tiba-tiba ada sesuatu yang muncul dari dalam air, menyembul ke permukaan.
Han Sen terkejut sejenak sebelum terkagum-kagum. Benda yang muncul itu dengan cepat merekah, ternyata merupakan sekuntum bunga merah menyala yang indah bak mawar.
