Santo Badak tidak menolak. Dengan suara "Moo-Moo!", ia masuk ke dalam Botol Jueqing.
Han Sen gembira hatinya, lalu menutup rapat Botol Jueqing. Ini prinsip yang sama dengan manusia yang diteleportasi keluar dari dunia perlindungan. Botol Jueqing merupakan ruang privat yang terpisah, tidak berada dalam ruang yang sama sehingga kontrak tidak lagi berpengaruh pada Santo Badak.
Santo Fan Da Di tidak mungkin lagi memanfaatkan kontrak untuk membunuh Badak Suci yang tidak kembali. Bagi Han Sen yang benar-benar ingin menjadikan Badak Suci sebagai kekuatannya, tetap harus mengalahkan Santo Fan Da Di hingga tuntas menyelesaikan masalah kontrak. Barulah Badak Suci dapat bergerak bebas di dunia luar.
Namun saat ini Han Sen belum mampu membunuh Santo Fan Da Di. Diduga seluruh Makhluk Dewa Super di Sanctuary Santo Fan sudah menjadi bagian dari raga Santo Fan Da Di. Santo Fan Da Di yang berasimilasi dengan beberapa Makhluk Dewa Super saja sudah sehebat ini, bayangkan jika seluruh makhluk di Sanctuary Santo Fan melebur dengannya - sungguh mengerikan. Harapan untuk mengalahkan Santo Fan sangat tipis.
Sekali pun Santo Fan Da Di sebodoh itu, pasti sudah menebak bahwa kelainan pada dirinya terkait kekuatan berunsur racun. Lain kali ingin menggunakan metode serupa untuk melawannya, mungkin tidak akan semudah ini lagi.
Racun Tersembunyi Kaisar Kalajengking Tato Sihir meski mematikan, namun hanya bisa menempel pada fisik. Han Sen harus menggunakan raganya sendiri untuk melukai raga lawan. Jika Kaisar Sheng Fan telah mengasimilasi seluruh Makhluk Dewa Super dan Di Ling, mustahil bagi Han Sen untuk melukai fisiknya.
Yang patut disyukuri adalah kali ini tidak ada korban jiwa, hanya menderita luka-luka. Untungnya Si Perak Kecil segera kembali menyelamatkan Tuhan, kalau tidak, apakah bisa bertahan sampai racun Kaisar Sheng Fan bereaksi masih menjadi pertanyaan.
Racun Tersembunyi membutuhkan waktu tertentu baru bisa berfungsi, bukan jenis racun yang langsung bereaksi.
Semua orang kembali ke perlindungan. Sang Ratu langsung pergi ke Arena Pertarungan untuk berlatih. Dalam pertempuran kali ini, sama sekali tidak ada kesempatan baginya untuk membantu, kemampuan fisik yang terlalu jauh tertinggal, bahkan untuk bertarung mati-matian pun tidak ada celah.
Tentu saja, bunuh diri dan bertarung habis-habisan tetap berbeda. Kalau ingin bunuh diri, kapan saja bisa, tetapi bisa mati dengan bernilai - itu sudah cerita lain.
Ratu semakin giat berlatih, pertempuran ini membuatnya semakin menyadari kesenjangan antara dirinya dengan Han Sen. Jangan dibandingkan dengan Han Sen, bahkan makhluk mutan atau makhluk roh di sekitarnya sekarang jauh lebih kuat darinya.
Sebenarnya ini bukan sepenuhnya kesalahan Ratu. Manusia baru berkembang di Sanctuary sekitar dua ratus tahun, sementara makhluk mutan dan makhluk roh telah berkembang selama ribuan tahun. Kondisinya masih tergolong normal.
Kepulangan Si Perak Kecil membuat Han Sen senang, tapi Kaisar Tulang Membusuk dan kawan-kawan sama sekali tidak bisa merasakan kegembiraan.
Si Perak Kecil menggunakan kekuatan petirnya untuk menyembuhkan luka Kaisar Tulang Membusuk dan kawan-kawan, membuat jeritan kesakitan bergema di seluruh Thunder Prison Sanctuary.
Setelah semua lukanya sembuh, Han Sen baru membawa Si Perak Kecil masuk ke Sumur Kuno untuk melihat pohon Sansheng. Si Perak Kecil terkagum-kagum dengan pohon tersebut.
Tapi yang menarik perhatian Si Perak Kecil justru sebuah telapak tangan, sementara dua buah lainnya tidak menimbulkan antusiasme sama sekali.
Sayangnya Si Perak Kecil tidak bisa bicara, juga tidak bisa memberi tahu Han Sen apa sebenarnya telapak tangan itu. Han Sen hanya tahu bahwa barang yang bisa menarik perhatian Si Perak Kecil pasti barang bagus. Tepat sekali.
"Bahkan petarung kuat seperti Santo Fan Da Di saja ingin merebutnya, pasti ini barang istimewa. Kita harus percepat pematangan buah ini." Han Sen kembali meneteskan setetes tetesan air kehidupan ke pohon Sansheng.
Santo Fan Da Di yang baru saja merugi besar diperkirakan tidak akan berani menyerang Thunder Prison Sanctuary dalam waktu dekat. Han Sen menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke Alliance.
Setelah beristirahat di Alliance dan membaca buku, saat ada waktu dia juga masuk ke komunitas virtual militer untuk berlatih pemahaman diri dan ide-ide barunya.
"Pelatih, ada waktu untuk bertarung denganku?" Begitu Han Sen masuk ke ruang virtual, pesan berkelebat langsung muncul. Setelah dibuka, ternyata permintaan itu dari Xiang Fei.
Han Sen langsung mengirimkan undangan pertarungan ke Xiang Fei. Xiang Fei adalah Qin Xuan. Pada dasarnya, setiap beberapa waktu Qin Xuan akan menantangnya sekali. Meski hampir selalu kalah, bisa dirasakan bahwa Qin Xuan terus menunjukkan kemajuan pesat.
Terutama teknik Pedang Dominasi Hati Kaisar (Di Xin Ba Dao) yang dipelajari Qin Xuan. Daya hancur seni bela diri semacam itu tidak bisa diukur hanya dengan ukuran gaya, melainkan lebih pada nuansa yang terkandung.
Han Sen bisa mensimulasikan bentuk gaya, namun nuansa tersebut - tanpa kondisi psikologis dan pemahaman diri yang identik - bagaimanapun juga tidak bisa disimulasikan.
Sepertinya Tai Yeye Qin Xuan, Qin Tai Xuan, tidak memberitahunya bahwa Prajurit Kecil di Kapal Perang itu adalah Han Sen. Hingga detik ini Qin Xuan masih memanggil Han Sen sebagai pelatih.
Di arena gladiator Roma yang legendaris, Qin Xuan terus menghujamkan kapaknya ke Han Sen. Setiap tebasan mengandung sikap ofensif tanpa kompromi, seolah-olah tebasan ini mampu memotong menjadi dua bagian bahkan bintang di depannya sekalipun.
Han Sen tidak menghindar, di tangannya juga memegang sebilah pisau tajam. Duel pisau melawan pisau ini berhasil meredam jurus pedang otoriter Qin Xuan.
Kakek buyut Qin Xuan yang memiliki ID "Pemilik Tiga Istana Enam Paviliun dan Tujuh Puluh Dua Selir" pernah memperingatkan Han Sen: Jika sarung pisau (Han Sen) terkalahkan oleh Qin Xuan sebelum ia benar-benar menguasai dan bisa mengendalikan Pedang Dominasi Hati Kaisar, maka Qin Xuan sendiri akan kehilangan kendali atas teknik tersebut. Sifatnya akan berubah drastis seiring pengaruh Pedang Dominasi, bahkan mungkin menghancurkannya.
Maka Han Sen sama sekali tidak bermaksud mengalah pada Qin Xuan. Karena kesenjangan kemampuan mereka terlalu besar, setiap pertarungan selalu berakhir dengan kekalahan memilukan bagi Qin Xuan.
Namun yang membuat Han Sen kagum adalah, tak peduli berapa kali dikalahkan atau seberapa tragis kekalahannya, Qin Xuan tetap dengan tegas terus menantangnya tanpa sedikit pun menunjukkan kepatahsemangan.
Mungkin ini terkait dengan latihan Qin Xuan dalam Pedang Dominasi Hati Kaisar. Hati Kaisar sendiri memang membutuhkan keberanian yang tak kenal menyerah. Jika bahkan sedikit pun keberanian seperti ini tidak dimilikinya, Qin Xuan tidak perlu berlatih Pedang Dominasi Hati Kaisar.
Tai Yeye Qin Xuan pernah berkata kepada Han Sen: Meski kekuatan mengerikan Pedang Dominasi Hati Kaisar ditampilkan melalui Ba Dao, yang benar-benar penting sebenarnya adalah Hati Kaisar. Tanpa Hati Kaisar, Ba Dao akan mudah patah. Sebagai sarung pedang, atau lebih tepatnya batu asah, tugas Han Sen adalah mengasah Hati Kaisar Qin Xuan.
Hanya ketika Hati Kaisar Tercapai, Ba Dao baru bisa tak terbendung.
"Pelatih, kamu ini semi-dewa kan?" tanya Qin Xuan setelah kembali kalah, sambil beristirahat.
"Tidak, saat ini aku masih seorang Evolusioner," jawab Han Sen.
Qin Xuan langsung terkejut, "Bahkan petarung kuat sepertimu masih level Evolusioner? Apakah naik ke semi-dewa benar-benar sesulit itu?"
"Bukan sulit, tapi harus sempurna," kata Han Sen.
"Pelatih, apakah Anda berniat mencapai level semi-dewa dengan Gen Dewa Super yang sudah penuh?" Qin Xuan semakin terkejut, matanya membelalak menatap Han Sen.
Han Sen mengangguk perlahan. Sebenarnya sejak awal itulah rencananya.
Melihat Han Sen mengakui, Qin Xuan langsung bersemangat: "Pelatih, di Perlindungan mana Anda berada? Saya hampir mencapai kesempurnaan. Saat saya naik ke Perlindungan Ketiga, mungkin kita bisa bertemu langsung. Nanti saya bisa belajar tatap muka dengan Anda!"
"Perlindungan Ketiga terlalu luas. Kemungkinannya sangat kecil. Kamu harus bersiap mental untuk bertahan dalam kesulitan. Yang terpenting, tetaplah bertahan hidup." Han Sen berpesan.
"Tidak bisa dipastikan. Hoki saya selalu bagus." Qin Xuan tersenyum.
Han Sen menggelengkan kepala tanpa berkata lebih. Dia tahu Qin Xuan adalah remaja yang berpikiran matang. Sebenarnya kematangan mental Qin Xuan melebihinya sendiri. Han Sen pun tidak terlalu khawatir.
Tapi bagi Qin Xuan yang mengatakan bisa teleportasi tepat ke perlindungan tempatnya berada, Han Sen sama sekali tidak mempedulikannya. Persentase keberhasilan seperti itu terlalu rendah.
