Danau itu dipenuhi partikel hijau melayang. Karena merupakan genangan air yang diam, terlihat agak penuh noda, hampir tak terlihat apa yang ada di dalamnya.
Han Sen mengamati seluruh lubang besar dengan Jing Dongxuan. Tiba-tiba dia merasakan pancaran vitalitas sangat kuat di suatu titik di danau, sepertinya ada makhluk mengerikan yang bersembunyi diam-diam di bawah air.
"Tipe makhluk apa Makhluk Dewa Super yang kalian lihat?" Han Sen menatap Kaisar Tulang Membusuk.
Kaisar Tulang Membusuk berdehem dua kali, "Tunggu aku tanya Gui Yan Shou dulu, penglihatannya tajam, bisa melihat lebih jelas."
Han Sen tahu si Kaisar Tulang Membusuk sepertinya tidak melihat apa-apa, jadi menunggu dia bertanya ke Gui Yan Shou.
Gui Yan Shou menggerakkan tangan dan kaki sambil berteriak berkali-kali. Setelah mendengarkan, Kaisar Tulang Membusuk menjelaskan: "Makhluk itu memiliki panjang sekitar enam hingga tujuh meter dengan cangkang berwarna ungu kemerahan. Saat terlihat, setengah mengambang di permukaan air sehingga hanya bagian cangkang punggungnya yang terlihat. Tak diketahui pasti jenisnya apa, tapi Gui Yan menjamin itu pasti Makhluk Dewa Super. Dengan ketajaman mata Gui Yan, seharusnya tidak salah."
Han Sen memandangi danau raksasa itu. Sekitar dua hingga tiga kilometer lebarnya, kedalaman airnya setidaknya puluhan meter. Bertarung di air mungkin akan menimbulkan masalah.
Kini Han Sen agak menyesal tidak membawa Shuǐ Mèi Yāo Líng. Kehadirannya pasti akan sangat membantu.
Tapi tak perlu kembali mencari dia sekarang. Hanya membunuh satu Makhluk Dewa Super saja. Dengan jumlah personel sebanyak ini, pasti bisa ditaklukkan meski mungkin agak merepotkan.
"Kaisar Tulang Membusuk, gunakan jantungmu untuk mengguncang-guncang. Usahakan mengusirnya keluar." Han Sen melihat air yang agak keruh, ditambah dia tidak ahli dalam pertempuran air, berkata pada Kaisar Tulang Membusuk.
"Baik." Kaisar Tulang Membusuk mengiyakan, membuka tulang dadanya dan mengeluarkan jantung itu. Satu pukulan dijatuhkannya, langsung terdengar suara "dung" yang membuat seluruh permukaan danau raksasa seolah bergetar, membentuk riak-riak yang menyatu ke pusat.
Melihat tak ada respons dari satu bunyi, Kaisar Tulang Membusuk mulai memukul terus-menerus dengan ritme "dung-dung", disertai irama aneh yang khas.
Seluruh permukaan danau bergetar tak henti. Di bawah getaran suara Tulang Hati yang kontinu, air pun menggelora membentuk lapisan-lapisan gelombang.
Kedua tangan Bao'er menutupi telinganya, sepertinya sangat tidak menyukai suara genderang yang tidak enak didengar ini.
Tentu saja, suara Tulang Hati tidak menargetkan Bao'er. Sebenarnya yang didengar Bao'er hanyalah suara biasa tanpa efek nyata, murni karena merasa sulit didengar.
Han Sen mengerutkan kening halus. Meski permukaan danau bergelombang hebat, Makhluk Dewa Super itu masih belum menunjukkan tanda-tanda ingin melesat keluar, tetap bersembunyi di dasar danau tanpa bergerak.
"Kaisar Tulang, tidak bisakah kau memainkan irama lain untuk genderangmu ini?" Han Sen beralih menghadap Kaisar Tulang Membusuk dan bertanya.
"Sebenarnya irama tidak terlalu berguna, paling-paling hanya untuk mengganggu ritme aura lawan. Jadi perbedaannya tidak signifikan, aku pun tidak banyak mempelajarinya." Kaisar Tulang Membusuk terkekeh sambil menjelaskan.
"Kalau memang tidak terlalu berpengaruh, ikuti saja caraku memainkan genderang dengan irama yang lebih enak didengar. Lihatlah Bao'er sudah tidak tahan. Bagaimana mungkin kita bisa membikinkan Makhluk Dewa Super itu keluar dengan cara seperti ini?" Han Sen melanjutkan sambil memperagakan irama lagu anak-anak yang pernah didengarnya dulu, meminta Kaisar Tulang Membusuk untuk menghafalnya dan memainkannya sesuai irama tersebut nanti.
Kaisar Tulang Membusuk segera menghafalnya, lalu mulai memukul tulang jantung dengan mengikuti irama Han Sen.
"Deng deng deng deng, deng deng deng deng......"
Bao'er mendengarkan dengan gembira, tangan kecilnya yang sebelumnya menutupi telinga kini telah diturunkan.
Tiba-tiba, diiringi suara tulang hati Kaisar Tulang Membusuk dan ombak yang bergulung, sebuah pilar air meledak dari danau. Terlihat siluet raksasa berwarna ungu kemerahan muncul dari dalam air.
Han Sen melirik sesaat, matanya langsung berbinar - ternyata itu adalah makhluk mutan mirip lobster dengan panjang melebihi 7-8 meter, sedang mengayunkan sepasang capit besar sambil mengendarai gelombang air menyerbu ke arah mereka.
Mata besar Bao'er semakin terbelalak, seolah dipenuhi bayangan lobster kukus raksasa. Air liurnya mengalir deras dari sudut bibir.
Menyaksikan lobster raksasa itu menerjang bersama ombak, dengan konsentrasi penuh Han Sen segera memanggil Ksatria Pemberontak.
Han Sen telah merasuki Ksatria Pemberontak dengan Roh Binatang Kembar Ksatria Petir. Untungnya Roh Binatang Kembar Ksatria Petir ini tidak hanya bisa digunakan oleh ksatria bertipe petir.
Ksatria Pemberontak yang telah melebur dengan Roh Binatang Kembar Ksatria Petir mengalami perubahan signifikan. Baju zirah perunggu asalnya telah berubah menjadi logam biru, sementara aura perunggu di bawah kakinya bertransformasi menjadi aura petir biru.
Aura tersebut berbentuk bergerigi, seolah terdiri dari kilatan listrik kecil-kecil yang saling terhubung, memancarkan kilatan listrik biru yang mengerikan.
Saat Ksatria Pemberontak melangkah, aura petir itu langsung menyebar dan menyelimuti tubuh lobster, membuat aliran listrik biru bermunculan di seluruh tubuhnya.
Selain tenaga dan kecepatannya yang dilemahkan, tubuh lobster juga gemetar ringan seperti mengalami mati rasa. Terlihat Aura Pemberontak sekarang telah memiliki kemampuan melumpuhkan aliran listrik.
Namun jelas kekuatan mati rasa itu belum bisa melumpuhkan lobster sepenuhnya. Lobster tiba-tiba melompat dan berubah menjadi Ksatria Pemberontak yang menyerang dengan kecepatan yang tak terbayangkan.
Sebuah capit naga yang menyerupai gunting besar langsung menjepit raga Ksatria Pemberontak.
Sorot mata Ksatria Pemberontak memancarkan kilatan petir. Dengan suara "Boom" yang mengguncang bumi, tubuhnya melesat bagai panah api menyembur, meninggalkan gelombang kejut di tanah yang membalikkan pasir dan rumput di sekitarnya.
Dor!
Ksatria Pemberontak bagai kilat biru menyambar, menembus celah kedua capit lobster dengan kecepatan luar biasa. Capit itu sama sekali tak sempat menyentuhnya.
Tinju Ksatria Pemberontak menghantam kepala lobster raksasa, Boom! Cangkang di kepalanya langsung retak. Kilat biru berdenyut-denyut di celah retakan. Lobster raksasa itu seperti dipukul pingsan, jatuh ke tanah tak langsung bereaksi. Ternyata tubuhnya kembali dihantam pukulan keras sang ksatria.
Tinju Ksatria Pemberontak berpendar kilat biru, pukulan demi pukulan menghujam tubuh lobster raksasa. Bunga-bunga api petir biru menyembur dari tubuh sang lobster yang pusing tujuh keliling bak orang mabuk, sama sekali tak mampu melakukan serangan balik atau perlawanan efektif.
Di bawah hantaman pukulan telak yang tak henti-hentinya, akhirnya sang ksatria langsung menghantam cangkang luarnya hingga hancur berkeping-keping. Otak di dalamnya pun remuk menjadi bubur tak berbentuk.
Han Sen tertegun seperti patung, yang tadinya ingin memerintahkan semua orang untuk mengepung. Siapa yang tahu Ksatria Pemberontak ternyata bisa menyelesaikan sendiri dengan begitu mudahnya.
"Memburu Makhluk Dewa Super Lobster Danau Hijau, tidak memperoleh roh binatang. Daging dapat dikonsumsi, dapat mengumpulkan Esensi Gen Kehidupan. Penyerapan akan secara acak menambahkan 0 hingga 10 point Super Gen Tuhan."
Baru setelah pemberitahuan suara perburuan bergema di kepalanya, Han Sen tersadar. Sekali gus berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Setelah asimilasi dengan Ksatria Petir Kembar, Aura Pemberontak Ksatria Pemberontak sepertinya tidak hanya melemahkan kemampuan musuh, tapi juga memberinya penguatan yang signifikan.
