Di dalam cairan alkohol itu, muncul sebuah gelas tembaga berwarna merah darah, bersama fragmen-fragmen cangkang telur jatuh ke dalam kuali.
Bagian luar gelas tembaga diukir dengan pola-pola mistis yang indah dan kuno. Cairan dalam kuali mengalir masuk ke dalam gelas, ternyata berubah menjadi merah darah, seperti anggur merah murni.
Meski air dalam kuali sudah menenggelamkan gelas tembaga, sama sekali tidak bercampur dengan warna merah itu. Cairan bening dan merah darah menjadi jelas perbedaannya, seolah terpisah di dua dunia berbeda.
Han Sen awalnya ingin membunuh ayam untuk dimakan dagingnya, tapi sekarang hanya bisa terpana. Siapa sangka dari telur itu muncul benda seperti ini.
Gelas tembaga ini tetap sama sekali tidak punya vitalitas, sepertinya hanya benda mati biasa, bukan kehidupan yang dihasilkan dari telur.
Han Sen membeku bagai patung memandangi gelas tembaga itu. Pengetahuannya tentang gelas upacara sangat terbatas, hanya tahu itu semacam wadah minum kuno, ada juga yang mengatakan sebagai alat persembahan.
Selain itu, dia sama sekali tidak punya pemahaman lebih. Gelas tembaga ini sangat mirip dengan gelas upacara kuno Alliance, dengan tiga kaki jenjang yang indah luar biasa.
Tapi bagaimanapun Han Sen tidak bisa menerima, sebuah telur makhluk mutan ternyata mengeluarkan benda mati. Ini benar-benar keanehan yang tak masuk akal.
Namun gelas tembaga itu kini hidup-hidup di hadapannya. Sekalipun tidak ingin percaya, Han Sen tetap menatap dengan tatapan tajam, berharap melihat sedikit reaksi.
Anehnya gelas tembaga itu sama sekali tak bereaksi. Diam membeku dalam panci sementara minuman di luar terus menguap.
Perlahan cairan dalam panci mengering, tapi gelas tembaga tetap utuh. Cairan merah darah di dalamnya tak berkurang sedikitpun, masih penuh hingga hampir meluap.
Seberapa tinggi pun suhu di dalam panci, seolah-olah tidak berpengaruh sama sekali pada cairan dalam gelas tembaga.
Api di bawah panci masih terus menyala dengan letupan berisik, membuat bagian bawah panci dipijarkan merah, namun gelas tembaga tetap tak berubah sedikit pun.
Dari dalam gelas tembaga, tercium aroma alkohol yang harum murni luar biasa, membuat Han Sen yang tidak punya ketertarikan pada minuman pun tak bisa menahan untuk menelan ludah.
Tapi kemunculan gelas tembaga ini terlalu mengerikan, secara alami Han Sen tidak berani benar-benar meminum barang di dalamnya.
Bao'er tanpa banyak keraguan langsung merangkak mendekat dan menyambar gelas tembaga di dalam panci.
"Hati-hati!" Han Sen panik, siapa yang tahu gelas tembaga ini barang aneh apa, bagaimana jika melukai Bao'er akan menjadi memilukan, atau mungkin cairan di dalamnya seperti racun tersembunyi yang lebih mengerikan.
Han Sen ingin merebut gelas tembaga dari tangan Bao'er, namun tak disangka kecepatan Bao'er terlalu tinggi. Saat Han Sen mengulurkan tangannya, Bao'er sudah menempelkan gelas tembaga ke bibir mungilnya, menengadah dan meneguk seluruh cairan merah darah di dalamnya.
"Bao'er, kamu tidak apa-apa?" Han Sen meraih gelas tembaga dengan satu tangan, memandangi Bao'er dengan cemas.
Pipi Bao'er memerah seperti orang mabuk, tubuh kecilnya yang duduk di sana mulai terlihat goyah.
Han Sen panik, namun setelah pemeriksaan mendetail, ia menemukan Bao'er benar-benar hanya seperti orang mabuk biasa. Tidak ada kerusakan fisik, aura tubuhnya tetap stabil dan kuat.
Han Sen baru menghela nafas lega. Ia menatap gelas tembaga di tangannya dengan seksama. Meski terus waspada, gelas itu di genggamannya bagai benda mati, sama sekali tak menunjukkan aktivitas apapun.
Dan setelah dipanaskan di dalam panci begitu lama, panci paduan logam itu sudah memerah karena panas, namun gelas tembaga sama sekali tidak terasa hangat. Masih terasa dingin menusuk, bahkan nyaman saat digenggam di tangan.
"Ini benar-benar aneh. Tidak ada aura kehidupan, tampaknya juga tidak agresif. Apakah barang ini benar-benar keluar dari telur itu?" Han Sen memandangi gelas tembaga dengan raut wajah penuh keanehan. Sulit dibayangkan bagaimana sebuah gelas tembaga besar bisa melahirkan gelas tembaga kecil.
Setelah diperiksa lama oleh Han Sen, tidak ditemukan area berbahaya pada gelas tembaga. Sementara Bao'er yang seperti orang mabuk itu sudah merangkak ke bantalan udara dan tertidur pulas.
Han Sen tetap waspada, terus mengendalikan gelas tembaga. Baru setelah Bao'er tidur setengah hari, gadis kecil itu akhirnya meregangkan pinggang dan bangun.
"Bao'er, kamu tidak apa-apa?" Han Sen segera menatap Bao'er sambil bertanya.
"Bao'er baik-baik saja." Mata lebar Bao'er berputar mengarah ke Gelas Tembaga di tangan Han Sen, jarinya menunjuk sambil berkata: "Ayah, minumannya enak. Bao'er mau tambah."
"Ini bukan minuman, tapi alkohol. Anak kecil tidak boleh minum." Meski mulut Han Sen berkata begitu, dalam hatinya muncul rasa penasaran.
Gelas Tembaga yang lahir dari telur itu sendiri sudah merupakan hal ajaib. Tampaknya benda ini memiliki fungsi khusus terhadap alkohol, membuat Han Sen semakin penasaran.
Setelah beberapa hari memantau Perlindungan Sungai Darah, Yasha dan Kaisar Sungai Darah sama sekali tidak terlihat meninggalkan tempat itu.
Setelah menahan diri selama tiga hari, akhirnya Han Sen tak kuasa menahan rasa penasarannya. Dia mengeluarkan kembali Gelas Tembaga itu, lalu menuangkan sebotol alkohol ke dalamnya.
Alkohol yang semula jernih seperti air pelan-pelan berubah menjadi merah darah di dalam Gelas Tembaga. Awalnya masih pucat, semakin lama semakin pekat hingga mirip darah segar.
Dan aroma alkohol dalam gelas tembaga itu semakin hari semakin kuat. Meski sama-sama harum alkohol, tapi lebih murni dan pekat dibanding aroma minuman sebelumnya. Hanya dengan mencium wangian yang keluar dari gelas itu, Han Sen yang sebenarnya tidak terlalu suka minuman keras pun tak kuasa menelan ludah.
Bao'er langsung merangkak mendekat, mengulurkan tangan kecilnya hendak meraih gelas tembaga.
Han Sen menggenggam kerah baju Bao'er dan mengangkatnya, membuat tangan mungil yang gemuk itu meleset dari gelas tembaga.
Bao'er yang terangkat di udara masih mengayun-ayunkan tangannya, berusaha meraih gelas itu.
"Anak kecil minum apa? Aku yang cicip dulu." Han Sen mengangkat Bao'er dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang gelas tembaga.
Didekatkannya ke ujung hidung, mengendus perlahan. Aroma murni langsung memenuhi hidungnya, membuat seluruh tubuhnya bergetar nikmat.
Setelah memastikan anggur darah dalam gelas tembaga tidak berbahaya, Han Sen tak lagi ragu. Langsung menengadahkan kepala dan menuangkan cairan merah darah dari gelas ke mulutnya.
Aliran madu murni mengalir dari lidah ke tenggorokan, halus namun membawa sensasi panas membara. Menerjang ke perut lalu menyebar, seolah seluruh pori-pori kulit terbuka seperti berendam di sumber air panas. Ada perasaan melayang-layang bak dewa yang transparan.
"Wine yang bagus!" Meski tak terlalu paham minuman, Han Sen merasakan kelezatan tak tertandingi dari anggur ini.
Menjulurkan lidah menjilati bibir, mulutnya dipenuhi aroma segar yang menusuk dengan aftertaste tak berkesudahan.
Saat Han Sen masih menikmati aftertaste-nya, tiba-tiba terdengar suara di kepalanya.
"Meminum Anggur Persembahan Langit, ritual persembahan langit diaktifkan."
"Apa-apaan ini?" Terkejut, Han Sen mendapati tubuhnya memancarkan kilau merah.
Menunduk dan memperhatikan lebih dalam, banyak bagian tubuh Han Sen muncul pola-pola mistis berwarna darah. Pola-pola yang mirip dengan ukiran pada gelas tembaga itu kini memancarkan kilau merah mengerikan, menyinari seluruh gua dengan warna darah.
Saat ini Han Sen benar-benar kesal. Kenapa Bao'er minum tanpa masalah, tapi begitu dia minum langsung muncul masalah tak terduga? Ini sama sekali tidak masuk akal!
Han Sen melirik Bao'er yang masih tergenggam di tangannya. Gadis itu tetap baik-baik saja tanpa cedera, masih melotot dengan mata lebarnya penuh rasa ingin tahu memandangi Han Sen yang seluruh tubuhnya bercahaya merah.
Boom!
Pola-pola darah di seluruh tubuh Han Sen tiba-tiba berkobar seperti api, membungkus seluruh raganya dalam kobaran nyala.
