Xue Yu Cheng awalnya mengira Han Sen sedang bercanda, tapi siapa yang tahu Han Sen ternyata benar-benar menuju Perlindungan Sungai Darah. Seketika itu Xue Yu Cheng terkejut, lalu buru-buru menggerakkan kapal tulang putih untuk mengejar.
"Apa sebenarnya maksudmu?" Ekspresi Xue Yu Cheng mulai masam. Karena semangat membara, rentang gerakan tubuhnya agak besar, membuat luka besar di badannya yang tertusuk duri tulang mengalir darah lebih cepat.
"Bukankah sudah kukatakan? Aku mau Gempur Perlindungan Sungai Darah," Han Sen berkata dengan datar.
"Apakah kamu benar-benar orang yang kami undang dari keluarga Xue?" Xue Yu Cheng memandang curiga ke arah Han Sen. Aksi Han Sen menurutnya terlalu absurd.
Gempur Perlindungan Sungai Darah? Hanya mengandalkan seorang pemuda ditambah bayi dan roh binatang rubah kecil? Dalam pandangan Xue Yu Cheng, ini bukan menyerang perlindungan, melainkan menjadi santapan tambahan untuk makhluk mutan penjaga Perlindungan Sungai Darah di sungai darah itu.
"Di sana adalah Perlindungan Sungai Darah, sebuah Perlindungan Kaisar. Tempat yang ditakuti bahkan oleh Makhluk Dewa Super. Bagaimana mungkin wilayah seperti itu bisa diserang begitu saja oleh seorang pemuda manusia?"
Han Sen tidak menjelaskan. Fakta selamanya menjadi penjelasan terbaik. Xue Yu Cheng dan yang lain terlalu lama terjebak di tempat perlindungan makhluk aneh, sehingga tidak memahami kondisinya. Memberi penjelasan hanya akan membuang-buang waktu. Lebih baik langsung menunjukkan fakta.
"Jangan ikut ke sini. Nanti kamu terpaksa ikut bertempur." Setelah berkata demikian pada Xue Yu Cheng, Han Sen melangkah di atas air Sungai Darah sambil mempercepat langkah menuju arah Perlindungan Sungai Darah.
Postur Han Sen tiba-tiba bergerak lebih cepat. Xue Yu Cheng terkejut, menyaksikan satu manusia dan rubah perak menjauh dengan kecepatan yang sangat mencengangkan di atas Sungai Darah.
"Kecepatannya memang cepat, tapi itu adalah perlindungan Di Ling. Sekalipun dia bisa melawan Makhluk Dewa Super, mustahil bisa menggempur perlindungan Di Ling..." Raut wajah Xue Yu Cheng dipenuhi perasaan campur aduk, hanya bisa mengawasi dari jauh saat Han Sen menuju Perlindungan Sungai Darah.
Menurut perkiraannya, Han Sen bahkan tidak akan bisa mendekati perlindungan sebelum dimangsa makhluk mutan di Sungai Darah. Banyak Makhluk Darah Ilahi di sana, bahkan ada satu Makhluk Dewa Super mengerikan yang langsung menerjang begitu mencium bau manusia hidup, siap mencabik tubuh Han Sen.
Han Sen sengaja tidak menyembunyikan aura-nya. Dari awal dia memang tidak berniat menyergap. Kalau tidak, sudah pasti akan menggunakan Jubah Malam untuk membunuh Kaisar Sungai Darah secara diam-diam di kegelapan.
Kali ini Han Sen sengaja bertindak vulgar. Dengan Si Perak Kecil di sisinya, keyakinan diri Han Sen begitu kuat. Aura yang dilepaskan sepenuhnya dari tubuhnya seolah menantang: "Ayo... datanglah melahapku..."
Di dalam Perlindungan Sungai Darah hanya tersisa empat ekor Makhluk Dewa Super. Han Sen berniat memancing mereka semua mendekat untuk dihabisi sekaligus. Dengan memperoleh empat keping esensi gen kehidupan, sekitar belasan poin super gen Tuhan yang tersisa bisa hampir terisi penuh, mencapai tingkat kesempurnaan sejati.
Bisa dibilang tak terkalahkan di Perlindungan Ketiga. Pada dasarnya, selain petarung kuat yang telah membuka kunci gen kesepuluh, mungkin tak ada lagi lawan yang berarti.
Tapi yang membuat Han Sen frustasi, meski sudah menjadikan dirinya sebagai umpan, tak satu pun makhluk mutan menyerangnya. Malahan, semua makhluk yang terdeteksi indranya justru kabur secepat kilat, seolah dirinya membawa wabah menular.
Monster tentakel yang pernah dilihatnya di Sungai Darah sebelumnya, bahkan sudah menghilang entah ke mana. Aura-nya pun sama sekali tak terasa.
“Aneh, benar-benar melihat hantu, kenapa mereka semua kabur?” Han Sen merasa frustasi di hatinya, menunduk melihat Si Perak Kecil yang dengan elegan mengikuti di sisinya sambil menginjak riak air. Tiba-tiba Han Sen teringat sesuatu.
“Gagal, terlalu gagal! Bagaimana aku bisa melupakanmu? Denganmu di sisiku, pasti semua makhluk mutan itu kabur!” Han Sen teringat, saat Si Perak Kecil mengikutinya dulu, hampir tidak ada makhluk aneh yang berani mendekat.
Kini Si Perak Kecil sudah menjadi Makhluk Dewa Super yang mengamuk, semakin sedikit makhluk mutan yang berani mendekat.
Dari kejauhan, Xue Yu Cheng terus mengawasi Han Sen dengan tatapan penuh keraguan dan kecemasan, menyaksikannya berjalan menuju Perlindungan Sungai Darah.
Awalnya dia mengira makhluk-makhluk mutan di Sungai Darah akan menyerbu Han Sen. Namun kenyataannya justru sebaliknya - mereka malah kabur secepat mungkin, menjauhi Han Sen bagai menghindar dari wabah.
Xue Yu Cheng melihat makhluk-makhluk Sungai Darah di sekitarnya yang bergegas kabur, tak bisa menahan ketercengangan. Sama sekali tak terbayangkan situasi seperti apa ini. Mengapa makhluk Sungai Darah yang ganas itu justru menghindari Han Sen seperti wabah?
Hingga Han Sen menginjakkan kaki di pulau tengah sungai, tak ada satu pun makhluk Sungai Darah yang menyerangnya. Bahkan monster tentakel itu pun tidak muncul. Xue Yu Cheng ternganga lama tak bisa menutup mulutnya.
"Apakah makhluk Dewa Super di Sungai Darah itu tertidur?" Xue Yu Cheng benar-benar tak bisa membayangkan makhluk super ilahi akan takut pada seorang remaja manusia.
Kenyataannya memang bukan Han Sen yang ditakuti, melainkan Si Perak Kecil. Pemikiran Xue Yu Cheng juga tidak sepenuhnya salah.
Melihat semua makhluk mutan itu kabur, Han Sen langsung menghunus pedangnya tanpa basa-basi dan menyambar ke arah Perlindungan Sungai Darah dengan sprint penuh. Jika tidak segera menyerbu, semua makhluk itu mungkin akan habis melarikan diri, dan usahanya menjadi sia-sia.
Xue Chen sedang menyiram pohon, tiba-tiba mendengar dentang lonceng dari dalam Perlindungan Sungai Darah. Dentang itu sangat mendesak, Xue Chen langsung tahu ada musuh besar datang. Kaisar Sungai Darah sedang merekrut personel untuk bertempur.
"Orang apa itu yang berani menyerang Perlindungan Sungai Darah?" Rasa penasaran Xue Chen muncul. Selain itu, dia juga tidak bisa menolak perintah Kaisar Sungai Darah, terpaksa mengikuti kawanan makhluk mutan menuju gerbang perlindungan.
Yang membingungkan Xue Chen, makhluk-makhluk yang biasanya taat tanpa syarat pada Kaisar Sungai Darah, kini gemetar ketakutan. Sepertinya ada sesuatu yang mereka takuti, secara naluri enggan mendekati arah gerbang.
Tapi karena nyawa mereka dipegang Kaisar Sungai Darah, mereka terpaksa berjalan ke arah gerbang meski raga mereka gemetar. Langkah mereka sangat lambat meski terus bergerak maju.
Xue Chen menyaksikan bahkan Makhluk Darah Ilahi yang kuat pun bereaksi seperti ini. Ekspresinya semakin masam melihat situasi tersebut.
Bahkan Makhluk Darah Ilahi pun begitu ketakutan, musuh yang datang pasti makhluk yang sangat mengerikan. Mungkin dengan gerakan tangan saja bisa membunuh banyak makhluk mutan. Sedangkan dirinya yang berada di antara makhluk-makhluk mutan itu, persentase bertahan hidupnya semakin kecil.
"Barang itu belum dipindahkan paksa, aku tidak boleh mati begitu saja!" Ekspresi Xue Chen berubah-ubah. Tapi dia tidak bisa melawan perintah Kaisar Sungai Darah. Begitu dia berbalik kabur dan terdeteksi oleh makhluk roh yang terikat kontrak dengannya, mungkin nyawanya akan langsung direnggut.
Dengan pasrah, Xue Chen berjalan menuju gerbang. Langkahnya sangat lambat. Tapi sepelan apapun, jarak pendek ini tetap harus ditempuh.
Ketika Xue Chen tiba di depan gerbang perlindungan, dia melihat Kaisar Sungai Darah dan para makhluk roh sudah berkumpul. Para makhluk roh tidak terlihat cemas sama sekali - mereka tidak merasakan ketakutan seperti yang dialami makhluk-makhluk mutan.
Tiga Makhluk Dewa Super di dalam Perlindungan Sungai Darah juga berada di sisi Kaisar Sungai Darah. Namun Xue Chen bisa melihat, meski ketiga makhluk super itu tidak menunjukkan kecemasan seperti makhluk mutan lainnya, mereka tetap terlihat gelisah dan resah.
"Musuh seperti apa yang bisa membuat bahkan Makhluk Dewa Super gelisah seperti ini?" Xue Chen mengintip dari barisan makhluk mutan. Di atas Sungai Darah, seorang remaja membawa seekor rubah perak kecil yang cantik melangkah di atas gelombang. Di bahunya duduk seorang gadis kecil yang juga cantik.
