Kaisar Pindah Bintang mengobrol sebentar dengan Sang Ratu Teratai Hitam lalu pergi begitu saja. Jelas terlihat ekspresi tidak senang di wajahnya, mungkin merasa tak ada gunanya berlama-lama di sana.
Setelah Kaisar Pindah Bintang pergi, Sang Ratu Teratai Hitam duduk di bangku batu di tepi pantai. Ia menepuk-nepuk tempat di sisinya: "Mendekatlah, duduklah di sini."
Han Sen pun tak banyak basa-basi, langsung berjalan mendekat dan duduk di sebelah Sang Ratu Teratai Hitam.
Sang Ratu Teratai Hitam memandangi Han Sen dengan sorotan mata penuh keheranan. Setelah beberapa saat, barulah ia berbicara: "Jujur saja, saat pertama kali bertemu di Perlindungan Kedua dulu, tak pernah kubayangkan kau akan mencapai level seperti ini. Menghantam lima Kaisar sekaligus - empat yang lain mungkin biasa saja, tapi ternyata bahkan Santo Fan pun kau taklukkan! Pencapaian sehebat ini dalam waktu sesingkat itu... Pupus sudah harapan, apalagi kau manusia biasa. Bahkan para makhluk roh berbakat calon Kaisar pun rasanya sulit mencapai performa seperti ini. Kau benar-benar membuatku terkejut."
"Bisa membuat Sang Ratu cantik sepertimu terkejut, kurasa aku patut merasa terhormat?" Han Sen mengedipkan matanya.
Sang Ratu Teratai Hitam tersenyum tipis: "Di antara makhluk roh, yang kuat berdaulat. Kau bisa menaklukkan tiga petarung tingkat Kaisar, apapun kekuatanmu sebenarnya, sudah layak duduk sejajar denganku. Tak perlu menjilat, panggil saja aku Teratai Hitam."
"Kakak Teratai Hitam, transaksi apa sebenarnya yang ingin kau bahas denganku?" Han Sen langsung bertanya. Tujuan kedatangannya ke Perlindungan Teratai Hitam memang untuk memastikan kondisi raganya.
"Masalah itu nanti saja. Karena sangat penting, perlu waktu untuk diskusi mendalam. Setelah Perayaan Janin Suci baru kita bahas." Sang Ratu Teratai Hitam memandang Han Sen dengan senyum bahagia: "Tahukah kau mengapa kuadakan Perayaan Janin Suci?"
"Aku benar-benar tidak tahu soal itu. Jika aku punya begitu banyak buah gen Kaisar, pasti akan kumakan semuanya sendiri. Kalaupun tidak habis, akan kutumpuk menjadi ranjang dan tidur di atasnya dengan nyenyak. Tak mungkin kuberikan secara cuma-cuma ke orang tak dikenal." Han Sen berkata.
Sang Ratu Teratai Hitam tertawa kecil mendengar ucapan Han Sen yang lucu: "Kalian manusia memang lebih menarik daripada kebanyakan makhluk roh, hanya saja kekuatanmu terlalu lemah. Tapi kamu pengecualian, manusia kuat sekaligus menarik."
"Terima kasih pujiannya, Kakak." Han Sen terkekeh. Memanggil 'kakak' pada wanita secantik ini memang tidak merugikan.
Sang Ratu Teratai Hitam melanjutkan: "Alasan kuadakan Perkumpulan Buah Janin Suci sebenarnya untuk memilih sekutu dalam rencana besar ku. Persiapan sudah hampir selesai, tinggal menunggu kamu saja."
"Apakah rencana Kakak terkait dengan transaksi kita?" Han Sen mengerutkan kening bertanya.
Sang Ratu Teratai Hitam mengangguk pelan: "Dulu saat aku melihatmu di Perlindungan Kedua, aku sudah menemukan bahwa konstitusi fisikmu istimewa. Kamu adalah orang yang bisa membantuku mewujudkan keinginan. Itulah mengapa aku meninggalkan cap di tubuhmu. Awalnya ingin langsung memanggilmu ke Perlindungan Teratai Hitam-ku, tapi entah di mana masalahnya. Setelah promosi, ternyata kamu tidak bisa masuk ke tempat perlindunganku. Kemudian cap di tubuhmu terhapus, aku sempat khawatir kamu tewas di Perlindungan Ketiga, benar-benar cemas beberapa waktu."
Sambil memutar mata indahnya ke arah Han Sen, Sang Ratu melanjutkan: "Tapi ternyata tidak hanya selamat, malah dalam waktu singkat sudah mencapai pencapaian seperti ini. Dengan bantuanmu, persentase keberhasilan untuk hal itu akan meningkat signifikan. Kemungkinan besar kita bisa menyelesaikan keinginan kakak ini."
"Kakak, aku belum menyetujui tawaranmu lho?" Han Sen tersenyum pahit.
Sang Ratu Teratai Hitam mengedipkan mata: "Kamu pasti akan setuju, karena yang bisa kuberikan padamu adalah sesuatu yang tak bisa diberikan oleh siapapun. Dan itu juga sangat kamu butuhkan saat ini."
"Apa sih itu?" Tanya Han Sen yang mulai penasaran mendengar kepastian dalam ucapan sang ratu.
"Nanti kamu akan tahu sendiri. Tenanglah, ikuti Pertemuan Buah Janin Suci di sini. Di dalam perlindunganku, tak ada yang bisa melukaimu." Nada bicaranya datar, namun memancarkan keanggunan legendaris yang sulit ditolak.
Bukan sekadar suara keras atau postur besar yang bisa menciptakannya, melainkan kepercayaan diri yang terasah melalui badai kehidupan dan rantai kemenangan.
Menyadari sang ratu enggan menjelaskan, Han Sen beralih bertanya: "Apa keistimewaan ragaku ini sampai bisa menarik perhatianmu sekilas?"
Sang Ratu Teratai Hitam tersenyum halus: "Keunikanmu justru terletak pada ketiadaan keunikan itu sendiri."
“Kakak, ini kan pujian untukku?” Han Sen bertanya dengan senyum pahit.
Sang Ratu Teratai Hitam tersenyum lebar: “Tentu saja memujimu. Tahukah kamu betapa sulitnya menjadi tidak istimewa seperti ini? Setidaknya di antara kami makhluk roh, belum pernah kulihat satu pun. Semua makhluk roh, baik yang bawaan lahir maupun hasil reproduksi, mereka memiliki sifat unik masing-masing. Tapi kamu tidak memiliki sifat khusus seperti itu. Ragamu sangat biasa, justru ketidakistimewaan inilah yang menjadi keunikan terbesar. Tubuh seperti inilah yang kubutuhkan.”
“Ini masih bisa disebut unik? Kebanyakan manusia seperti ini, kan?” Han Sen bertanya dengan kebingungan.
Sang Ratu Teratai Hitam menggelengkan kepala: "Aku sudah lama memperhatikan kalian manusia, dan melalui berbagai metode, aku juga telah bertemu banyak manusia. Sebelum kalian memasuki perlindungan, atau pada fase awal setelah masuk, memang tidak memiliki sifat khusus. Namun seiring pertumbuhan kalian di dalam perlindungan, pada dasarnya ketika mencapai Perlindungan Kedua, raga kalian sudah mulai berevolusi ke arah satu jenis sifat tertentu. Saat tiba di Perlindungan Ketiga, kondisi kalian sudah hampir sama dengan kami makhluk roh - setiap individu memiliki sifat dengan tingkat keakraban yang sangat tinggi."
"Tapi kamu berbeda. Sebelumnya aku khawatir setelah mencapai Perlindungan Ketiga, karena perkembangan dirimu sendiri, kamu akan berubah seperti manusia biasa. Tapi sekarang aku benar-benar nyaman, ragamu tetap sama tidak spesialnya seperti saat di Perlindungan Kedua, bahkan lebih baik dalam memelihara kondisi ini daripada yang kubayangkan."
"Ini tidak benar. Aku sudah menyerap banyak gen makhluk roh, bahkan gen api-ku sudah dalam kondisi penuh. Bagaimana mungkin tidak ada sedikit pun keakraban?" Han Sen menatap Sang Ratu Teratai Hitam dengan ragu, berkata sambil mengawasi.
"Itu berbeda. Gen makhluk roh hanya menempelkan diri pada ragamu, esensi fisikmu tidak berubah." Sang Ratu Teratai Hitam berdiri sambil tersenyum pada Han Sen: "Bersenang-senanglah di sini beberapa hari. Tak perlu khawatir apa pun. Selama aku ada, takkan ada yang berani menyentuh sehelai rambutmu."
Hingga Sang Ratu Teratai Hitam pergi, Han Sen masih bingung. Raga biasa-biasa saja yang tidak istimewa ini, tiba-tiba menjadi begitu diminati.
Han Sen memandang batu berpendar itu beberapa saat lagi, tetap tak memahami apa pun, akhirnya kembali ke pekarangan tempatnya tinggal.
Di dalam kamar, Han Sen memanggil Kaisar Naga. "Aku bisa memberimu telur Makhluk Dewa Super, juga tak akan menanyakan urusan Delapan Jenderal Iblis. Tapi kau harus melayaniku selama seratus tahun. Setelah itu, bebas memilih mau pergi atau tetap."
"Baik." Kaisar Naga langsung menyetujui. Seratus tahun mungkin lama bagi manusia, tapi bagi makhluk roh, ini bukan waktu yang berarti.
Han Sen kembali memanggil Nyonya Duri, menyuruhnya mengeluarkan telur ular yang disimpan dalam Bunga Tepi, lalu menyerahkannya kepada Kaisar Naga.
Kaisar Naga langsung berseri-seri, setelah pemeriksaan mendalam, malah menunjukkan minat yang besar dan ingin langsung menyusup masuk ke dalamnya.
"Jangan buru-buru menyelinap masuk. Entah kapan kamu bisa bermetamorfosis keluar. Katakan dulu, apa sebenarnya kegunaan memanggil semi-dewa?" Han Sen menghentikan Kaisar Naga sambil bertanya.
