Nyonya Sekejap melihat lubang hitam itu, seketika memahami kenapa Kaisar Mingxing berani bertarung meski Han Sen baru saja membunuh empat Kaisar. Lubang hitam buatannya memang merupakan musuh bebuyutan bagi kekuatan ruang-waktu seperti milik Han Sen.
Di dalam lubang hitam, waktu dan ruang sama-sama terdistorsi membentuk jurang pemisah. Jurang itu akan langsung membunuhnya yang dengan sukarela masuk. Petarung kuat yang bisa melesat keluar dari wilayah semacam itu di seluruh Perlindungan Ketiga mungkin bisa dihitung dengan jari satu tangan.
Jadi Nyonya Sekejap sekarang sangat khawatir. Meski kematian Han Sen sama sekali tidak membuatnya sedih, bahkan mungkin membahagiakannya, tapi kematian Han Sen berarti dia juga harus ikut mati. Ini sama sekali tidak bisa diterima oleh Nyonya Sekejap.
Kaisar Hukuman Abadi juga menunjukkan wajah masam penuh kesombongan, berkata dingin: "Menggunakan kekuatan perjalanan ruang-waktu di hadapanku, sungguh tak tahu hidup atau mati."
Belum lagi ucapan Kaisar Hukuman Abadi selesai, tiba-tiba ekspresinya membeku. Kilatan pedang emas yang memesona menusuk keluar dari lubang hitamnya, diikuti seluruh bilah pedang, lalu tangan yang menggenggam gagang pedang. Telapak tangan itu berkilau seperti giok, cantik namun mengerikan.
Kemudian terlihat lengan Han Sen dan wajahnya yang kembali tenang, sama transparannya seperti kristal bening. Baik mengerikan maupun memesona dipandang mata.
“Tidak mungkin!” Kaisar Hukuman Abadi melihat Han Sen melintasi lubang hitam dengan utuh, langsung berubah pucat. Ia buru-buru mengangkat palu gandanya, berusaha menabrakkannya lagi untuk menciptakan lubang hitam.
Sayangnya kesempatan itu sudah hilang. Sebelum kedua palu itu bertubrukan, kilatan pedang keemasan telah menyambar tubuhnya.
Postur Han Sen menghilang di hadapannya. Saat muncul kembali, ia sudah berada di belakang Kaisar Hukuman Abadi.
Sang Kaisar membeku di tempatnya. Kedua palunya hanya terpisah sejengkal, namun tak bergerak sama sekali. Wajahnya memucat, bola matanya membelalak maksimal.
"Roar!"
Naga Hitam yang ditungganginya mengeluarkan jerit memilukan. Raga naga itu terbelah dua di bagian tengah, jatuh bersama semburan darah naga bak air terjun yang tercurah deras.
Dan tubuh Kaisar Hukuman Kegelapan juga terbelah dua bersama Naga Hitam, jatuh ke bawah sambil berubah menjadi serpihan cahaya hitam yang berhamburan, kembali ke dalam Batu Jiwa.
"Berhasil memburu Makhluk Dewa Super yang Mengamuk: Naga Hitam Kegelapan. Memperoleh Roh Binatang Naga Hitam Kegelapan yang Mengamuk. Daging tidak dapat dikonsumsi. Dapat mengumpulkan Esensi Gen Kehidupan. Penyerapan akan menambahkan 0 hingga 10 point Super Gen Tuhan secara acak."
Sekeliling sunyi senyap. Semua yang hadir menarik napas dingin. Mampu melintas keluar dari lubang hitam dengan tubuh fisik tetap utuh, ditambah lagi dengan kemampuan serangan yang begitu mengerikan - sungguh sulit membayangkan seberapa kuat fisik Han Sen sebenarnya.
Jika hanya fisik yang kuat mungkin masih bisa dimaklumi, tapi dia juga memiliki taktik serangan yang begitu menakutkan. Kedua pihak penyerang dan bertahan sama-sama memiliki kekuatan yang sulit dibayangkan. Banyak Kaisar tiba-tiba menyadari: mereka datang untuk mencari Penerus Warisan Pembunuh Dewa Da Luo, tapi malah menemukan manusia yang mungkin lebih menakutkan daripada sang penerus legenda itu.
Suasana tiba-tiba hening membeku, ternyata tak ada makhluk roh yang berani mendatangi Han Sen untuk berperang besar.
Nyonya Sekejap terkejut sampai dagunya hampir terjatuh, tak percaya Han Sen sudah mencapai level seperti ini.
Teknik manipulasi waktu dan ruang itu biasa saja, tapi tubuh Han Sen yang tangguh membuatnya sangat takjub.
Bahkan di puncak legenda Sang Ratu Bunga, kekuatan fisiknya masih jauh ketinggalan dibanding Han Sen, apalagi sekarang kondisinya belum pulih sepenuhnya.
"Bagaimana mungkin dalam waktu singkat dia sudah mencapai level seperti ini?" Sang Ratu Sekejap memandang Han Sen di udara dengan wajah bermacam perasaan.
"Dia melewati lubang hitam dengan utuh?" Ratu Bunga membelalakkan mata indahnya sambil bergumam lirih.
Wanita di kabin kapal juga terdiam, entah karena malu atas kesalahan penilaiannya atau terkejut melihat kekuatan fisik Han Sen.
Alis Kaisar Gu Mo sudah mengerut membentuk pola sungai: "Badan yang sangat tangguh! Memang seperti kata Tanpa Tuhan, manusia ini kemampuan menyerang dan bertahan sama-sama mengerikan. Ingin membunuhnya memang agak sulit. Sepertinya kita harus menunggu kedatangan Kaisar Gui Xu baru bisa merencanakan sesuatu."
"Belum tentu." Makhluk Tiga Mata tiba-tiba bersuara.
Kaisar Tanpa Tuhan dan Kaisar Gu Mo sama-sama menatap Makhluk Tiga Mata, tidak mengerti maksud ucapannya.
Sorot mata Makhluk Tiga Mata beralih ke kapal layar warna-warni di lautan awan, sambil menurunkan suaranya: "Dewi Timur ada di sini. Jika dia mau membantu, membunuh Han Sen bukan hal mustahil. Han Sen sehebat apapun hanya sendirian. Di sini ada banyak makhluk roh dan mutan kuat. Jika kita semua kompak menyerang perlindungan, bukan cuma Han Sen, bahkan penerus Pembunuh Dewa Da Luo sekalipun akan tewas."
"Tampaknya Sang Ratu Peri Timur tidak akan bertindak sembarangan. Dia tidak punya konflik dengan Pembunuh Dewa Da Luo. Lagipula, dia hampir naik level menjadi semi-dewa. Seharusnya dia tidak tertarik dengan urusan seperti ini," kata Kaisar Gu Mo.
"Belum tentu. Dulu aku pernah membantu Sang Ratu Peri Timur. Dia pernah berjanji berutang budi padaku. Aku bisa coba memanfaatkan itu," ujar Makhluk Tiga Mata.
Wajah Kaisar Gu Mo langsung berseri-seri: "Kalau benar bisa merekrut Sang Ratu Peri Timur, tentu itu solusi terbaik. Kita juga tidak perlu menunggu kedatangan Kaisar Gui Xu."
"Kalau begitu, aku akan mencoba." Makhluk Tiga Mata segera terbang dengan gesit menuju kapal layar warna-warni di tengah lautan awan.
"Tiga Mata memberi hormat pada Sang Ratu." Makhluk itu melayang di depan kapal tanpa berani naik, memberi penghormatan serendah-rendahnya ke arah kabin.
"Tak perlu terlalu formal. Naiklah ke sini untuk berbicara." Suara wanita terdengar dari dalam kabin.
Makhluk Aneh Tiga Mata itu mengucapkan terima kasih lalu naik ke Kapal Layar Warna-warni. Ia melirik Nyonya Kaisar dan yang lain di kapal sejenak, kemudian kembali membungkuk ke arah ruang kargo: "Yang Mulia, hamba memiliki permohonan. Sudikah Yang Mulia memberikan bantuan?"
"Katakan." Suara wanita itu kembali terdengar, datar tanpa ekspresi.
Makhluk Aneh Tiga Mata merenung sejenak: "Manusia itu begitu arogan, membantai makhluk-makhluk aneh bagai rumput tak berharga. Di masa depan mungkin akan menjadi malapetaka seperti Pembunuh Dewa Da Luo. Meski ingin membunuhnya, hamba sadar diri bukan lawannya. Karena itu hamba memohon Yang Mulia turun tangan, membantu kami bersama banyak makhluk aneh untuk memenggal manusia itu, sekaligus membasmi penerus warisan Pembunuh Dewa Da Luo demi menghindari masalah di kemudian hari."
"Kalau mau membunuh ya urusi sendiri! Ngapain cari-cari Sang Kaisar?" Ratu Bunga menyela dengan nada sangat tidak senang.
“Seandainya aku punya kemampuan seperti itu, meski harus hancur berkeping-keping pun akan kujalani. Sayangnya, aku tak punya kemampuan itu. Bahkan dengan mempertaruhkan nyawa ini, tetap takkan sanggup melawan manusia itu.” Makhluk aneh bermata tiga itu tersenyum pahit.
Suara Kaisar Peri Timur kembali terdengar dari kabin: "Aku telah lama bersumpah takkan menumpahkan darah lagi. Mungkin tak bisa membantumu."
Makhluk bermata tiga itu tampak kecewa, namun suara itu melanjutkan: "Tapi kau pernah berjasa padaku. Kuberikan benda ini sebagai pelunasan utang budi. Mulai sekarang kita tak saling berhutang."
Sebuah benda tiba-tiba terlempar keluar dari kabin, mendarap di hadapan makhluk bermata tiga.
Matanya berbinar sambil segera meraih benda itu: "Terima kasih hadiah Kaisar! Tiga Mata pasti takkan mengecewakan, akan kuhabisi manusia itu sampai tuntas!"
"Ini hanya pelunasan hutang. Pembunuhan itu urusanmu sendiri." Kaisar Peri Timur berkata dengan datar.
Meski mendapat penolakan, Tiga Mata sama sekali tidak marah. Setelah berpamitan dengan Sang Ratu Timur, makhluk itu langsung terbang kembali ke tempat Kaisar Tanpa Tuhan dan Kaisar Sihir Gu berada sambil membawa benda tersebut.
"Bagaimana? Apakah Sang Ratu Timur bersedia bertindak?" Kaisar Sihir Gu buru-buru bertanya.
"Meski Sang Ratu Timur tidak mau turun tangan, dia memberikan ini. Dengan benda ini, kita tetap bisa menyatukan semua makhluk mutan dan roh!" Tiga Mata mengeluarkan Lonceng Pemanggil Dewi yang diperolehnya.
Sihir Gu dan Kaisar Tanpa Tuhan terkejut saat melihatnya: "Lonceng Pemanggil Dewi? Dia sampai rela memberikannya? Apa yang pernah kau lakukan untuknya dahulu?"
