Untuk mencari petunjuk tentang kecelakaan ayahnya, Han Sen telah mempelajari banyak data terkait, sehingga tulisan tangan ayahnya sendiri sudah sangat familiar baginya.
Han Sen yakin betul, tulisan di kertas ini adalah tulisan tangan ayahnya.
Tapi memalsukan tulisan tangan di era ini adalah hal yang sederhana. Yang benar-benar mencengangkan adalah konten yang tertulis di dalamnya. Banyak hal yang hanya diketahui oleh dia dan ayahnya, membuat Han Sen tidak bisa tidak percaya bahwa surat ini adalah hasil karya tangan ayahnya sendiri.
Di bagian paling belakang surat, disebutkan satu hal lagi yang semakin membuat Han Sen tercengang.
Tungku obat dan pil di dalamnya yang diberikan Orang Buta kepada Han Sen sebelumnya memang adalah barang pemberian ayahnya. Ayahnya berpesan agar Han Sen harus memakan pil tersebut sebelum naik level menjadi semi-dewa, karena pil itu bisa membantu Han Sen membuka belenggu khusus dalam tubuhnya.
Belenggu itu tidak termasuk dalam sepuluh kunci gen, namun tingkat urgensinya mutlak tidak kalah dari kunci gen kesepuluh. Ini juga memberikan manfaat yang tidak kecil untuk proses naik level menjadi semi-dewa.
Hal ini membuat Han Sen sangat terkejut. Fungsi pil tersebut sepertinya selaras dengan konsep kunci gen lain yang diungkapkan Kaisar Naga, terdengar sungguh luar biasa.
Setelah itu ada beberapa kata permintaan maaf kepada ibu dan anak itu, hanya saja saat ini dia masih belum bisa kembali, kalau tidak akan membawa masalah besar bagi Han Sen dan ibunya.
Setelah membaca semuanya, ekspresi wajah Han Sen terus berubah-ubah.
Dia mulai percaya ini adalah surat ayahnya, tapi Han Sen sudah terbiasa mandiri. Selama bertahun-tahun terjun ke medan perang membuatnya mempertahankan kewaspadaan kuat terhadap segalanya. Sekalipun obat dalam tungku itu benar dari ayahnya, Han Sen harus memastikan asal-usul dan keaslian pil tersebut sebelum berani memakannya. Apalagi ini hanya sebatas surat yang belum bisa dipastikan 100% keasliannya.
Namun dalam surat disebutkan metode khusus untuk menguji apakah belenggu itu sudah terbuka, dan caranya tidak terlalu rumit. Setelah berpikir panjang, Han Sen mempersiapkan diri untuk mencari beberapa makhluk roh kuat dan mencoba metode ini.
Yang mengejutkan, metode yang disebutkan dalam surat itu ternyata menggunakan liontin Kucing Darah Sembilan Nyama sebagai alat penguji. Hal ini membuat Han Sen semakin ingin mengetahui apakah liontin mistis ini benar-benar memiliki fungsi seperti yang disebutkan.
Hanya saja Han Sen saat ini masih belum menemukan orang yang pasti telah membuka belenggu itu, sehingga yang bisa dilihat mungkin hanya hasil tes yang gagal.
Tidak berani menguji sendiri secara langsung, Han Sen memanggil Nyonya Sekejap keluar, menyuruh sang ratu meneteskan setetes darah ke mulut Kucing Darah Sembilan Nyawa.
Han Sen sebelumnya belum pernah melakukan eksperimen seperti ini. Matanya menyaksikan setetes darah makhluk roh itu masuk ke mulut kucing tersebut. Meski bibir mungil kucing itu tak bercelah dan berisi kristal padat, darah itu secara mengerikan mengalir masuk, lalu terserap secara aneh ke perut padat liontin kucing darah itu.
Tak lama kemudian, mata Han Sen membelalak. Setetes darah roh itu perlahan berubah menjadi biru di dalam perut kucing. Darah biru itu menyebar pelan-pelan, akhirnya mewarnai seluruh liontin Kucing Darah Sembilan Nyawa menjadi biru.
Beberapa saat kemudian, warna biru di dalam liontin kucing darah sembilan nyawa perlahan memudar, hingga akhirnya kembali sepenuhnya ke warna merah darah aslinya. Hasil ini sama persis dengan yang disebutkan dalam surat tentang kondisi ketika gembok belum terbuka.
Jika gembok itu berhasil dibuka, darah tidak akan berubah menjadi biru, melainkan tetap mempertahankan warna merah murni.
Namun Han Sen bukan tipe orang yang mudah percaya begitu saja. Dia mencari makhluk roh dan mutan lain, bahkan meminta sampel darah dari evolusioner manusia, lalu melakukan percobaan berulang kali.
Hasilnya 100% akurat. Apapun warna darah makhluk roh atau mutan tersebut, setelah diteteskan ke mulut kucing darah sembilan nyawa, semuanya diserap dan berubah menjadi biru tanpa kecuali. Bahkan darah sang ratu pun menunjukkan hasil yang sama.
Han Sen juga meneteskan setetes darahnya sendiri ke dalamnya. Awalnya dia mengira darahnya akan berubah menjadi biru, namun setelah beberapa saat, darahnya meleleh di dalam Kucing Darah Sembilan Nyawa. Alih-alih mengubah kucing itu menjadi biru, justru memancarkan cahaya merah darah.
Han Sen langsung membeku: "Ada apa ini? Menurut metode tes yang disebutkan dalam surat, ini seharusnya reaksi dari pembukaan gembok itu. Kapan aku membuka gembok itu? Ataukah tes dengan Kucing Darah Sembilan Nyawa ini bermasalah?"
Dengan rasa tak percaya, Han Sen menguji lagi dengan darah orang lain. Hasilnya tetap sama - baik darah manusia maupun makhluk roh hanya bisa mengubah Kucing Darah Sembilan Nyawa menjadi biru. Hanya darahnya sendiri yang mampu mengubah kucing itu menjadi merah.
“Tunggu sebentar……Belenggu lainnya……bukankah itu merujuk pada gembok yang terbuka saat Membuka Tititk Vital?” Han Sen tiba-tiba teringat saat berhasil mempelajari 《Membuka Titik Vital》, raganya juga merasakan sensasi serupa melepas belenggu. Hanya saja setelah terbuka, Han Sen tidak merasakan keuntungan langsung sehingga tidak terlalu dipedulikannya.
Jika tes Kucing Darah Sembilan Nyawa itu benar, setelah bolak-balik dipikirkan Han Sen, hanya ada satu kemungkinan.
“Kalau begitu, ternyata tanpa sengaja aku sudah membuka gembok itu sejak lama, jadi tak perlu lagi memakan pil itu.” Dengan konsentrasi penuh Han Sen berpikir: “Jika aku tidak memakannya, bisa diberikan ke orang lain. Sebenarnya untuk siapa ya?”
Karena Han Sen masih tidak bisa 100% memastikan pil itu aman, dia tidak berani memberikannya kepada orang terdekatnya. Tapi jika pil itu asli, memberikannya ke orang tak dikenal justru akan membuang-buang dengan sangat.
Setelah lama ragu-ragu, Han Sen kembali ke Tempat Perlindungan Bawah Tanah, menggali tungku obat, lalu memanggil malaikat kecil, Si Perak Kecil, dan Nyonya Duri secara terpisah untuk melihat reaksi mereka terhadap pil ini.
Si Perak Kecil dan yang lain duduk mengelilingi meja, memandang Han Sen dengan penasaran sambil bertanya-tanya apa sebenarnya yang ingin dilakukan Han Sen.
Han Sen meletakkan tungku obat di atas meja. Sorot mata mereka langsung tertarik pada tungku tersebut. Setelah mengamati wajah mereka satu per satu, Han Sen perlahan membuka tutup tungku, memperlihatkan pil berbentuk aneh di dalamnya.
Empat pasang mata langsung tertuju pada pil itu. Nyonya Duri mengerutkan kening halus, jelas-jelas tidak mengerti benda apa itu.
Malaikat kecil juga tidak menunjukkan reaksi berarti. Ia hanya menatap pil itu - entah karena tidak mengenalinya, atau menunggu perintah Han Sen sebelum berani menyentuh.
Si Perak Kecil justru langsung menerjang pil dalam tungku obat, namun ada siluet yang lebih cepat darinya.
Bao'er yang selama ini duduk di bahu Han Sen, tubuhnya melesat langsung menggenggam pil itu. Han Sen bahkan tidak sempat menghentikan sebelum Bao'er menelannya sekaligus.
Han Sen tak menyangka Bao'er bisa secepat itu. Sudah terlambat mencegahnya. Dengan kecemasan ia memandangi bocah itu, tidak mengharap keuntungan, hanya berharap tidak terjadi masalah.
Tapi setelah ditelan, raga Bao'er gemetar perlahan lalu tidak ada reaksi lain, seolah sama sekali tidak berguna.
Han Sen sebelumnya sudah mengambil darah Bao'er untuk percobaan. Hasilnya sama seperti yang lain: membuat Kucing Darah Sembilan Nyawa berubah menjadi biru.
Setelah menunggu sebentar dan melihat tidak ada perubahan pada Bao'er, Han Sen kembali mengambil setetes darah Bao'er dan meneteskannya ke mulut Kucing Darah Sembilan Nyawa. Anehnya, darah Bao'er ternyata sama seperti darah Han Sen - membuat liontin kucing darah sembilan nyawa memancarkan cahaya merah darah.
