"Banyak hal yang bisa kulakukan." Han Sen cepat menjawab.
Sekarang tidak kenal daerah atau orang, meski menyusup bersama domba tak terlalu menjaga muka, tapi ini jalan pintas tercepat menyatu ke dalam Perlindungan Keempat. Han Sen justru dengan senang hati menerima.
Dengan dipimpin domba tua ini, setidaknya tak akan mati tanpa alasan jelas, atau tak sengaja memasuki wilayah galak.
"Kutanya yang paling kamu ahli!" Domba itu menunggu beberapa menit.
Han Sen menganalisis rasional. Sekarang dia benar-benar ingin berusaha sebaik mungkin menunjukkan performa diri. Tanpa keraguan dia berkata: "Daya penghancuranku sangat kuat."
Jing Dongxuan dengan sepuluh kunci gen, daya penghancuran seperti itu bukan palsu.
Domba itu mendengar lalu sangat kecewa, berbalik arah ternyata langsung pergi.
“Kamu jangan pergi dong? Apa maksudmu ini?” Han Sen tertegun sejenak, tidak mengerti apa yang terjadi.
“Makhluk lemah sepertimu, bahkan belum bisa mengkristalkan Inti Gen? Sehebat apa daya penghancuranmu? Yang kubutuhkan adalah tenaga khusus yang berguna, seperti kemampuan menyembuhkan atau aura. Daya penghancuran? Aku bisa dengan mudah menemukan makhluk dengan Inti Gen yang jauh lebih kuat darimu. Untuk apa kehadiranmu?” Domba itu berkata sambil memutar tubuhnya dan kabur dengan cepat.
Han Sen membeku di tempat itu cukup lama, baru sadar setelah beberapa saat lalu bertanya penuh kebingungan pada Bao'er di bahunya: “Bao'er, apa dia baru saja merendahkanku?”
“Ya, Ayah.” Bao'er mengangguk dengan sangat serius.
Han Sen merasa sedikit frustasi, dirinya ternyata baru saja direndahkan oleh seekor domba.
Tapi Han Sen mungkin juga sudah menyadari, kekuatan domba itu tidak lemah, di antara makhluk biasa seharusnya tergolong top. Lagipula ia masih punya "pasukan", terlihat jelas bukan sendirian saja. Han Sen benar-benar tidak berani sembarangan membuat masalah.
"Itu... Saudara Domba... Jangan pergi... Aku salah bicara tadi... Keahlian terbesarku justru kekuatan penyembuhan..." Han Sen buru-buru mengejarnya sambil berlari dan berteriak.
Setelah berusaha keras menemukan makhluk mutan yang tidak memakan daging, Han Sen merasa harus menyusup ke kelompoknya dulu, mempelajari kondisi area ini lebih dulu.
"Kau punya kekuatan penyembuhan?" Domba itu menghentikan langkahnya, berbalik dengan tatapan penuh keraguan.
Kekuatan penyembuhan di mana pun sangat langka. Siapa yang tidak ingin memiliki teman yang memiliki kemampuan seperti ini? Ucapan domba tadi hanyalah omongan sembarang, tidak benar-benar berharap Han Sen sungguh memilikinya.
“Ya, di kampung halaman saya, aku dijuluki pria malaikat berjubah putih.” Han Sen menepuk dada sambil berkata.
Domba itu memandangi Han Sen dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Tiba-tiba ia mengangkat kepalanya sedikit, sebilah pedang melengkung hitam seperti tanduk domba yang terbuat dari Besi Hitam melesat keluar. Senjata itu berputar di udara bagai angin puyuh, menyambar semak-semak di kejauhan.
Suara jerit kesakitan terdengar. Pedang Besi Hitam itu menancap seekor makhluk mirip tikus di atas rumput.
Tikus itu meronta-ronta mati-matian namun tak bisa melepaskan diri. Ujung pedang yang menembus tubuhnya membuatnya tak berani bergerak terlalu keras.
Han Sen merinding. Serangan domba ini ternyata sangat mematikan. Pedang Besi Hitam itu pasti merupakan Inti Gen-nya, daya penghancurnya benar-benar luar biasa.
“Coba kamu obati dia,” kata domba sambil mengarahkan kukunya ke tikus yang berdarah itu.
Han Sen tidak berani sembrono, meniru tenaga Badak Suci, menggunakan terapi cahaya suci untuk mengobati luka besar tikus itu.
Entah karena pengaruh Perlindungan Keempat atau masalah pada tikus itu sendiri, efek skill penyembuhan Han Sen tidak begitu baik. Butuh beberapa menit baru membuat luka di tubuh tikus itu sembuh sempurna.
"Memang benar kekuatan penyembuhan, tapi lebih lemah... Sudahlah... Ikutlah aku..." Domba itu ragu sejenak, akhirnya membawa Han Sen bersamanya.
Han Sen cepat-cepat mengikuti. Setelah berjalan hampir setengah jam, akhirnya terlihat hutan kecil di depan. Begitu masuk ke dalam hutan, beberapa makhluk mutan langsung terlihat.
Dengan sekilas pandang, Han Sen menemukan koleksi makhluk mutan di sini cukup lengkap. Ada seekor burung raksasa hitam yang sedang mengawasinya dengan sorot mata dingin.
Juga empat makhluk berkaki enam dengan wajah mirip, masing-masing sebesar tank, terlihat sangat kuat.
Di posisi kiri, ternyata ada seorang makhluk roh yang bersandar di dekat pohon untuk beristirahat, sorot matanya juga sedang mengamati Han Sen.
Domba dan Han Sen menghadapi seekor monster raksasa sebesar lokomotif, agak mirip babi hutan, tapi di punggungnya tumbuh deretan duri tulang. Seluruh tubuhnya berkilau seperti baja mistis, terlihat sangat angker. Saat ini sedang berbaring di sana, sepasang mata merah darah mengawasinya dengan dingin.
Tampaknya semua makhluk mutan dan roh di sini dipimpin oleh monster baja mistis ini.
"Ini persediaan makanan yang kamu bawa pulang?" Makhluk roh itu bertanya sambil menunjukkan ekspresi seolah tersenyum tapi juga menangis.
Domba itu cepat-cepat menggelengkan kepala, mendekati babi hutan itu dan berkata: "Bos, ini anak buah baru yang saya rekrut."
"Sepertinya bahkan Inti Gen-nya saja belum mengkristal? Anak buah seperti ini untuk apa? Mau dijadikan cadangan logistik?" Makhluk roh itu kembali berseloroh.
Monster Baja Mistis itu mengarahkan sepasang mata merah darah seperti lentera ke arah domba. Tubuh domba gemetar seketika sambil cepat-cepat berkata dengan penuh sanjungan: "Bos, meski dia memang lemah sekarang, tapi dia punya kekuatan penyembuhan. Efeknya memang kurang, tapi bisa kita manfaatkan. Kalau dilatih terus, mungkin bisa lebih baik nanti."
Mendengar Han Sen memiliki kekuatan penyembuhan, monster baja mistis itu kembali menoleh ke arah Han Sen. Monster itu mengeluarkan raungan rendah yang penuh keperkasaan alam liar dan keanggunan legendaris. Makhluk-makhluk mutan yang lebih lemah mungkin sudah gemetar ketakutan mendengarnya.
"Kamu masih bengong apa? Cepat pergi obati luka bos!" teriak domba ke arah Han Sen.
Han Sen mengikuti domba sampai ke sisi monster baja mistis. Barulah dia melihat ada luka sepanjang hampir satu meter di antara tulang rusuknya yang masih mengeluarkan darah.
Han Sen segera meniru kekuatan Badak Suci, mengarahkan cahaya suci ke luka tersebut, efeknya tentu tidak terlalu baik, bahkan lebih buruk dibanding saat menyembuhkan tikus itu.
Han Sen memperkirakan, monster baja mistis ini kemungkinan adalah seekor makhluk purba. Vitalitasnya jelas jauh lebih kuat dibanding domba dan makhluk berkaki enam.
Makhluk roh itu melihat efek penyembuhan Han Sen, tidak bisa menahan diri dan terkekeh, "Ini yang kamu sebut kekuatan penyembuhan?"
Domba itu wajahnya memerah, berdehem pelan, "Lebih baik ada daripada tidak. Jika dilatih terus, pasti akan membaik."
Monster baja mistis itu tidak mengacuhkan mereka, hanya merem-melek dan tiarap di situ sambil beristirahat.
Sejak tiba di Perlindungan Keempat, Han Sen akhirnya memiliki tempat menetap dengan aman. Satu-satunya tugasnya adalah menggunakan terapi cahaya suci setiap hari untuk menyembuhkan luka di tubuh monster baja mistis tersebut.
Meski Han Sen tidak terlalu berminat menjadi malaikat berjubah putih, namun dengan mengikuti mereka, ia cepat memahami kondisi area ini. Hal ini membuatnya membatalkan niat untuk pergi dan memutuskan untuk sementara tinggal di sini selama beberapa waktu.
