Dari mulut domba, Han Sen mengetahui area ini bernama Yu Qiu. Makhluk mutan kuat di sekitarnya tidak banyak, monster baja mistis itu termasuk salah satu dari beberapa makhluk mutan terkuat, sekaligus salah satu makhluk purba langka di sekitar sini.
Domba dan hewan berkaki enam hanyalah makhluk biasa, sementara makhluk roh itu hanya level pelayan, setara dengan makhluk biasa.
Awalnya Han Sen ingin terus menyusup bersama monster baja mistis untuk mempelajari situasi Yu Qiu terlebih dahulu. Tapi siapa sangka, baru dua hari ia datang, setelah monster itu pergi ke danau untuk minum dan tak kunjung kembali. Saat Han Sen dan domba mendatangi tepi danau, yang tersisa hanyalah kerangka tubuh monster itu.
Darah segar menodai rumput dan air danau di sekitarnya menjadi merah darah, membuat ekspresi Han Sen berubah.
Hampir tidak ada keraguan, domba dan para pengikut monster baja mistis lainnya—makhluk mutan dan makhluk roh—satu per satu kabur dengan cepat.
Bahkan monster baja mistis saja sudah dibunuh, mana mungkin mereka berani tinggal di sini.
Han Sen ikut kabur bersama domba. Saat ini dia belum hafal medan di sini, mengikuti domba yang sudah hafal medan tentu tidak salah.
Domba berlari sangat jauh sebelum akhirnya berhenti, terengah-engah. Melihat Han Sen ternyata mengikutinya, ia sedikit terkejut. Bola matanya berputar, lalu berkata pada Han Sen: "Sekarang bos sudah mati, mulai sekarang ikutlah aku."
"Bagus, sekarang kita mau ke mana?" Han Sen hanya ingin mengenal area Yukyu lebih baik. Mengikuti siapa pun sama saja.
"Tentu saja pergi cari bos baru, kalau tidak bagaimana bisa bertahan di wilayah berbahaya seperti ini?" Domba itu dengan wajah penuh percaya diri mengangkat kepala dan berkata pada Han Sen: "Tenang, ikuti aku pasti tidak salah."
Domba membawa Han Sen melanjutkan perjalanan. Setelah berjalan hampir seharian penuh, mereka tiba di samping sebuah bukit kecil dan bergabung dengan makhluk purba lainnya.
Makhluk purba tersebut adalah ular besar bersisik hijau. Menurut domba, ular ini lebih hebat dari monster baja mistis. Sebenarnya dari dulu mereka ingin bergabung, tapi terkendala keberadaan monster baja mistis sehingga tidak punya kesempatan.
Berkat lidah emas domba yang pandai merayu, ditambah kemampuan penyembuhan Han Sen, ular besar bersisik hijau itu akhirnya menerima mereka sebagai anak buah, menjadikan mereka bagian dari kelompoknya.
Tapi malam itu juga, Ular Raksasa Bersisik Hijau itu tidak diketahui siapa yang menghantam kepalanya, raganya pun entah ke mana perginya, hanya menyisakan sebutir kepala ular berlumuran darah di dalam gua tempatnya berhabitat.
Setelah Ular Bersisik Hijau dihancurkan, makhluk-makhluk mutan yang mengikutinya langsung bubar. Meski Domba merasa agak frustasi di hati, tapi sama sekali tidak patah semangat. Ia bahkan memberitahu Han Sen bahwa masih mengenal satu lagi makhluk bos besar di Jade Hill, dan mereka bisa pergi mengikuti yang itu.
Han Sen sendiri hanya ingin mengakrabi lingkungan. Dibawa Domba berkeliling justru sesuai dengan isi hatinya. Tanpa berkata apa-apa, ia kembali mengikuti Domba ke jalur berikutnya.
Tapi setelah mengikuti Domba, ekspresi Han Sen semakin menunjukkan keanehan.
Dalam waktu singkat sekitar 10 hari, Han Sen mengikuti domba bergabung dengan 6 makhluk level bos di Jade Hill. Hasilnya, yang paling lama bertahan tiga hari, yang cepat hanya sehari, semua bos ini mati tak jelas dibunuh siapa, bahkan mayat utuh pun tidak tersisa.
"Apa sebenarnya yang terjadi? Siapa yang membunuh makhluk purba itu? Apakah target sebenarnya adalah aku?" Keraguan dan kecemasan mulai menggelayut di hati Han Sen.
Kebetulan ini terlalu mencurigakan. Setiap kali mereka mendatangi seseorang, orang itu pasti tewas. Ini bahkan lebih mengerikan daripada Conan, membuat Han Sen sangat yakin ini bukan kebetulan, melainkan ulah pihak tertentu.
Tapi setelah dipikir lagi, ini tidak masuk akal. Di Jade Hill bahkan tidak ada manusia, tak seorang pun mengenal dirinya. Untuk apa orang menyasar dirinya?
Lagipula kalau benar-benar ingin mencelakainya, lebih baik langsung menyerangnya. Buat apa repot-repot membunuhi makhluk-makhluk purba itu?
Dengan kemampuan lawan yang bisa membunuh makhluk purba tanpa sepengetahuan dewa atau hantu, seharusnya mereka tidak akan ragu terhadap seorang manusia seperti Han Sen yang bahkan belum bisa mengkristalkan inti gen.
"Kalau bukan targetku, ini kebetulan banget sih? Apa kita benar-benar sial begini?" Han Sen bergumam dalam hati.
Domba itu jelas frustasi. Setiap kali ikut bos baru, bosnya langsung mati. Untungnya di tempat perlindungan tidak ada lingkaran pertemanan, kalau tidak reputasinya pasti sudah hancur, mungkin dapat julukan "Sang Penghabisi Bos".
Setelah beristirahat setengah hari dengan posisi tiarap, domba itu akhirnya bangkit sambil berkata lemas: "Aku usul, sekarang cuma tersisa satu bos makhluk purba di Jade Hill. Mari kita coba, mungkin masih ada kesempatan."
"Terserah kamu." Han Sen mengangguk dengan senyuman.
Selama 10-20 hari terakhir, dia terus mengikuti domba berkeliling mencari bos, hampir menjelajahi seluruh area Yu Qiu. Pemahamannya tentang tempat ini sudah cukup mendalam, bahkan tanpa perlindungan khusus, bertahan hidup sendirian di sini seharusnya tidak jadi masalah.
Namun tekad domba untuk membelot ke seorang bos tetap tak tergoyahkan. Han Sen berpikir dalam hati, toh mereka sudah berputar-putar, tak ada salahnya melihat makhluk purba terakhir di Yu Qiu.
Ditambah lagi, kematian beruntun makhluk-makhluk purba itu membuat Han Sen merasa agak cemas di dalam hati.
Domba kembali mengajak Han Sen melanjutkan perjalanan. Kali ini tujuan mereka adalah seekor hewan bertanduk tiga yang mirip sapi, namun dengan tiga tanduk spiral tunggal di kepala.
Domba benar-benar jenius dalam hal membelot ke bos. Yang mengejutkan, dengan mudah ia membujuk hewan bertanduk tiga itu untuk mengizinkan mereka bergabung sebagai anak buah.
Setelah bergabung, domba itu masih gemetar ketakutan. Di malam hari sambil tiarap di atas rumput, mulutnya terus bergumam dengan suara yang hanya bisa didengarnya sendiri: "Jangan sampai mati lagi... Jangan sampai mati lagi..."
Meski Han Sen juga agak khawatir, melihat penampilan domba itu, hatinya diam-diam merasa lucu.
Triceratops berbeda dengan Monster Baja Mistis. Bawahannya sangat monoton, hanya sekumpulan Triceratops level biasa, sementara dirinya sendiri adalah Raja di antara ras Triceratops.
Selain Triceratops, di antara anak buah Raja Triceratops hanya ada domba dan Han Sen sebagai dua makhluk mutan.
Karena itu Han Sen benar-benar kagum pada kemampuan domba itu. Bahkan sistem grup ras tunggal seperti ini bisa dimasukinya, layaknya di dunia makhluk aneh.
Meski mengikutinya Han Sen tidak mendapat keuntungan apa-apa, bahkan persediaan makanan pun makan hari ini tidak tahu besok, tapi wawasannya bertambah banyak.
Raja Trihorn tidak memiliki tempat tinggal sendiri, dia tinggal bersama kawanan Trihorn. Han Sen dan domba juga berada di tengah kawanan itu, hanya berjarak sekitar dua puluh hingga tiga puluh meter dari Raja Trihorn.
Karena itu, kali ini Han Sen mengerahkan semangat dua belas kali lipat. Aura Dongxuan-nya terus aktif, berusaha mengamati apakah Raja Trihorn benar-benar akan mati, dan jika iya, siapa sebenarnya yang membunuhnya.
"Pasti ada alasan tertentu, seharusnya bukan karena sial kita kan?" gumam Han Sen dalam hati.
Menjelang tengah malam, saat Han Sen mulai merasa lelah, tiba-tiba dia merasakan fluktuasi energi aneh dari arah Raja Trihorn. Han Sen segera menoleh dan melihat kepala Raja Trihorn sudah terpenggal.
Ketika Han Sen berhasil melihat jelas siluet sang algojo, wajahnya langsung menunjukkan ekspresi tak percaya. Sosok itu ternyata terlihat sangat familiar baginya.
