Domba melihat makhluk-makhluk mutan yang sudah tidak memiliki kemampuan melawan itu, hatinya langsung berbunga-bunga. Ia langsung ingin kabur ke sana.
"Jangan mendekat." Han Sen dengan ekspresi serius menghentikan domba, sorot matanya tertuju pada area di antara beberapa makhluk mutan.
Tak lama kemudian, seekor lipan besar sepanjang tiga chi merangkak keluar dari belakang makhluk mutan. Tubuhnya berkilauan keemasan, bahkan kaki-kaki dan sungutnya bagai terbuat dari emas murni, tampak megah namun mengerikan.
"Naga Kumis Emas!" Ekspresi koki wanita komunitas naga berubah drastis sambil menarik Han Sen untuk mundur cepat.
"Kamu mengenal makhluk itu?" tanya Han Sen setelah mereka menjauh, baru berani berbicara pada sang koki naga.
Perempuan naga itu mengangguk pelan: "Itu adalah makhluk mutasi Naga Kumis Emas. Inti Gen-nya sudah mencapai level emas, bukan lawan yang bisa kita hadapi."
"Belum tentu," kata Han Ser sambil menatap naga itu, "Kulihat dia juga terluka parah, mungkin akibat guncangan jeritan tadi. Keadaannya tidak baik. Kita masih punya kesempatan untuk membunuhnya."
"Naga Kumis Emas" melilit tubuh seekor makhluk mutan, proboscis-nya menusuk ke dalam kepala makhluk itu, menyedot seperti sedang menghirup air kelapa.
Makhluk mutan itu meronta-ronta kesakitan sambil mengeluarkan jeritan memilukan, namun karena lukanya terlalu parah, hanya bertahan sebentar sebelum tak bergerak lagi - sudah menjadi mayat kaku.
Setelah menarik keluar proboscis-nya, kepala makhluk mutan itu hanya tersisa cangkang kosong dan lubang berdarah. Domba itu gemetar ketakutan lalu buru-buru berlindung di belakang Han Sen.
"Makhluk dengan Inti Gen level emas terlalu berbahaya. Kita juga tidak tahu seberapa parah lukanya. Lagipula cangkangnya sangat keras, belum tentu bisa kita hancurkan," kata Peri Naga sambil mengerutkan kening.
"Apa kau tahu kemampuan Inti Gen dari Naga Kumis Emas ini?" Han Sen balik bertanya.
Long Nu berpikir sejenak lalu berkata: "Kemampuan Inti Gen Naga Emas Berkumis adalah tali logam. Begitu terikat, tali itu akan semakin mengencang hingga target tercekik mati. Dan selama berada dalam jarak tertentu, kemungkinan besar takkan bisa lolos dari ikatan tali logam itu."
Han Sen mengerutkan kening halus, sorot matanya tak lepas mengamati gerakan Naga Emas Berkumis yang merayapi tubuh makhluk-makhluk mutan.
Melalui aura Dongxuan, terlihat jelas gelombang energi vital Naga Emas Berkumis sangat tidak stabil. Tanda-tanda luka berat sudah jelas. Sekarang memang kesempatan terbaik untuk membunuhnya.
"Kalian tetap di sini. Aku yang akan mencoba." Setelah memahami kemampuan naga itu dan mengamati lebih lama, Han Sen tetap memutuskan untuk mencoba.
Peluang memburu makhluk berinti emas seperti ini mungkin takkan terulang. Han Sen tak ingin menyia-nyiakannya.
Memanggil payung yang menutupi langit dan menggenggamnya di tangan, sambil memanggil boneka kayu butler, masing-masing menyerang Golden Whiskered Dragon dari dua arah berbeda.
Golden Whiskered Dragon jelas telah menyadari kehadiran Han Sen. Kilau keemasan tiba-tiba menyelimuti tubuhnya, tali berwarna keemasan langsung membelenggu boneka kayu butler yang terdekat dengan kecepatan nyaris tak terlihat mata telanjang.
Sorot merah berkedip di mata boneka kayu butler, namun karena jarak yang terlalu jauh atau pengaruh tenaganya terhadap Golden Whiskered Dragon sangat terbatas, raga naga itu tidak berubah menjadi kayu.
"Ini saatnya!" Han Sen justru berseri-seri. Memanfaatkan momen boneka kayu terbelenggu tali emas, tenaga dalam tubuhnya meledak dalam kegilaan. Kecepatannya mencapai batas maksimal, mendekati Golden Whiskered Dragon dengan laju tinggi.
Dia berencana membunuh sang naga secara langsung saat Inti Gen Golden Whiskered Dragon tidak berada di sisinya.
Tapi hanya terdengar suara "kres", tali emas yang mengikat butler boneka kayu itu tiba-tiba menyusut seperti mata pedang tajam, langsung membelah butler boneka kayu menjadi banyak bagian.
Lalu terlihat tali emas kembali berubah menjadi cahaya keemasan, kembali melilit ke arah Han Sen.
Butler boneka kayu terselesaikan terlalu cepat, Han Sen bahkan belum sempat mendekati Naga Kumis Emas, namun tali emas sudah melilit di hadapannya.
Han Sen mengayunkan payung pemanggilan di tangannya, menghadang cahaya keemasan yang berasal dari tali emas.
Seketika terlihat tali emas melilit di atas payung pemanggilan, sementara tangan satunya memanggil Telur Kristal dan melepaskannya langsung ke arah Naga Kumis Emas.
Melihat Telur Kristal terbang seperti meteor, tubuh Naga Kumis Emas tiba-tiba melesat menghindar ke samping, berhasil menghindari hantaman telur tersebut.
Tapi Telur Kristal itu menghantam tubuh seekor makhluk mutan di sebelah, langsung memantul lagi, ternyata melesat kembali ke arah Naga Kumis Emas. Di jarak sedekat ini, Naga Kumis Emas yang sudah luka berat tak mampu menghindar lagi, akhirnya terkena pantulan Telur Kristal.
Han Sen mengulurkan tangan menangkap Telur Kristal yang memantul kembali, mengembalikannya ke Laut Jiwa. Sementara posturnya melesat cepat ke arah Naga Kumis Emas, sambil mencabut Tanduk Hewan dan menusukkannya ke tubuh naga itu.
Tali Emas itu seperti ular melilit erat Payung Penutup Langit, tubuhnya semakin mengencang, berusaha mematahkan payung tersebut.
Meski rangka payung Penutup Langit berbunyi berkertak-kertak, tapi Payung itu tak kunjung patah oleh tekanan Tali Emas.
Payung Penutup Langit yang hanya level Perunggu ini, ternyata lebih kokoh daripada Butler Boneka level Perak.
Han Sen tidak yakin berapa lama payung pelindung langit bisa bertahan, mengingat levelnya dua tingkat lebih rendah dari tali emas. Karena itu, dia ingin segera membunuh Naga Emas.
Naga Emas melihat Han Sen menerjang ke hadapannya. Tubuhnya melengkung tinggi seperti ular, tanpa menghindar lagi. Dengan gerakan memantul, makhluk itu langsung menerjang ke wajah Han Sen.
Tanduk hewan di tangan Han Sen menusuk dengan garang. Teknik perjalanan ruang-waktu dari Serangan Hantu diterapkan dalam tusukan ini. Sebelum Naga Emas mencapai wajahnya, tanduk sudah menusuk perut sang naga.
Tanduk bertabrakan dengan cangkang keemasan. Meski cangkang itu sedikit melunak, tidak seperti makhluk mutan sebelumnya yang pernah dihadapi Han Sen, pelunakan ini tidak terjadi sepenuhnya.
Tanduk ternyata gagal menembus cangkang. Alih-alih, serangan itu justru membuat Naga Emas terlempar jauh.
Melihat tanduk hewan tidak bisa menembus cangkang Naga Kumis Emas, hati Han Sen menjadi keras. Ia langsung menggunakan tenaga Satu Tangan Menutupi Langit, menampar tubuh naga itu.
Saat tenaga Satu Tangan Menutupi Langit digunakan, jika berhasil, akan menghancurkan sepenuhnya tubuh lawan hingga daging dan darah tidak tersisa.
Han Sen masih ingin mendapatkan daging dan darah Naga Kumis Emas. Karena itu sejak awal tidak menggunakan Satu Tangan Menutupi Langit. Kini ia tak bisa mempedulikan hal itu lagi, yang penting membunuhnya dulu.
Meski Naga Kumis Emas sudah terluka berat, wibawa mengerikannya masih utuh. Tertusuk oleh Han Sen, sifat galaknya langsung terstimulasi. Dengan jeritan melengking, ia menerjang ke arah Han Sen sambal memancarkan cahaya keemasan terang.
Telapak tangan Han Sen menghantam cahaya emas itu. Seketika ia merasakan kesakitan seperti ditusuk pisau di telapaknya. Namun dengan gigih Han Sen memaksakan diri menahan rasa sakit itu, lalu tangan satunya mencengkeram salah satu cincin pada rantai tatanan genetik naga tersebut.
Tenaga Satu Tangan Menutupi Langit memungkinkan Han Sen menghancurkan mata rantai terlemah makhluk hidup, tetapi karena perbedaan konstitusi fisik yang cukup besar, meski hanya satu titik lemah ini yang digenggam Han Sen, rasanya seperti menggenggam urat sapi yang sangat lentur.
Dor!
Han Sen mengerahkan seluruh tenaganya menarik keras, dengan gemilang memutuskan rantai keteraturan gen yang sekeras urat sapi itu.
