Saat Han Sen masuk ke dalam hutan tanaman, kemampuan indra deteksi aura Dongxuan-nya langsung menjadi kacau.
Di setiap sudut terpancar energi kehidupan, di setiap jengkal tanah tumbuh tumbuhan gen. Tanpa perlu indra khusus, jelas terasa banyak makhluk hidup di sekelilingnya.
Nan Li Tian menggenggam kapak panjang, tak henti mengejar dan menghantam Han Sen dari belakang. Kilau pisau menyambar tanaman-tanaman, memenggal batang dan dedaunan yang betebaran memenuhi langit. Han Sen terpaksa terus kabur lebih dalam.
Meski dengan rintangan tumbuhan-tumbuhan ini, teknik gerak Dongxuan dan Yitian Shu memiliki ruang gerak yang lebih luas. Han Sen memanfaatkan tumbuhan untuk menahan serangan Nan Li Tian, situasi pun mulai membaik. Setidaknya, kini Nan Li Tian tak lagi semudah tadi untuk melukainya.
Lembah ini dipenuhi pohon raksasa dan tumbuhan rambat yang bahkan cahaya pisau Nan Li Tian tak sanggup memotongnya. Han Sen terus bertarung sambil mundur di dalam labirin tumbuhan di Lembah Penyimpan Kebenaran ini, perlahan menyelami kedalamannya.
Qing Niu pernah bercerita, di Lembah Penyimpan Kebenaran terdapat banyak tumbuhan gen aneh. Ia memberi contoh seperti pohon besar yang dipenuhi cabang ular atau sulur yang menghasilkan bola mata.
Walau tak semua tumbuhan gen di Lembah Penyimpan Kebenaran bersifat mematikan, namun yang memiliki keanehan jumlahnya cukup banyak.
Han Sen terus mengaktifkan aura Dongxuan-nya, mencari-cari makhluk gen beraura kuat. Tanpa kehadiran makhluk gen yang cukup kuat untuk menghadang, mustahil baginya menghentikan Nan Li Tian.
Tiba-tiba, di antara banyak tumbuhan gen tersebut, Han Sen merasakan gumpalan energi vital yang mirip api unggun. Kekuatan energi vital itu sudah jauh melebihi semua makhluk hidup di sekitarnya, bagaikan bulan purnama di antara bintang-bintang.
Dengan mengatupkan gigi, Han Sen langsung maju ke medan tempur ke arah sana. Jika tidak bisa melepaskan diri dari Nan Li Tian, akhirnya pasti tewas. Lebih baik mengambil risiko.
Jarak ke lokasi sumber vitalitas itu semakin dekat, tinggal kurang dari 10 meter. Tapi karena tumbuhan di sekeliling terlalu lebat, tetap tidak terlihat seperti apa tumbuhan gen tersebut sebenarnya.
Tiba-tiba, Nan Li Tian menebaskan pisau tajam secara horizontal. Han Sen menunduk, melihat kilatan hijau pisau itu memotong habis tumbuhan di depannya. Kilatan itu kemudian menghantam sesuatu hingga terdengar suara benturan logam.
Han Sen menegakkan kepalanya dan jantungnya berdesir. Di balik reruntuhan tumbuhan yang terpotong di pinggang, berdiri megah sebuah pohon raksasa yang seluruh tubuhnya berkilau seperti giok.
Di tanah sekitar pohon tersebut, terkubur sebagian kepala-kepala banteng giok.
Tubuh banteng-banteng itu sepenuhnya terpendam dalam tanah, hanya kepala giok sebesar keranjang yang menyembul di permukaan. Salah satu kepala banteng giok itu kini melototkan mata merah darah mengawasi mereka - jelas bukan patung, melainkan makhluk hidup.
Cahaya pisau Nan Li Tian sebelumnya menghantam tanduk banteng itulah yang pecah. Energi vital mengerikan yang dirasakan Han Sen berasal dari kepala-kepala banteng giok dan pohon giok itu.
"Moo!"
Han Sen sedang mengamati pohon dan kepala banteng, tiba-tiba mendengar kepala banteng yang terkena serangan Nan Li Tian mengeluarkan suara menggelegar seperti guruh, diikuti gemuruh ledakan.
Tanah di bawah kepala banteng terbelah, memperlihatkan tubuh giok yang identik dengan kepalanya. Banteng giok yang terkubur ini ternyata menyembul keluar dengan tubuh perkasa yang melebihi gajah, seluruh raganya memancarkan tenaga eksplosif yang mengerikan dan vitalitas tak terbendung.
Saat muncul dari tanah, banteng giok langsung menundukkan kepala menyorongkan sepasang tanduk giok yang menakutkan ke arah Han Sen dan Nan Li Tian, lalu menerjang langsung ke mereka.
Bagai sinar hijau giok yang menembus kehampaan, Han Sen bahkan belum sempat membentuk niatan untuk menghindar. Banteng itu sudah berada di hadapannya, tanduk tebal dan tajamnya langsung menghantam tubuhnya.
Han Sen hanya sempat menekan telapak tangannya di tanduk banteng. Tiba-tiba kekuatan dahsyat yang sulit dilawan menyembur dari tanduk itu, membuat raganya terlempar tak terkendali dan menghantam kanopi pohon yang begitu rapat hingga sinar matahari pun tak bisa menembusnya.
Tubuhnya hanya merasakan patahan vegetasi yang ditabraknya, lalu seolah menubruk sesuatu yang terasa lembek.
Setelah diperhatikan lebih dalam, baru ia sadar telah masuk ke dalam bunga perak raksasa yang luar biasa besarnya - bagian benang sari saja sudah sebesar kasur ukuran double.
Han Sen memang menghantam benang sari perak itu, sehingga terasa begitu lembut.
Hampir bersamaan, Nan Li Tian ternyata juga terlempar oleh banteng giok dari bawah, dan nyemplung ke bunga perak lain di sebelahnya.
Han Sen ingin keluar dari benang sari bunga, namun tiba-tiba menyadari benang sari perak itu seperti tali-tali yang mengikat tubuhnya. Meski sudah meronta-ronta sekuat tenaga, benang sari itu tetap tak putus. Dadanya berdebar kencang, matanya langsung menoleh ke Nan Li Tian.
Nasib Nan Li Tian sama seperti dirinya. Benang-benang perak itu juga melilitnya. Meski sudah berusaha melepaskan diri, jalinan benang sari yang bertumpuk-tumpuk membuatnya tak bisa kabur.
Tubuh keduanya terbungkus benang sari seperti mumi, dengan lima anggota badan terkembang lebar terperangkap dalam lautan benang sari.
Awalnya Han Sen mengira ini mungkin bunga pemakan manusia. Tapi meski terbelit benang perak, tak ada gerakan menelan. Setelah itu, benang-benang itu diam membatu, juga tidak mengeluarkan cairan korosif atau sejenisnya yang bisa merusak tubuh mereka.
"Moo!"
Banteng giok yang melempar mereka tadi mengaum penuh amarah, lalu berbalik kembali ke dalam lubang galian.
Han Sen melihat dengan jelas, ekor Banteng Giok di belakangnya seperti akar pohon yang memanjang hingga ke dalam lubang plot. Jelas bahwa Banteng Giok adalah bagian dari Pohon Giok ini. Makhluk yang dihasilkan dari akar pohon saja sudah begitu mengerikan, Han Sen sungguh tidak dapat membayangkan level apa yang dimiliki pohon giok ini.
Setelah diamati lebih seksama, ditemukan delapan kepala banteng giok terkubur di sekeliling batang pohon, masing-masing menghadap arah yang berbeda.
Sementara itu, di batang Pohon Giok raksasa, mekar banyak bunga perak besar. Han Sen dan Nan Li Tian terjebak dalam dua bunga tersebut.
Han Sen sedang mengamati situasi di sekelilingnya, sedangkan Nan Li Tian di sana menggunakan segala tenaga untuk melepaskan diri dari benang sari bunga. Namun tingkat keteguhan benang sari jauh melebihi imajinasinya. Berapapun tenaga yang dikeluarkannya, semua sia-sia belaka. Raga mereka tak bisa melepaskan diri dari belitan benang sari yang terlihat transparan dan putih pucat itu.
"Mengapa kau mati-matian mengejarku? Permusuhan berdarah apa sebenarnya antara kita, sampai kau rela mempertaruhkan nyawa sendiri hanya untuk menjebakku dalam situasi jalan buntu?" tanya Han Sen secara mendadak.
Situasi saat ini belum terlalu buruk. Karena ini bukan bunga pemakan manusia, Han Sen yang memiliki kekuatan "Satu Tangan Menutupi Langit" masih memiliki harapan untuk bebas.
Oleh karena itu, niat pertama Han Sen saat ini bukanlah segera mencari cara untuk kabur, melainkan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan informasi dari mulut Nan Li Tian.
"Keturunan pengkhianat... Sialan..." suara Nan Li Tian dingin, seolah tak ada sedikitpun penyesalan dalam nada bicaranya.
“Kurasa kamu bukan ingin membunuhku, tapi merebut liontin kucing darah sembilan nyawa?” Han Sen sengaja mengujinya.
“Bohong! Selain anggota keluarga Han, tak ada pengikut Sekte Darah Hidup yang menginginkan barang itu.” Nan Li Tian malah marah besar mendengar ucapan Han Sen, seolah dirinya sedang dihina.
Han Sen memandang Nan Li Tian dengan heran. Dia sudah memperkirakan berbagai reaksi, tapi respons yang satu ini benar-benar di luar imajinasinya.
