"Sudahlah, ini wilayah kekuasaan Tianwai. Hubungan kita dengan Tianwai sedang tegang. Jika tidak perlu, lebih baik kita tidak meninggalkan jejak." Wanita itu menggelengkan tangan, langsung membawa anjingnya keluar dari Perlindungan Liying.
"Tuan, jarang-jarang keluar, bagaimana kalau kita berkeliling dulu sebelum pulang?" Anjing itu menggoyangkan ekor di sisi sang wanita.
"Baiklah."
Han Sen tidak menyadari kedatangan dan kepergian wanita serta anjing itu, tetap melanjutkan pengawasan pengambilan darah.
“Antre dengan rapi... satu per satu... jangan berdesakan... 'itu' kamu ada masalah apa... kok sambil antre juga buang air... Apa ini tempat sembarangan? Ini bukan sarang tanah kalian, ini perlindungan level emas, di atas duduk Yang Mulia Pemilik Perlindungan, harus punya rasa hormat mengerti tidak?” Domba di bawah sibuk memelihara keteraturan, mondar-mandir sambil berteriak-teriak.
Aktivitas pengambilan darah seperti ini sudah berjalan beberapa hari. Han Sen awalnya mengira masih perlu mencari lebih banyak lagi untuk mencapai seribu jenis gen. Tapi setelah kabar "setetes darah bisa tinggal sebulan di perlindungan level emas" terdengar, banyak makhluk mutan level rendah datang. Melihat situasi ini, diperkirakan dalam beberapa hari lagi target seribu gen akan terkumpul.
Pekerjaan di tangan sudah hampir selesai semua. Han Sen juga tidak berminat lagi mengawasi proses pengambilan darah, semuanya diserahkan ke domba. Ia sendiri menyiapkan barang-barang, berniat pergi ke Lembah Penyimpanan Kebenaran untuk memastikan apakah benar ada tulang Binatang Suci Laut Bintang di sana.
Bao'er mengikuti Ji Yanran berlibur ke Laut Aegean, Han Sen pun akhirnya pergi sendirian ke Lembah Penyimpanan Kebenaran.
Seperti waktu itu, setelah Han Sen memasuki Lembah Penyimpanan Kebenaran, tumbuhan gen yang memiliki kesadaran kehidupan itu secara otomatis membuka jalan baginya, memungkinkannya masuk tanpa hambatan hingga ke dalam lembah.
Di dalam Lembah Penyimpanan Kebenaran memang banyak tumbuhan aneh. Kerbau Hijau ternyata tidak berbohong - Han Sen benar-benar melihat pohon yang dipenuhi ular. Namun ranting-ranting mirip ular itu dengan sendirinya menghindar darinya, sama sekali tidak mengancam.
Dalam status Super Di Ling, Han Sen menembus Lembah Penyimpanan Kebenaran dengan mulus dan tiba di bagian terdalam lembah.
Seperti yang dikatakan Kerbau Hijau, di bagian terdalam lembah benar-benar ada gua yang disekat batu besar berbentuk kubus sempurna mirip prasasti. Yang mengejutkan, di permukaannya terpahat tulisan.
Han Sen mengamati lebih seksama, menemukan ini seharusnya adalah prasasti yang rusak, bagian atas dan bawah telah dipotong, hanya tersisa bagian tengah dengan karakter "Langit" besar terpahat di permukaannya.
"Tulisan ini terasa sangat familiar, sepertinya aku pernah melihatnya di mana ya?" Han Sen berpikir sebentar, lalu segera teringat di mana dia pernah melihatnya.
Ukuran dan goresan tulisan patahan prasasti ini sangat mirip dengan prasasti di Lembah Waktu maupun prasasti yang digali dari bawah tanah.
"Tunggu sebentar, prasasti rusak yang kulihat di Lembah Waktu bertuliskan karakter 'Ketuk', prasasti yang kemudian digali adalah 'Ren Yi', sekarang yang ini ada karakter 'Langit'. Mungkinkah itu sebenarnya bukan karakter 'Ketuk'? Jika 'Ren Yi' ditempatkan di atas, bukankah itu membentuk karakter 'Nyawa'? Ditambah dengan karakter 'Langit' ini, jadilah 'Takdir Langit'?" Han Sen menatap seksama patahan prasasti itu. Semakin dilihat semakin terasa kemiripannya, hampir bisa dipastikan berasal dari patahan prasasti yang sama.
“Jika benar berasal dari prasasti yang sama, ternyata ada bagian yang berada di Perlindungan Ketiga, dan sebagian lagi muncul di Perlindungan Keempat, ini agak mengerikan.” Han Sen bergolak berbagai pemikiran dalam hatinya.
Han Sen mencoba menghantam prasasti dengan satu pukulan. Saat di Perlindungan Ketiga dulu dia tak mampu melukai prasasti, sekarang setelah naik level menjadi semi-dewa, tenaganya sudah puluhan kali lipat lebih kuat. Tapi pukulan ini ternyata tetap tak mampu melukai prasasti sedikit pun.
Han Sen tak bisa menahan kekagetan dalam hati: "Dengan kekuatan sebesar ini masih tak bisa melukai prasasti, sebenarnya Orang Apa Itu yang bisa memotong prasasti ini?"
Menghancurkan prasasti rusak itu mustahil. Tapi prasasti itu hanya diletakkan begitu saja tanpa segel atau mekanisme perangkap. Han Sen mendorong lebih keras, dan prasasti itu bergeser sedikit.
Han Sen mengerahkan seluruh tenaga, perlahan-lahan mendorong prasasti rusak ke samping, membuka gua batuan yang tersembunyi di belakangnya.
Gua itu sangat luas, semakin ke dalam semakin lebar. Di antara batuan gua terdapat banyak kristal berkilau yang membuat kegelapan gua bersinar cantik bagai langit berbintang.
Han Sen berjalan ke depan dengan hati-hati, justru tidak menemui bahaya apa pun. Saat mencapai bagian terdalam gua, terlihatlah kerangka makhluk aneh raksasa.
Bentuknya agak mirip dinosaurus bertanduk tiga dari Era Kuno, hanya posturnya jauh lebih besar. Namun daging dan darahnya telah lama terkikis waktu, menyisakan rangka yang persis seperti kerangka dinosaurus di museum.
Kerangka itu berbaring di dalam gua. Meski hanya tulang belulang, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya permata transparan. Kilauan kecil berkedip di tulang-tulangnya, terlihat cantik sekaligus mengerikan.
Han Sen memindai kerangka itu dengan aura Dongxuan. Dipastikan tidak ada vitalitas tersisa, benar-benar sudah mati.
"Kerbau hijau itu ternyata tidak berbohong, cukup mengejutkan," pikir Han Sen sambil mendekati kerangka Binatang Suci Laut Bintang. Ia ingin memeriksa apakah ada Inti Gen yang tertinggal.
Binatang Suci Laut Bintang seharusnya termasuk makhluk darah ilahi. Jika Inti Gen-nya masih ada, pasti merupakan Inti Gen tingkat permata.
Saat ini Han Sen hampir tidak mungkin membunuh makhluk darah ilahi. Kesempatan mendapatkan Inti Gen permata sangat langka.
Sorot mata Han Sen terus menyapu kerangka itu, namun tak menemukan jejak Inti Gen. Dalam hatinya muncul kekecewaan: "Apakah Inti Gen telah lenyap bersama Binatang Suci Laut Bintang?"
Dengan penuh ketekunan, ia memindai lagi dengan aura Dongxuan. Benar saja, di tengkorak kepala makhluk itu cahaya fluor tampak lebih terang dibanding bagian lain.
Han Sen langsung merangkak masuk ke dalam tengkorak. Setelah mengobrak-abrik isi rongga kepala, akhirnya ia menemukan sesuatu.
Melihat sebuah bola bagaikan bintang tersembunyi di sarang tulang tengkorak, Han Sen menggenggam bola itu dengan satu tangan. Ukurannya sebesar bola bisbol, seluruhnya transparan seperti kristal. Di dalamnya berkilauan cahaya misterius, seolah ada pusaran bintang tak terhitung yang terus berputar.
Tidak tahu elemen apa makhluk mutan Laut Bintang ini, Han Sen mencoba menyuntikkan berbagai kekuatan. Saat tenaga air dimasukkan ke dalam bola, tiba-tiba muncul stempel batu permata yang berkilau di permukaannya.
"Benar-benar Inti Gen tingkat batu permata!" Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Mendapatkan Inti Gen berharga tanpa usaha siapa pun pasti akan senang.
"Letakkan Bintang Laut itu!" Suara dingin tiba-tiba terdengar saat Han Sen sedang gembira.
Menoleh ke arah mulut gua, terlihat seorang wanita cantik bak malaikat mitos dengan sepasang sayap putih bersih, ditemani anjing hitam berlari ke arahnya.
“Kenapa aku harus meletakkannya?” Han Sen mengerutkan kening memandangi wanita itu. Aura yang terpancar dari tubuh wanita ini ternyata bukan milik roh jahat, melainkan makhluk mutan.
Wanita itu sepertinya enggan berdebat lebih jauh dengan Han Sen. Dengan datar ia memanggil: "Xiao Hei."
Mata anjing hitam itu memancarkan kilatan keganasan. Dengan lolongan panjang, mulut anjing itu terbuka. Tenaga mengerikan mulai mengkristal di dalam rongga mulutnya, lalu menyemburkan laser ke arah Han Sen secepat kilat.
