Tewas dalam Perang Gen Inti yang sebenarnya memungkinkan untuk menyerah dan kabur - ini membuktikan lawannya terlalu kuat. Bahkan keturunan makhluk dewa super seperti Montenegro pun bisa dibunuh sekejap. Sekedar membayangkannya saja membuat bulu kuduk merinding.
Meski di dalam Perlindungan Keempat, fase larva makhluk dewa super memang memiliki batas maksimal yang tinggi. Kemampuan fisik mereka memang lebih baik dibanding makhluk biasa, tapi tidak sampai level yang bisa menghancurkan dengan mudah. Mereka tetap perlu meningkatkan fisik dan inti gen secara mandiri.
Namun tubuh makhluk dewa super seperti Montenegro, jika dibandingkan dengan makhluk bermutasi yang memiliki inti emas, tidak jauh tertinggal. Terutama jantung roda ilahi-nya yang sangat kuat. Dengan perlindungan jantung roda ilahi, sekalipun bertemu makhluk darah ilahi yang memiliki inti permata, seharusnya tidak sampai terbunuh seketika.
Tapi nyatanya di tengah perang para dewa setingkat ini, dia justru terbunuh sekejap. Ini membuat seluruh makhluk hidup gemetar ketakutan. Kekaguman mereka terhadap intikristal yang tiba-tiba muncul di peringkat pertama semakin bertambah.
Kematian Montenegro membuat Penguasa Langit dari bidang ilahi murka. Beliau memerintahkan penyelidikan siapa sebenarnya pemilik intikristal tersebut.
Tapi investigasi tetap tak mendapat informasi penting. Tak satu pun makhluk yang tahu identitas pemilik intikristal. Bahkan tak ada yang pernah melihat wujud intikristal itu. Satu-satunya saksi mata, Montenegro, sudah tewas terbunuh.
Seluruh makhluk di Perlindungan Keempat sedang membicarakan intikristal, menebak makhluk seperti apa yang bisa mengkristalkan Inti Gen yang luar biasa ini.
Hipotesis paling populer tetap anak Kaisar atau keturunan makhluk dewa super yang mengamuk. Tak ada yang menyangka ini berasal dari manusia - bahkan Pembunuh Dewa Da Luo sekalipun di masa jayanya tak pernah punya catatan mengerikan seperti ini: langsung menempati puncak ranking sejak kemunculan pertama, legenda yang belum pernah ada sepanjang sejarah.
Han Sen saat ini tidak punya mood untuk menghiraukan semua itu. Ia sedang mempelajari telur kristal. Sejak kejadian terakhir, telur kristal itu kembali ke bentuk aslinya. Tak peduli bagaimana Han Sen mencoba memanipulasinya, benda itu tetap hanya sebuah telur, tak lagi berubah menjadi kerangka es giok.
"Apakah harus memiliki tenaga yang cukup untuk memecahkan cangkang telurnya, baru bisa mengeluarkan kerangka es giok dari dalamnya?" Han Sen membuat hipotesis dalam hati.
Tapi Han Sen tidak tahu apakah hipotesisnya benar, tentu saja dia tidak akan memecahkan cangkang telur itu sendiri. Bagaimana jika tebakannya salah, dan kerangka itu sebenarnya sedang mengembangkan fisik di dalam? Jika dia merusak proses itu, bukankah itu sama saja mencari masalah sendiri?
Jadi Han Sen tak berani bertindak sembarangan, sementara ini mengesampingkan persoalan tersebut dan beralih mempelajari Hati Roda Dewa yang telah berubah menjadi ukiran es giok.
Hati Roda Dewa kini menyerupai cakram berputar, hanya saja ada bagian yang terkelupas. Sekarang benda ini telah berubah seperti es giok, sama sekali tak terasa adanya tenaga di dalamnya, seolah hanya sebuah karya seni biasa.
Hati Roda Dewa saat ini dalam status tersegel. Tapi Han Sen tidak tahu cara membatalkan segel tersebut. Benda ini disegel oleh kerangka es giok yang kini telah kembali ke dalam telur kristal, tentu mustahil muncul lagi untuk membatalkan segelnya.
“Tidak tahu apakah tenaga telur kristal bisa memecahkan segel.” Han Sen berpikir sambil memanggil telur kristal dan memainkannya di atas jantung roda dewa yang seperti es giok.
Sentuhan telur kristal itu langsung memicu respons. Seperti salju mencair, warna es giok di jantung roda dewa perlahan menghilang, menampakkan kilau keemasan muda aslinya.
“Benar juga! Telur kristal bisa melunak, kerangka bisa mengeras. Inti Gen ini memang unik.” Sukacita memenuhi hati Han Sen.
Meski jantung roda dewa hanyalah Inti Gen Perunggu yang tak bisa naik level karena tuannya telah mati, selamanya tetap di level perunggu.
Tapi mengingat ini adalah Inti Gen dari Makhluk Dewa Super fase larva, keunggulan genetik bawaan-nya luar biasa. Daya hancur tingkat perunggu ini mungkin bisa menyaingi sebagian Inti Gen Emas, bahkan lebih kuat dari kebanyakan Inti Gen Perak. Pantas disebut Inti Gen Perunggu langka.
Han Sen menguji daya hancur Heart of Divine Wheel, daya mematikannya memang luar biasa. Benar-benar barang bagus yang langka, sayangnya Han Sen tidak berani menggunakannya sembarangan. Kalau sampai ketahuan makhluk dari bidang ilahi, mungkin Perlindungan Liying akan sulit dipertahankan.
Setelah menyimpan Heart of Divine Wheel, Han Sen keluar dari Kuil Roh. Dilihatnya Si Merah dan Binatang Suci Laut Bintang sedang tiarap di atas alas kaki, menjulurkan lidah menjilat susu dalam mangkuk.
Melihat penampilan imut banget kedua makhluk itu, Han Sen tak tahan lagi berkesedihan dan menggelengkan kepala.
Tidak diketahui level Si Merah, tapi terlihat energi vitalnya tidak terlalu kuat. Binatang Suci Laut Bintang masih kecil, meski berasal dari keturunan Makhluk Darah Ilahi yang bagus, tapi masih fase larva. Kekuatan raganya belum memadai, Pearl of Star Sea juga masih tingkat perunggu. Entah berapa lama lagi baru bisa berevolusi ke level batu permata.
Han Sen menyadari di sisi dirinya ternyata tidak ada pasukan tempur yang bisa diandalkan. Adapun si domba itu, menjilat dan mengikuti bos adalah keahliannya. Kalau soal bertarung, dia lebih cepat kabur daripada siapa pun.
"Ngomong-ngomong, apa perlu mengirim domba ke bidang ilahi untuk menyembah bos? Jika dia bisa mengikuti 'Tuhan Penguasa Langit' itu sebagai bos, mungkin tanpa perlu aku turun tangan, perlindungan bidang ilahi akan binasa." Han Sen meraba dagunya, memikirkan kelaikan rencana ini.
Tapi jarak ke bidang ilahi terlalu jauh, atau lebih tepatnya Han Sen sama sekali tidak tahu letak wilayah itu. Bahkan para penyihir logam seperti Metal Human hanya mendengar kabar angin, tak mengetahui lokasi sebenarnya dari perlindungan bidang ilahi.
Makhluk lemah seperti domba, mungkin belum sampai tujuan sudah dimakan oleh makhluk lain.
"Nanti kalau ada kesempatan ke perlindungan bidang ilahi, bawa si domba itu. Suruh dia sembah bos. Meski tidak bisa menyembah Tuhan Langit, menyembah wanita itu atau anjing mati juga boleh. Biar mereka merasakan kehebatan." Han Sen sudah bulat tekadnya. Meski sekarang kekuatannya belum memadai dan belum bisa menggempur perlindungan bidang ilahi, begitu ada kesempatan dia pasti akan mengirim domba itu untuk menyembah bos.
"Kalian berdua, tahu arti balas budi setetes air dengan mata air yang mengalir deras?" Han Sen kembali menghadap Si Merah dan Binatang Suci Laut Bintang.
Dia berniat mengajak mereka berlatih. Kemampuan bertarung harus dibina sejak dini. Ajak mereka berburu makhluk purba dan mutan, agar kelak bisa menjadi manusia yang berguna.
Si Merah dan Binatang Suci Laut Bintang hanya menatap Han Sen dengan wajah masam penuh kebingungan intelektual. Mereka bukan manusia, mana mungkin mengerti hal-hal seperti ini.
"Aku ajarkan kalian, sebagai makhluk mutan yang serius, kalian harus memiliki nilai-nilai makhluk mutan yang benar. Lihat diri kalian, tidak punya apa-apa, tampang juga tidak cantik, kalau sudah dewasa nanti bagaimana mau membeli rumah dan cari istri? Jadi kalian harus berusaha dan bertarung habis-habisan... Supaya kelak menjadi makhluk mutan berguna bagi masyarakat dan perlindungan..."
Han Sen terus mengajari mereka sambil menggiring dua makhluk mutan yang masih ragu ke luar perlindungan. Mereka bersiap berburu makhluk purba di sekitar untuk segera mengisi ulang gen purba sampai penuh.
"Si Merah, kau halau makhluk asli itu ke arahku... Benar... begitu... Bintang Laut... kau siaga terus untuk menyembuhkan lukaku dan Si Merah, harus cepat, keras, dan tepat, sama sekali tidak boleh menyisakan bekas luka... Bagus... semangat kerja bagus... Nanti wanita cantik dan tiket masuk pertandingan pasti banyak tersedia..."
Han Sen sedang asyik berperan sebagai pelatih penuh semangat, tiba-tiba mendengar suara pertarungan dari kejauhan. Ia segera memanjat puncak gunung terdekat dan melongok ke arah sumber suara. Seketika ia terkejut bukan main.
