Reaksi Wang Zhao dan kawan-kawan sama persis dengan Han Sen. Setelah melewati, melihat jelas barang di depan, mereka langsung berbalik ingin lari kembali. Lalu terdengar jeritan-jeritan keras yang tak putus.
Kepala mereka berdentum-dentum menabrak. Ada yang wajahnya sampai penyok, muka penuh darah.
Tapi Han Sen tak ada mood mengejek mereka. Kini tak bisa kembali ke saluran. Di hadapan mereka, kawanan serigala besar mengerumuni luar dengan jumlah yang mengerikan. Entah berapa banyak pasang mata hijau lebat itu menatap dengan tatapan tajam.
Detik berikutnya, gerombolan serigala besar diam-diam menerjang, langsung membuat semua orang tenggelam dalam pertempuran sengit.
Han Sen tanpa basa-basi langsung memanggil Payung Penghalang Langit, menghalangi serigala besar yang menerjangnya.
Serigala itu lebih perkasa dari banteng, saat menerjang, cakarnya mengkristal membentuk pisau belati yang tajam.
Han Sen menggunakan payung untuk menahan serangan, langsung merasakan gaya dahsyat menghantam, raganya tak terkendali terlempar ke cahaya di belakang.
Untungnya Payung Penghalang Langit cukup tegar, tidak terpotong oleh cakar tajam serigala.
Awalnya semua ingin membentuk formasi pertahanan, tapi kawanan serigala terlalu ganas, serangan pertama langsung memaksa semua kabur menyelamatkan nyawa, tak ada yang peduli satu sama lain lagi.
Han Sen mengaktifkan aura Dongxuan-nya, memetakan topografi sekitar dalam otaknya, kepala berhitung cepat menemukan jalan sementara untuk bertahan hidup.
Memegang payung penghalang langit, Han Sen menerjang ke tengah kawanan serigala. Namun payung itu hanya berfungsi sebagai pendukung. Dengan memanfaatkan teknik gerak Dongxuan yang memiliki pra-penilaian akurat dan kemampuan kalkulasi luar biasa, ia berulang kali menghindari serangan serigala besar itu, lalu bergerak cepat ke arah kiri.
Di sini terdapat area mirip alun-alun. Di sebelah kiri terdapat hutan patung batu. Dengan memasuki hutan patung ini, Han Sen bisa memanfaatkan topografi rumit untuk bertahan melawan serigala-seriagala raksasa.
Berkat sikap otoriter beberapa orang lain yang berhasil mengalihkan perhatian banyak serigala besar, tekanan pada Han Sen berkurang. Secara mengejutkan, ia berhasil memasuki hutan patung batu dengan mudah.
Setelah masuk ke hutan patung, Han Sen sambil berlindung di balik patung-patung untuk menghindari serigala, sambil memakan buah-buahan kecil langsung ditelannya. Peningkatan Gen Tuhan yang terus bertambah membuat konstitusi fisiknya meningkat pesat.
Meski serigala besar ini hebat, tingkatnya belum sampai tak bisa ditangani. Kemampuan fisik Han Sen yang awalnya kurang, setelah menelan banyak Gen Tuhan, fisiknya meningkat pesat. Saat menggunakan payung penghalang langit untuk menahan serangan serigala besar, kondisinya sudah tak lagi terburu-buru.
Tuan Li dan yang lainnya sudah tercerai-berai semua, entah masih hidup atau sudah mati. Sekarang Han Sen juga tak bisa memikirkan itu. Di belakang, gerombolan serigala terus menyerbu ke arahnya, memaksanya terus mundur lebih dalam ke hutan patung batu.
Han Sen segera menyadari, meski serigala besar ini galak, tampaknya tidak bermaksud membunuhnya. Mereka justru terus memaksanya masuk lebih dalam ke hutan patung batu.
"Mereka ingin apa?" Hati Han Sen berdebar-debar. Tapi sekarang meski dia tak ingin masuk lebih dalam, itu sudah tak mungkin. Serigala besar yang mengejar dari belakang semakin banyak, terpaksa dia terus mundur ke dalam hutan patung batu.
Tak lama kemudian Hutan Patung Batu pun sampai ke ujung. Area di depan kembali menjadi lapang dan luas. Han Sen langsung mengutuk dalam hati.
Di dalam Hutan Patung Batu dengan memanfaatkan topografi rumit, ia masih bisa bertahan melawan kawanan serigala. Namun jika sampai ke luar area tanpa penghalang, saat kawanan serigala menyerbu serentak, hampir mustahil baginya untuk kabur.
Untungnya dalam waktu singkat ini, Han Sen telah melahap banyak Buah Gen Tuhan. Puluhan poin Gen Tuhan bertambah, kemampuan fisiknya meningkat pesat. Ancaman serigala besar terhadapnya pun berkurang signifikan.
Ingin bertahan di Hutan Patung Batu, namun kawanan serigala telah mengepung area sekeliling. Tanpa pilihan lain, Han Sen dengan gigih menerobos keluar Hutan Patung Batu.
Yang mengejutkannya, setelah menerobos keluar, kawanan serigala besar itu ternyata tidak mengejarnya. Mereka hanya mengawasinya dari dalam Hutan Patung Batu, seolah ada penghalang tak kasat mata di luar hutan yang menghentikan langkah mereka.
Han Sen berdiri di luar mengamati kawanan serigala besar itu. Meski hanya terpisah beberapa meter, mereka sama sekali tidak menunjukkan niat untuk menerjang.
"Memang benar, sejak awal mereka tidak berniat membunuhku. Hanya mengusirku ke sini. Sebenarnya apa tujuan mereka melakukan ini?" Sorot mata Han Sen menyapu sekeliling, baru menyadari tempat ini mirip sebuah taman.
Di taman itu tumbuh berbagai tumbuhan aneh. Di tanah sebelahnya, terlihat banyak "lobak" yang ditanam. Tapi setelah diperhatikan, ternyata itu adalah kepala-kepala manusia setengah terkubur dengan daun hijau di atasnya. Semua kepala itu memejamkan mata seperti lobak yang tertanam, menampilkan pemandangan yang mengerikan.
Sedikit lebih ke dalam, terdapat hamparan bunga yang dipenuhi berbagai bunga berwarna-warni. Namun jika diamati lebih dekat, terlihat bintik-bintik tetesan darah di antara kelopaknya. Seluruh bunga seolah menangiskan air mata darah, cairan kemerahan yang mengalir dari pusat bunga.
Seluruh tumbuhan yang terlihat memiliki bentuk aneh, menciptakan sensasi tidak nyaman bagi yang memandang.
Anehnya, Han Sen tidak merasakan vitalitas magis dari tumbuhan tersebut. Mereka terlihat rapuh seperti flora biasa.
Kawanan serigala besar tetap berjaga di ambang Hutan Patung Batu, memaksa Han Sen terus melanjutkan perjalanan ke jantung taman.
Beruntung, Han Sen tidak mendeteksi aroma bahaya di taman. Dengan penuh pertimbangan, ia memutuskan menjelajahi area lebih dalam untuk mengungkap misteri yang tersembunyi.
Kabut tebal membatasi pandangan Han Sen. Dengan langkah tertata, ia menyusuri taman sambil berusaha memetakan wilayah asing ini.
Semakin masuk ke dalam, tumbuhan semakin aneh. Han Sen bahkan melihat satu tanaman yang menggunakan tubuh manusia sebagai batang pohon, dengan banyak ranting berbentuk lengan. Di atas lengan-lengan itu tumbuh daun-daun mirip telinga, terlihat sangat mengerikan dan menakutkan.
Bahkan tanaman ini pun, Han Sen tidak merasakan aura kehidupan yang kuat di tubuhnya. Vitalitasnya hampir sama dengan tumbuhan biasa, bahkan tidak bisa dikategorikan sebagai tumbuhan gen.
"Aneh, secara logika tanaman di sini begitu mengerikan, mustahil ini tumbuhan biasa. Kenapa vitalitasnya begitu lemah?" Kebingungan muncul di hati Han Sen.
Saat sedang berjalan masuk, tiba-tiba terdengar suara dari belakang. Han Sen menoleh dan melihat He Zhi berlari mendekat dari arah belakang.
Kondisi He Zhi ternyata terlihat cukup baik, tidak ada luka di tubuhnya.
"He Zhi, di mana Wang Zhao dan yang lain?" Han Sigera bertanya.
He Zhi berkata dengan dingin: "Aku tidak tahu ke mana mereka pergi. Setelah kabur ke sini, hanya Kamu yang kulihat sendirian."
Han Sen menangkap nada bicara He Zhi yang terasa tak biasa, mundur dua langkah sambil mengawasinya ketat tanpa bicara lagi.
"Aku juga tak mau basa-basi. Serahkan semua buah gen-mu! Ikuti aku mulai sekarang, aku jamin keamananmu." ujar He Zhi.
"Dasar apa yang bisa Kau andalkan untuk menjaminku?" Han Sen langsung paham - He Zhi ingin merebut buah gennya. Ekspresinya pun menjadi dingin.
"Inilah jaminannya!" sambung He Zhi. Dari dahinya melesat cahaya yang mengkristal menjadi Serigala Logam hitam. Pada tubuh logam itu terpampang jelas cetakan cap Inti Gen emas.
