Inti gen yang dikristalkan oleh Hidup Darah Sutra Saraf ternyata terlihat sama persis seperti Han Sen sendiri, seolah-olah merupakan model miniatur dirinya.
Tepat saat Han Sen dilanda keterkejutan, inti gen itu kembali mengalami transformasi.
Han Sen merasa seperti sedang menonton rekaman ulang adegan film - versi dirinya dari inti gen itu perlahan menjadi semakin muda, berubah dari remaja menjadi anak-anak, lalu ke bayi, kemudian menyusut menjadi embrio, dan akhirnya berubah menjadi setetes darah merah segar sebelum berhenti berubah.
Inti Gen Kehidupan Pertama: Darah Perunggu Sejati.
Han Sen sejenak terteror hingga tak bisa berkata-kata. Bukan soal kehebatan Inti Gen yang terkristal, melainkan proses kehidupan-nya sendiri yang diulang mundur seperti film. Siapapun akan merasa terguncang menyaksikannya, meski saat ini dia sama sekali tidak mengerti fungsi darah sejati itu.
"Anakku, jalanmu pada akhirnya harus kau tempuh sendiri. Yang bisa kulakukan hanyalah ini."
Cahaya kata-kata di prasasti itu menyatu membentuk siluet pria berjubah putih. Kali ini sosok itu menghadap Han Sen, memperlihatkan wajahnya dengan jelas.
Han Sen yakin belum pernah bertemu pria ini. Tampan dan manis, namun memancarkan keteguhan hati dan kesombongan yang tak terucapkan. Tidak ada kemiripan dengan Ayah, Kakek, maupun Tai Yeye-nya.
Secara fisik pun tidak terlihat ada hubungan darah dengan Han Sen. Wajahnya sama sekali tidak mirip.
"Siapa sebenarnya kamu? Pemimpin Sekte Darah Hidup?" Han Sen tahu yang dihadapinya hanyalah rekaman holografik, bukan tubuh sejati orang ini, sehingga tidak lagi ragu bertanya dengan lantang.
Pria berjubah putih tersenyum bahagia sambil mengangguk pelan: "Ingat, nasib ditentukan langit, tapi hasil ada di tangan manusia. Nyawamu ada di genggamanmu sendiri, bukan diatur langit."
Setelah mengucapkan kalimat ini, siluet yang terkristal dari cahaya bayangan mulai berpencar dengan perlahan, menghilang tanpa jejak. Tak ada lagi yang tersisa di prasasti itu.
Seketika, seluruh tumbuhan dalam perlindungan bagai manusia hidup, tunduk mengalirkan air mata darah ke arah prasasti, seolah sedang berkabung atas kepergian kerabat dekat.
"Ternyata pemimpin Sekte Darah Hidup wujudnya persis manusia biasa. Tapi auranya tidak mirip manusia, lebih menyerupai makhluk roh. Rupanya sekte ini benar-benar diciptakan oleh para roh, bukan hasil kreasi umat manusia," gumam Han Sen dalam hati sambil bergolak dalam analisis.
Di saat yang sama, Han Sen juga diam-diam merasa lega. Untunglah dia pernah mempelajari 《Hidup Darah Sutra Saraf》 dan 《Titik Terlemah Terbesar》，hingga dikira sebagai penerus generasi Sekte Darah Hidup. Kalau tidak, memasuki tempat mengerikan ini, nyaris pasti nyawanya tidak selamat.
Satu-satunya hal yang membuat Han Sen agak heran adalah: Kucing Darah Sembilan Nyawa merupakan relik suci Sekte Darah Hidup. Mengapa sama sekali tidak ada reaksi spesial darinya di sini?
Jika pria berbaju putih itu benar-benar pemimpin Sekte Darah Hidup, maka Kucing Darah Sembilan Nyawa adalah miliknya. Dengan spiritual Kucing Darah Sembilan Nyawa yang tinggi, mustahil tidak bereaksi sama sekali.
Meski ada kebingungan di hati Han Sen, namun rekaman holografik pemimpin sekte telah menghilang. Dia pun tak mungkin lagi mendapatkan jawaban.
Berbalik memandang tanaman-tanaman yang tunduk mengalirkan air mata darah, Han Sen sedang merenungkan kemana harus melangkah selanjutnya. Tiba-tiba tanaman-tanaman itu bergerak membuka jalan, seolah menunjukkan arah bagi Han Sen.
"Mengingat pria berjubah putih sudah yakin aku adalah penerus generasi Sekte Darah Hidup, tanaman-tanaman ini seharusnya tidak akan membahayakanku, kan?" Pikir Han Sen dalam hati. Ia pun menyusuri jalan yang dibuka oleh tanaman-tanaman itu.
Han Sen berjalan menyusuri jalan setapak. Tak lama kemudian, ia telah keluar dari taman. Namun tempat keluar itu bukanlah sisi tempat ia masuk. Setelah melewati gerbang lengkung taman dan berjalan beberapa langkah, terlihatlah sebuah istana megah di depan mata.
Di depan istana itu, terbaring sebuah peti mati perunggu kuno. Di permukaan peti terpahat banyak simbol mistis yang tidak bisa dipahami Han Sen. Tapi ada satu makhluk kecil yang sedang berbaring di atas peti perunggu itu, jelas terlihat oleh Han Sen.
Bulu-bulu di seluruh tubuh makhluk kecil itu merah menyala seperti api. Posisinya melingkar dari kepala hingga ekor di atas peti mati, seolah sedang tertidur panjang.
"Di sini seharusnya tempat yang dikunjungi kelompok sebelumnya dari Perlindungan Tianwai. Makhluk kecil di atas peti mati kuno ini benar-benar mirip dengan Kucing Darah Sembilan Nyawa." Han Sen diam-diam merasa heran dan curiga di dalam hati.
Saat kebingungan Han Sen memuncak, liontin Kucing Darah Sembilan Nyawa di dadanya tiba-tiba memancarkan gelombang panas membara, seolah-olah mendesaknya untuk segera mendekat.
Han Sen hendak mengeluarkan liontin itu dari dalam baju zirahnya untuk diperiksa lebih teliti, namun tiba-tiba mendengar suara langkah kaki. Ketika menoleh, ia terkejut melihat Tuan Li, Lao Qiu, Xu Yanmeng, Wang Zhao, dan Zhong Sanxiao - mereka semua masih bersama dan baru saja masuk melalui gerbang di dekat sana.
"Han Sen?" Ekspresi Tuan Li dan yang lain menunjukkan keheranan yang luar biasa.
"Xiao Han, lega sekali kau selamat! Aku terus khawatir jangan-jangan kau sudah tewas dimakan kawanan serigala itu." Tuan Li berkata dengan penuh kelegaan dan sukacita.
“Terima kasih atas perhatian Tuan Li, kabur dengan untung-untungan.” Han Sen berkata.
Tuan Li bertanya lagi: "Bagaimana kamu kabur dari kejaran kawanan serigala? Lalu kenapa bisa sampai di sini?"
"Aku juga tidak terlalu jelas. Saat itu serigala besar terlalu banyak, aku lari mati-matian sampai masuk ke hutan patung batu. Beruntung bisa lolos dari kejaran mereka, lalu melewati taman dan sampai di sini." Setelah berkata demikian, Han Sen balik bertanya: "Tuan Li, bagaimana kalian bisa sampai di sini?"
"Kami juga sama, terus dikejar-kejar kawanan serigala sepanjang jalan, akhirnya berhasil sampai di sini. Tapi kamu, semi-dewa dengan Inti Gen Perunggu, ternyata bisa lolos dari kejaran mereka. Hoki kamu benar-benar bagus ya." Xu Yanmeng mendengus keras, jelas tidak terlalu percaya dengan ucapan Han Sen.
Kekuatan serigala besar itu sangat kuat. Meski belum mencapai level Makhluk Darah Ilahi, tapi lebih kuat dari makhluk bermutasi biasa.
Dalam pertarungan satu-guru-satu-murid, serigala besar bukanlah lawan Tuan Li dan kawanannya. Namun ketika kawanan predator itu menyerang secara massal dengan formasi pertempuran terkoordinasi, bahkan para ahli pun nyaris tewas di tengah lautan taring. Meski berhasil kabur, seluruh tubuh mereka dipenuhi luka pertempuran.
Tapi Han Sen dengan Inti Gen Perunggu debu tak hanya selamat - bahkan tak ada secuil pun jejak luka di tubuhnya. Bukan hanya Xu Yanmeng yang curiga, para anggota grup lainnya pun mulai menyorotinya dengan tatapan kecurigaan.
Han Sen sama sekali tak berniat memberi penjelasan. Dengan gerakan tangan yang tegas, ia menunjuk peti mati perunggu kuno: "Bukankah 'itu' peti perunggu yang disebutkan kelompok sebelumnya?"
Sorot mata Tuan Li dan timnya langsung beralih ke artefak logam tersebut. Mereka yang baru saja tiba di lokasi ini masih terperangkap dalam keterkejatan melihat kehadiran Han Sen, belum sempat melakukan observasi menyeluruh terhadap lingkungan sekitar.
Saat pandangan mereka akhirnya menangkap sosok peti perunggu bergaya arkaik berikut makhluk kecil yang tertidur panjang di atasnya, seluruh ekspresi wajah mereka berubah drastis bagai ditimpa badai emosi.
Orang-orang yang datang ke sini terakhir kali sudah mati semua. Kini kami juga tiba di tempat ini. Tak seorang pun tahu apakah masih ada nyawa tersisa untuk pulang hidup-hidup.
"Sepertinya inilah dia." Sorot mata Tuan Li tertancap pada makhluk kecil di peti mati perunggu, ekspresinya berubah-ubah saat berkata.
"Tuan Li, menurut Anda apa yang harus kami lakukan sekarang?" Zhong Sanxiao menatap Tuan Li dengan sikap hormat yang berbeda dari sebelumnya, seolah-elah ada kejadian di perjalanan yang membuat mereka menjadi sepantasnya menghormati Tuan Li seperti Xu Yanmeng.
