"Bukankah liontin itu Inti Gen Tuhan? Bahkan kekuatannya tidak bisa membuka Peti Mati Perunggu Kuno?" Han Sen tidak merasa aneh dengan kemampuan bicara Kucing Darah Sembilan Nyawa, langsung bertanya.
Kucing Darah Sembilan Nyawa memicingkan mata berkata: "Benda itu tidak disebut Inti Gen, tapi maksudnya mirip. Jika masih di tangan Tuhan, tentu bisa menghancurkan peninggalan-Nya. Sayangnya kamu bukan Tuhan, kekuatannya juga tidak terstimulasi olehmu. Wajar saja kalau tak bisa memecahkan Peti Mati Perunggu Kuno."
Sembari Kucing Darah Sembilan Nyawa berbicara, kilau merah di tubuh Han Sen mulai menghilang, dan liontin kembali ke bentuk aslinya.
Han Sen udah dari dulu menebak bahwa Kucing Darah Sembilan Nyawa yang menstimulasi kekuatan liontin. Tanpa reaksi khusus, dia melanjutkan: "Apa benar-benar tidak ada cara untuk mengeluarkannya dari Peti Mati Perunggu Kuno?"
Kucing Darah Sembilan Nyawa berkata dengan datar: "Dari segi garis keturunan, dia sama sepertimu - keturunan tuan perlindungan ini. Hanya saja darahnya bermasalah, sehingga tidak mendapat petunjuk untuk menemui tuan perlindungan maupun warisan sesungguhnya. Sekalipun masuk ke peti mati perunggu, persentase menjadi Tuhan tetap rendah."
Setelah jeda sebentar, kucing itu menambahkan: "Dan sekalipun berhasil menjadi Tuhan lewat peti mati perunggu, belum tentu hal bagus."
"Kenapa?" Han Sen bertanya dengan bingung.
Kucing Darah Sembilan Nyawa tidak menjawab Han Sen, melonjak turun dari atas kepala Han Sen dan mendarat di atas Peti Mati Perunggu Kuno: "Aku pernah berjanji pada leluhur kalian untuk menjaga tempat perlindungan hingga keturunan mereka datang membuka peti mati perunggu ini. Kini peti mati telah terbuka, tak ada lagi alasan bagiku untuk tetap tinggal di sini."
Kucing Darah Sembilan Nyawa melirik Peti Mati Perunggu Kuno di bawah kakinya dengan rasa sesal: "Setelah tidur begitu lama di tempat ini, harus pindah lokasi tidur sekarang, agak tidak terbiasa."
Setelah berkata demikian, Kucing Darah Sembilan Nyawa melompat bangkit kembali ke atas kepala Han Sen dan berbaring di sana, bagaikan helm bulu tebal berwarna merah menyala.
"Ayo pergi." Kucing Darah Sembilan Nyawa berkata dengan wajar saja.
Hati Han Sen langsung berbunga-bunga. Asal-usul Kucing Darah Sembilan Nyawa ini luar biasa, bahkan leluhur yang sudah mencapai tingkat dewa pun merekrutnya untuk menjaga perlindungan. Kekuatannya bisa dibayangkan. Apalagi dia bisa mengaktifkan tenaga liontin, hanya faktor ini saja sudah membuat Han Sen sangat tergoda, ingin menyimpannya.
"Jika kita keluar sekarang, mungkin masih ada masalah." Han Sen menceritakan persoalan Tianwai dan bidang ilahi.
"Hmph! Di era ketika orang itu masih ada, Tianwai dan bidang ilahi bahkan tak berani kentut sekalipun. Meski orang itu sudah tiada, mereka tetap tak berani masuk ke perlindungan. Hanya berani menyuruh kalian mencari-cari. Cukup cerdik juga. Sayangnya, kecerdikan malah menjadi bumerang. Mereka sama sekali tak menyangka kalian ternyata adalah keturunan orang itu." Kucing itu mencibirkan bibir dengan penuh hina.
"Ternyata sang tuan tempat ini dulu begitu perkasa, aku jadi tenang. Bagaimana kalau sekarang aku langsung membawamu keluar untuk menghadapi mereka?" kata Han Sen.
Kucing Darah Sembilan Nyawa memutar matanya putih: "Aku bukan orang itu, tidak punya kemampuan untuk menekan Tianwai dan bidang ilahi. Kamu juga tidak bisa mengaktifkan kekuatan sebenarnya dari citra gen ilahi ini. Hanya mengandalkan kekuatanku untuk menahan manusia yang bermasalah dengan garis darahnya masih bisa, tapi kalau mau melawan Tianwai dan bidang ilahi, masih jauh sekali. Lebih baik kamu berpikir dengan polos bagaimana caranya mengelabui mereka, biar bisa mempertahankan nyawamu yang kecil ini."
"Kalau begitu kita hanya bisa melangkah selangkah dan melihat ke depan." Sambil berkata demikian, mata Han Sen berbinar. Ia berkata pada Kucing Darah Sembilan Nyawa: "Kamu mau pergi, masih ada barang yang perlu disiapkan dan dibawa?"
Kucing Darah Sembilan Nyawa langsung membaca pikirannya: "Jangan banyak berpikiran jahat. Barang-barang di Sanctuary tidak boleh disentuh. Kalau tidak, formasi perlindungan besar akan gagal, siapa saja bisa masuk ke Sanctuary. Tempat ini juga tidak akan aman. Nanti ketika kekuatanmu sudah mencapai level Kaisar, baru boleh kembali untuk mengurus tempat ini."
"Tuan Li sudah menguasai Peti Mati Perunggu Kuno, apa aku masih bisa mengurus tempat ini?" tanya Han Sen dengan penuh kejutan.
“Peti Mati Perunggu Kuno adalah Peti Mati Perunggu Kuno, perlindungan adalah perlindungan, kedua peristiwa ini tidak ada hubungannya. Kau punya Gen Ilahi milik orang itu, itu baru kunci untuk mengendalikan perlindungan. Lagipula menjadi dewa bukan perkara mudah. Tuan Li yang masuk ke Peti Mati Perunggu Kuno itu, entah sukses atau gagal, setidaknya puluhan ribu tahun tidak akan bisa keluar.” Kucing Darah Sembilan Nyawa berkata.
Han Sen mendengar Tuan Li butuh puluhan ribu tahun untuk keluar, hatinya langsung berbunga-bunga: “Ini sama saja sudah mati. Puluhan ribu tahun lagi, Kakakku udah jadi dewa. Kalaupun belum jadi dewa, pasti udah mati. Dia keluar atau tidak, apa-apa hubungannya denganku.”
Meski Han Sen merasa agak sayang – masuk ke gunung harta tapi tak satu pun harta berhasil dibawa – tapi Kitab Nyawa Garis Darah telah mengkristalkan Gen Core, ditambah hasil memperoleh Kucing Darah Sembilan Nyawa, membuatnya merasa cukup.
Darah sejati belum diketahui kegunaannya. Inti Gen ibarat raga manusia - saat manusia baru lahir, meski bisa mengendalikan raganya, pemahaman terhadap tubuh sendiri tetap terbatas. Mereka perlu perlahan-lahan mengembangkan raga mereka, barulah tahu apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan.
Inti Gen pun demikian. Perlu terus-menerus dikembangkan kemampuannya. Semakin tinggi tingkat pengembangannya, semakin tinggi pula tingkat evolusinya.
Ini juga menyangkut masalah potensi. Sebagian Inti Gen memiliki potensi yang terbatas, sekalipun dikembangkan sepenuhnya, level yang dicapai tetap tidak akan tinggi.
Bersama Kucing Darah Sembilan Nyawa, Han Sen keluar dari tempat perlindungan. Di bawah petunjuk kucing tersebut, mereka berhasil keluar dengan mudah tanpa menemui bahaya.
"Omong-omong, apakah kamu punya nama? Bagaimana aku harus memanggilmu?" tanya Han Sen sambil berjalan kepada Kucing Darah Sembilan Nyawa yang berada di atas kepalanya.
“Panggil saja aku Kucing Dewa.” Kucing Darah Sembilan Nyawa memicingkan mata berkata.
"Kucing Dewa, ada satu hal yang tak kupahami. Jika kita semua yang masuk ke sini adalah keturunan tuan pemilik perlindungan, mengapa masih banyak yang mati? Menurut logika, selain Tuan Li yang bermasalah dengan garis darahnya, seharusnya yang lain akan diarahkan untuk menemui Bayangan-nya, bukan?" tanya Han Sen.
Kucing Dewa mencibirkan bibir, "Apa yang aneh dari itu? Segala sesuatu di sini adalah peninggalan sebelum dia menjadi Tuhan. Sekalipun setelah mencapai keilahian, Dia bukanlah yang Maha Tahu segalanya. Adanya penyimpangan dalam desain yang direncanakan itu wajar. Kalau bukan karena kau pernah mempelajari teknik rahasia yang benar, mustahil kau akan diarahkan untuk menemui Bayangan yang ditinggalkan-Nya."
Sambil berbincang, manusia dan kucing itu pun keluar dari perlindungan. Han Sen baru berhasil meninggalkan tempat itu saat kabut siang hari mulai menghilang.
Yu Miao, Yu Xuan, dan Dewi Angin yang telah menunggu di luar segera berdiri serentak, tatapan mereka tertuju pada gerbang perlindungan ketika melihat ada yang muncul.
Alangkah terkejutnya mereka ketika menyadari bahwa satu-satunya yang keluar dari dalam hanyalah Han Sen.
Begitu banyak manusia yang masuk, ternyata yang keluar akhirnya hanya seorang dengan Inti Gen Perunggu debu, ini benar-benar di luar dugaan mereka.
Sorot mata mereka tertuju pada Han Sen, namun sepertinya tidak melihat Kucing Dewa di atas kepalanya, seolah makhluk itu sama sekali tidak ada.
"Apa yang terjadi di dalam? Kenapa hanya kamu seorang yang keluar?" Dewi Angin mengawasi ketat Han Sen yang baru keluar sambil bertanya.
