Berdiri di udara, Han Sen segera melepaskan koin emas, membiarkannya jatuh ke bawah. Sementara dirinya sendiri melambung ke udara dan kembali ke tepi jurang.
Han Sen menunggu cukup lama, namun belum mendengar suara koin menyentuh tanah. Saat hendak menjulurkan kepala untuk melihat, tiba-tiba terdengar suara "Boom" dari jurang bawah seolah terjadi letusan gunung berapi, semburan kekuatan mengerikan menerjang ke atas.
Tenaga itu melempar Han Sen yang berada di tepi jurang hingga terguling puluhan meter sebelum akhirnya bisa menstabilkan posturnya.
Terlihat dinding tebing di kedua sisi Abyss telah runtuh akibat ledakan besar, kekuatan seratus kali lipat Super Di Ling sungguh terlalu mengerikan.
Han Sen yang baru saja bangkit hendak melihat situasi dari jarak dekat, tapi begitu bergerak sedikit, pori-pori halus Super Di Ling langsung aktif mengeluarkan zat mistis.
"Ternyata ingin mengkristalkan Inti Gen?" Han Sen langsung berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, berhenti sejenak mengamati proses kristalisasi Inti Gen oleh Super Di Ling.
Proses kristalisasi Inti Gen Super Di Ling mirip dengan tiga Inti Gen sebelumnya: setelah mengeluarkan zat misterius, terkumpul menjadi aliran tipis yang membanjiri masuk ke dalam laut jiwa.
Di dalam laut jiwa, energi mulai berdistorsi dan bertransformasi, perlahan membentuk wujud fisik yang stabil.
Kristal hitam seperti sebelumnya juga mengeluarkan cairan hitam, terlibat aktif dalam proses kristalisasi Inti Gen.
Kristal hitam yang awalnya tidak besar, setelah mengkristalkan telur menyusut sekitar sepuluh persen lebih. Saat menggunakan payung penghalang langit menyusut dua puluh persen, darah sejati juga menyusut hampir dua puluh persen. Kali ini saat Super Di Ling mengkristalkan Inti Gen, kembali mengeluarkan banyak cairan hitam.
Setelah sekresi cairan hitam selesai, Han Sen melirik kristal hitam itu dan langsung terkejut.
Entah sejak kapan, kristal hitam itu sudah sama sekali tidak berwarna hitam, atau bahkan tidak lagi berbentuk kristal. Bagian kristalnya telah terpisah dan menghilang sepenuhnya, sementara di bagian dalam yang terbuka muncul gumpalan cahaya redup seperti Kekacauan.
Tanpa ikatan kristal hitam, cahaya redup itu semakin membesar. Dari ukuran biji kurma, dalam sekejap telah berkembang menjadi sebesar matahari.
Meski Han Sen tidak bisa melihat jelas apa yang ada dalam cahaya redup Kekacauan itu, namun aura mengerikan yang dipancarkannya jelas terasa olehnya.
Belum sempat Han Sen melihat jelas apa sebenarnya di dalam cahaya redup itu, Inti Gen Super Di Ling di sisi yang berlawanan sudah terkristal. Yang mengejutkannya, Inti Gen yang terbentuk ternyata berbentuk koin emas.
Bagian frontal koin bertuliskan angka 1, sementara bagian belakangnya terdapat ikon dirinya setelah bertransformasi menjadi Super Di Ling.
Inti Gen Kehidupan Pertama: Koin Perunggu.
Han Sen pun tak sempat mempelajari fungsi Koin Gen ini. Cahaya redup di sisi lain laut jiwa semakin menguat, hingga akhirnya menyinari seluruh area dengan kilauan salju yang menyilaukan matanya.
Untungnya cahaya ini tidak memiliki daya mematikan. Setelah beberapa lama, cahaya itu perlahan menghilang dan kemampuan pengamatan internal Han Sen pulih kembali.
Saat sinar itu benar-benar padam, pandangan Han Sen tertuju pada lokasi bekas kristal hitam. Ia pun ternganga kaget melihat pemandangan yang ada di depannya.
Di sana sudah tidak ada bayangan kristal hitam, yang menggantikannya adalah baju zirah kristal hitam yang berdiri di kehampaan.
Jelas terlihat sebagai armor berat, berdiri kokoh di ruang hampa seperti ksatria berbaju zirah berat. Namun desain kristal zirah itu sendiri memberikan kesan feminim bagi Han Sen.
Baju zirah kristal itu menekan pedang besar kristal hitam dengan kedua tangan, di punggungnya terdapat sayap ganda kristal hitam yang megah.
Tidak terlihat apakah ada makhluk hidup di dalam zirah tersebut, namun aura yang dipancarkan baju zirah kristal hitam itu membuat Han Sen waspada. Bahkan petarung kuat sekelas Sang Ratu Yongye pun tidak memiliki aura mengerikan seperti ini.
Baju zirah kristal hitam itu tetap diam tak bergerak. Han Sen mencoba bereksperimen dengan konsentrasinya, namun tidak mendapat respons. Aura mengerikan itu pun perlahan mulai menyembunyikan diri.
Tak lama kemudian, baju zirah kristal hitam itu berdiri bagaikan patung di sana, tak lagi terasa sedikitpun aura.
Di dalam Perlindungan Liying, Kucing Darah Sembilan Nyawa yang sedang berbaring beristirahat tiba-tiba membuka mata, wajahnya menampakkan keraguan dan kecemasan, lalu berubah menjadi aliran sinar menghilang ke kehampaan, dan segera tiba di dekat Abyss.
Kucing Darah Sembilan Nyawa yang melihat Han Sen dari kejauhan tampak sedikit terkejut, namun sorot matanya tidak berlama-lama menatap Han Sen. Langsung ia teleportasi ke lokasi tebing Abyss yang ambruk, memandang ke dalam Abyss sambil mengerutkan kening dan bergumam, 'Aneh, tadi jelas kurasakan, kenapa sekarang hilang? Apa dia sudah pergi?'
Kucing itu mengendus-endus area sekitarnya, sepertinya tidak menemukan apapun.
'Kamu ada di sini?' Han Sen membuka mata, langsung melihat Kucing Darah Sembilan Nyawa di tepi Abyss.
Kucing Darah Sembilan Nyawa tidak menjawab Han Sen, malah bertanya: "Apa kamu melihat sesuatu di sini tadi?"
"Sesuatu? Apa sesuatu?" Han Sen bertanya dengan kebingungan.
Melihat ekspresi bingung Han Sen, Kucing Darah Sembilan Nyawa tidak bertanya lagi, mengabaikannya sambil terus melihat sekeliling dan bergumam: "Apakah ini ilusiku? Seharusnya benda itu tidak mungkin muncul di Perlindungan Keempat."
"Sebenarnya apa sih itu?" Han Sen mendekati Kucing Darah Sembilan Nyawa dan bertanya.
Kucing Darah Sembilan Nyawa mengibaskan ekornya: "Ini tidak ada hubungannya denganmu. Lebih baik kamu cepat meningkatkan kekuatanmu. Sudah lama tapi inti genmu masih perunggu, kapan kamu bisa menjadi Tuhan?"
"Aku sudah cukup cepat! Lagipula apa hubungannya aku jadi Tuhan atau tidak denganmu?" kata Han Sen.
Kucing Darah Sembilan Nyawa melirik Han Sen: "Jika kamu tidak menjadi Tuhan, bagaimana aku bisa kembali..."
Di sini, Kucing Darah Sembilan Nyawa sepertinya menyadari telah memanfaatkan celah pembicaraan, langsung diam tidak melanjutkan.
Han Sen memandangi Kucing Darah Sembilan Nyawa bertanya: "Kembali ke mana?"
"Tidak ada apa-apa." Kucing Darah Sembilan Nyawa berbalik badan ingin pergi.
"Jangan-jangan kau makhluk dari Perlindungan Kelima yang butuh melalui kekuatanku untuk pulang?" Han Sen menebak.
Badan Kucing Darah Sembilan Nyawa terhenti sejenak, tapi tidak menoleh, sambil berjalan berkata: "Perlindungan Kelima tak sesederhana bayanganmu, tingkatkan baik-baik tenagamu, kalau tidak nanti nasibmu akan mengenaskan."
Han Sen masih ingin bertanya lagi, tapi Kucing Darah Sembilan Nyawa telah melakukan gerakan kilat menghilang, entah ke mana perginya.
Han Sen menggelengkan kepala dengan pasrah, tidak berani memikirkan urusan Kucing Darah Sembilan Nyawa. Matanya menyapu lautan jiwa dalam dirinya, di sana baju zirah kristal hitam yang megah masih tegak. Tak ada secercah aura kehidupan, persis seperti patung kristal mati belaka.
Tak bisa memahami hakikat benda itu, apalagi mengeluarkannya dari lautan jiwa, Han Sen hanya bisa diam-diam mengamati dengan waspada. Tak ada yang bisa dilakukannya.
Namun kesan yang diberikan baju zirah kristal ini tetap sama seperti kristal hitam sebelumnya, tanpa sinyal bahaya yang berarti.
Saat hendak meninggalkan tempat ini, tiba-tiba kilatan cahaya samar muncul dari jurang Abyss. Han Sen mendekati tepi tebing, matanya menatap ke bawah. Kilauan cahaya berdenyut-denyut di kedalaman, seolah ada sesuatu di sana.
Tapi jurang itu terlalu dalam. Cahayanya redup, hanya sesekali berkedip kuat. Hanya saat pancarannya mencapai puncak kecerahan, barulah bisa terlihat dari atas tebing.
