"Ini barang bagus?" Melihat ekspresi Nyonya Sekejap, hati Han Sen langsung berdebar.
“Tentu saja barang bagus, dari mana kamu mendapatkan ini? Kenapa dipahat menjadi pedang kayu, ini benar-benar pemborosan.” Sorot mata Nyonya Sekejap memandang Han Sen seolah melihat anggota perempuan pemboros.
“Jangan urusi darimana aku mendapatkannya, katakan ini barang apa?” Hati Han Sen langsung berbunga-bunga, dari nada bicara Nyonya Sekejap, pedang kayu itu jelas-jelas barang berharga.
Nyonya Sekejap berhenti sejenak lalu berkata: “Jika aku tidak salah lihat, ini seharusnya sebatang ranting dari Pohon Shen Tong.”
“Apa itu Pohon Shen Tong? Kedengarannya sangat hebat?” Han Sen sama sekali belum pernah mendengar nama itu.
Nyonya Sekejap memandang sinis ke arah Han Sen: “Sudah sekian lama kamu di Perlindungan Keempat, masa belum pernah dengar tentang Pohon Shen Tong?”
“Kalau sudah dengar masih perlu kutanyakan?” Han Sen dengan tak sabar berkata, setiap kali Nyonya Sekejap bicara selalu berbelit-belit, tidak bisa langsung ke intinya.
Nyonya Sekejap berkata: "Shen Shu adalah pohon suci yang tumbuh di Perlindungan Keempat. Legenda mengatakan ia terhubung dengan Sanctuary Kelima. Jika bisa memanjat sampai puncak Shen Shu, seseorang akan langsung menjadi Dewa dan masuk ke Sanctuary Kelima."
"Hanya dengan memanjat pohon bisa jadi Dewa? Terlalu mudah dong, pasti semua orang udah jadi Dewa dari dulu." Han Sen mencibirkan bibir.
"Kenyataannya, sampai detik ini tak ada yang pernah sampai ke puncak Shen Shu, dan tak ada yang berhasil menjadi Dewa." Nyonya Sekejap menambahkan.
"Tak ada yang bisa ke puncak? Tidak mungkin! Tingginya berapa meter? Ribuan? Puluhan ribu? Ini harusnya mudah bagi petarung super." Rasa tak percaya memenuhi hati Han Sen.
Nyonya Sekejap membelai pedang kayu: "Tinggi Shen Shu tak ada yang tahu. Bahkan Kaisar pun gagal mencapainya. Semakin dipanjat, pohon itu terus tumbuh lebih tinggi tanpa akhir."
“Shen Shu sebesar itu, ranting kecil seperti ini kan tidak berharga?” Han Sen agak kecewa. Terlepas dari apakah puncak Shen Shu bisa dicapai atau tidak, pohon sebesar itu pasti mudah mendapatkan ranting berton-ton. Sebatang ranting kecil mungkin tidak bernilai.
Han Sen yang melihat reaksi terkejut Nyonya Sekejap mengira itu barang langka, ternyata cuma barang umum.
Nyonya Sekejap memandang sinis ke arah Han Sen: “Kau kira siapa saja bisa membabat Shen Shu? Sekalipun petarung tingkat Kaisar, takkan mampu melukai Shen Shu sedikitpun. Mengambil ranting darinya lebih sulit daripada mencapai langit.”
“Ini justru mulai menarik.” Han Sen meraba dagunya sambil berkata.
“Bukan cuma menarik! Makanya disebut Shen Shu. Ada yang menduga pohon ini adalah benih suci yang tercecer dari Sanctuary Kelima. Kalau tidak, bagaimana mungkin bahkan petarung tingkat Kaisar pun tak bisa melukainya?” kata Nyonya Sekejap.
"Kalau bahkan Kaisar tak mampu melukai Pohon Suci sedikit pun, dari mana asal ranting ini? Jangan-jangan ini bukan kayu suci?" Han Sen menatap pedang kayu itu.
Nyonya Sekejap menggeleng halus: "Ini memang kayu suci. Meski tak terlukai oleh siapapun, setiap 10.000 tahun ada satu kesempatan untuk mematahkan cabangnya."
Sang Dewi menjelaskan secara detail tentang Pohon Suci: Setiap periode 10.000 tahun, aliran petir mengerikan akan mengalir dari puncaknya bagai air terjun.
Sambaran petir itu sanggup membinasakan segalanya. Bahkan petarung tingkat Kaisar sekalipun tak berani menyentuhnya - raga Kaisar pun bisa berubah menjadi arang.
Namun anehnya, meski diterjang petir mematikan, tubuh Pohon Suci tetap utuh. Hanya segelintir ranting - entah karena alasan apa - yang berubah menjadi kayu tersambar petir seperti ini.
Kayu petir yang disambar petir ini meski masih sangat keras, tapi sudah tidak sekuat aslinya yang tak tergoyahkan. Petarung tingkat Kaisar yang memiliki tenaga cukup, bisa mematahkan kayu petir ini dari Pohon Suci.
Biasanya jumlah kayu petir jenis ini sangat sedikit. Produksi dua-tiga cabang setiap Wannian saja sudah dianggap bagus.
Kayu petir ini memiliki fungsi khusus: jika ditempelkan di tubuh, ia akan menyebarkan vitalitas unik yang memberi nutrisi pada fisik pemakainya dan Inti Gen, membuat tubuh lebih bertenaga sekaligus memacu evolusi Inti Gen.
Konon banyak Kaisar yang bangga bisa memakai sepotong kayu petir ini, yang juga menjadi simbol status dan posisi mereka.
Nyonya Sekejap memandangi pedang kayu di tangannya sambil berkata: "Kayu Dewa Tersambar Petir umumnya semakin besar semakin baik efeknya. Memiliki sepotong sepanjang satu kaki saja sudah sangat langka, cukup membuat Kaisar bangga. Pedang kayu ini melebihi tiga kaki, dipahat dari satu kesatuan. Pelindung tangannya lebih tebal dari lengan, membuktikan aslinya pasti sangat besar. Bagian sebanyak itu dibuang hanya untuk membuat pedang kayu, benar-benar pemborosan. Ini seperti menyia-nyiakan pesawat tempur."
Air mata Han Sen mengalir deras. Harta berharga yang bisa memacu pertumbuhan inti gen ternyata dihancurkan begitu saja. Anggota Enam Jalan itu benar-benar pemboros uang.
Han Sen merebut paksa Kayu Dewa Tersambar Petir dari tangan Nyonya Sekejap. Ia membelainya seperti meraba simpanan: "Mengikuti orang seperti Enam Jalan pasti membuatmu tersakiti. Ikuti aku mulai sekarang, kujamin sepuluh ribu kali lebih baik dari dia. Akan kuperlakukan engkau seperti cucu kesayangan."
Saat Nyonya Sekejap hendak masuk ke Perpustakaan Inti Gen, dia tiba-tiba berbalik ke arah Han Sen dengan raut wajah khidmat: "Barang ini sebaiknya jangan diperlihatkan ke orang lain. Kalau tidak, mungkin saja petarung level Kaisar akan tergoda untuk merebutnya. Sepertinya saat ini kamu belum punya kekuatan untuk melawan petarung level Kaisar, kan?"
Han Sen mengangguk: "Dulu tidak tahu ini barang berharga. Sekarang sudah tahu, tentu tidak akan memperlihatkannya ke siapa pun."
Setelah Nyonya Sekejap pergi, Han Sen kembali memainkan pedang kayu itu sambil berpikir bagaimana caranya agar orang tidak mengenali ini sebagai Pohon Petir.
Karena harus menempel di badan untuk bisa berfungsi, Han Sen tidak bisa menyimpannya di Botol Jueqing. Tapi pedang kayu sebesar ini, kalau dipakai di badan, pasti akan cepat dikenali orang dan direbut, tidak seperti waktu dipakai Liu Dao yang tidak ada masalah.
Saat Han Sen sedang merenung, tiba-tiba terpikir pertanyaan: Kalau namanya Pohon Petir dan dibentuk oleh sambaran petir yang begitu mengerikan, bukankah barang ini seharusnya bisa dikategorikan sebagai harta warisan aliran petir?
“Entah apakah barang ini berguna untuk Si Perak Kecil, sayangnya dia belum berhasil bermetamorfosis. Kalau tidak, bisa kubuatkan dia melihat.” Han Sen teringat Si Perak Kecil, lalu mengeluarkan telur hasil metamorfosisnya untuk diperiksa.
Han Sen tidak berani memasukkan Si Perak Kecil ke dalam Botol Jueqing. Karena ruang di dalam Botol Jueqing telah mengalami stabilisasi penuh, Han Sen khawatir proses metamorfosisnya akan terhenti. Oleh karena itu, telur itu selalu disimpannya di luar.
Baru saja mengeluarkan telur Si Perak Kecil, Han Sen tiba-tiba menyadari sesuatu. Pohon Suci Petir yang sebelumnya hampir tak memancarkan aura khusus itu kini mengeluarkan untaian petir halus dari pedang kayu hitam legam. Kilat-kilat putih itu menjalar seperti benang cahaya, membelit telur tersebut.
