Pedang kayu itu hitam bagai tinta, namun petir yang memancar darinya seputih salju. Untaian kilat membelit erat telur, perlahan meleleh bagai salju, meresap masuk ke dalam cangkang. Seluruh permukaan telur pun berkilauan.
Han Sen terkejut melihat pedang kayu dan telur hasil metamorfosis Si Perak Kecil. Meski petir mengalir deras dari pedang kayu itu, sama sekali tidak terasa kekerasannya. Sebaliknya, penuh vitalitas yang memberi kesan seperti Asal Mula segala makhluk hidup di alam semesta yang sedang bangkit.
Di permukaan telur Si Perak Kecil, Han Sen justru merasakan keinginan yang sangat kuat, bagaikan binatang buas yang kelaparan mengidamkan daging dan darah.
Dengan konsentrasi penuh, Han Sen menempatkan pedang kayu di atas telur itu, lalu berdiri di samping mengamati reaksi Si Perak Kecil.
Meski Pohon Suci yang Dihajar Petir ini sangat berharga, jika bisa mempercepat proses metamorfosis Si Perak Kecil dan memberi manfaat baginya, meski agak berat hati, Han Sen tidak akan kekikiran.
Mengingat Si Perak Kecil sudah terlalu lama mengikuti Han Sen, bahkan beberapa kali menyelamatkannya dari kesulitan, Han Sen sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian tak terpisahkan dari keluarga.
Pedang kayu menyentuh telur, kilatan listrik yang meluap darinya semakin bertambah. Helai-helai cahaya listrik menjerat permukaan telur seperti sutera ulat, membuat cangkangnya semakin transparan dan berkilau. Seolah-olah petir perak sedang berkembang di dalam telur.
Yang lebih mengejutkan, Pohon Suci yang Disambar Petir yang telah diukir menjadi pedang kayu ini ternyata perlahan menunjukkan tanda kehidupan. Bilah pedang yang semula hitam legam seperti arang mulai terasa lembab, sedikit mengembang, seakan tumbuh secara perlahan.
Tak lama kemudian, Han Sen melihat sehelai tunas kecil muncul di permukaan pedang kayu. Tunas-tunas muda itu terus bertambah banyak, hingga bentuk pedangnya semakin kabur. Kini benda itu lebih mirip batang pohon kering yang sedang bertunas.
"Ini pantaskah disebut 'Kayu Kering Bertemu Musim Semi'?" hati Han Sen dipenuhi kekaguman.
Seiring petir yang terus memancar dari pedang kayu, telur tempat Si Perak Kecil berubah telah menjadi seperti matahari perak bercahaya petir. Pedang kayu itu sendiri kini tumbuh menyerupai pohon kecil, dengan tunas-tunas muda yang berangsur membesar menjadi daun-daun hijau.
Proses ini tidak berlangsung lama. Saat seluruh permukaan pedang kayu telah dipenuhi dedaunan hijau, vitalitas yang semula meluap mulai mereda. Daun-daun itu pun perlahan layu, sementara kilatan listrik yang keluar dari pedang semakin berkurang.
Ketika daun terakhir telah gugur, pedang kayu itu berhenti memancarkan petir. Dengan suara krek, senjata itu berubah menjadi tumpukan serbuk hitam seperti abu batu bara.
Han Sen merasa agak kecewa. Ini adalah harta langka yang hanya muncul sekali dalam sepuluh ribu tahun, harus diambil langsung oleh Kaisar. Kini cabang Pohon Suci yang Disambar Petir itu telah hancur, membuatnya bertanya-tanya apakah masih ada kesempatan mendapatkan potongan lain di masa depan.
Tapi di tengah kilatan perak itu, aura kehidupan yang familiar semakin menguat - itu adalah aura kehidupan Si Perak Kecil.
Kres!
Dari matahari perak itu, tiba-tiba terdengar suara retakan halus. Petir perak semakin berkobar-kobar lalu tiba-tiba meledak, membasahi seluruh aula megah.
Anehnya, semburan petir perak yang ganas itu justru membuat Han Sen merasa seluruh tubuhnya nyaman, seolah disinari cahaya ilahi. Setiap selnya dipenuhi vitalitas.
Dari pusaran listrik perak, sosok mungil nan elegan perlahan muncul. Bulu peraknya berkilauan dengan kemegahan yang tak terucapkan.
"Xiao Yin Yin!" Hati Han Sen dipenuhi kebahagiaan. Langsung ia mengangkat si perak kecil, wajah tuanya menggesek-gesek kepala mungil itu.
"Xiao Yin Yin memicingkan mata dengan ekspresi sombong yang tak berdaya, meski di baliknya tersembunyi secuil kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan."
Cahaya petir berangsur menghilang. Xiao Yin Yin melepaskan diri dari Han Sen, menggoyangkan tubuh mungilnya. Rambut yang sempat kusut karena pelukan Han Sen langsung kembali halus dan berkilau.
"Jangan sembarangan memeluk perempuan," suara anak perempuan kekanakan terdengar dari mulut Xiao Yin Yin.
Han Sen langsung berseri-seri, mengangkat Xiao Yin Yin dengan kedua tangannya: "Kamu ternyata sudah bisa bicara bahasa manusia?!"
"Sudah kubilang jangan peluk aku! Rambut indahku jadi kacau semua," Xiao Yin Yin melepaskan genggaman Han Sen. Begitu mendarat di lantai, ia menggigilkan bulunya yang kusut. "Bahasa manusia itu terlalu mudah bagiku. Bisa bicara bahasa kalian bukan hal yang istimewa!"
"Iya, kamu yang paling hebat," Han Sen mengusap-usap kepala Xiao Yin Yin sambil tersenyum.
Si Perak Kecil tampak sangat berbangga, namun tidak lagi menegaskan larangan Han Sen mengacak-acak rambutnya.
Kelahiran Si Perak Kecil membuat Han Sen sangat gembira, namun membuat Bao'er kesal. Dulu hanya dia yang dimanjakan secara eksklusif, Han Sen selalu membawanya ke mana pun. Kini hadir Si Perak Kecil sebagai saingan.
Bao'er dan Si Perak Kecil saling memandang, sorot mata mereka seolah menciptakan percikan listrik di udara. Setelah kontak visual sekejap antara manusia dan rubah itu, mereka segera menoleh ke arah berlawanan.
Kondisi Si Perak Kecil saat ini mirip keturunan makhluk dewa super. Baru lahir, kemampuan fisiknya setara anak makhluk dewa super. Namun Si Perak Kecil langsung mengkristalkan inti gen perunggu seperti Han Sen, harus ditingkatkan perlahan sendiri.
Han Sen ingin membawa Bao'er dan Si Perak Kecil ke dunia bawah tanah lagi. Dia khawatir jika terlalu lama pergi, Ling Mei'er akan terkena serangan diam-diam Ling Shisan.
Mati sih tidak sampai, tapi gadis remaja yang polos dan cantik itu kalau sampai ditipu Ling Shisan untuk melahirkan anak, sungguh terlalu malang.
Tapi sebelum Han Sen sempat meninggalkan Perlindungan Liying, dia merasakan aura yang sangat kuat mendekati perlindungan itu, membuatnya tidak tahan lagi mengerutkan kening halus.
Dia sudah tahu pemilik aura itu adalah Qing Le dari Perlindungan Tianwai, makhluk roh yang sudah datang dua kali sebelumnya.
Han Sen cepat-cepat bersembunyi di Kuil Roh, lalu menyuruh domba dan kerbau hijau - dua anggota paling jago membujuk - untuk menyambut Qing Le, melihat apa sebenarnya tujuan kedatangannya kali ini.
Domba dan Kerbau Hijau yang membawa beberapa makhluk mutan bawahan menyambut di gerbang. Domba dengan senyum palsu mendekat dan berkata: "Yang Mulia Qing Le, kehadiran mulia Anda benar-benar membuat Perlindungan Liying penuh kehormatan. Ada keperluan apa gerangan kali ini? Kami siap koordinasi penuh dengan gerak-gerik Yang Mulia."
Qing Le dengan ekspresi suram berkata: "Mulai sekarang, tempat perlindungan ini kuasa-Ku yang mengatur. Ke depannya kalian semua ikut Aku."
Kondisi hati Qing Le saat ini sangat buruk. Seharusnya Han Sen sebagai satu-satunya yang berhasil keluar dari tempat perlindungan mistis - rekomendasi bersama dirinya dan Yu Xuan - bisa menjadi prestasi besar.
Tapi karena Han Sen gagal membawa laporan intelijen yang benar-benar berguna, sementara Tianwai juga tak berhasil menggempur tempat perlindungan misterius itu, akhirnya prestasi itu pun menguap.
"Tidak ada prestasi besar itu sudah biasa, karena dia dekat dengan Yu Xuan, malah dikucilkan oleh Yumiao dan dipaksa menjaga area terpencil ini. Katanya mengurus area ini, sebenarnya ini daerah terbelakang yang miskin. Dari sedikit perlindungan yang ada, Perlimdungan Liying termasuk yang utama. Lagipula tuan sebelumnya Han Sen sudah jiwa rusak dan kekuatannya lemah, jadi Qing Le berniat tinggal di sini."
Mendengar perkataan Qing Le, ekspresi domba dan kerbau hijau langsung berubah drastis.
"Yang Mulia, perlindungan kecil kami ini mana layak dikelola langsung oleh Anda. Apa pun yang Anda mau, cukup beri perintah, kami yang hina akan laksanakan." Kata domba.
"Banyak bacot! Bawa aku ke Kuil Roh! Mulai sekarang akulah bos kalian!" Qing Le yang sedang kesal sama sekali malas berdebat, langsung berjalan masuk ke dalam perlindungan.
“Ya ya ya, silakan masuk bos.” Mata domba berbinar, menunduk patuh sambil berkata.
