Namun luka di kulit dan daging memang lebih mudah sembuh. Berbeda dengan meridian dan tulang yang tak bisa pulih secepat itu. Untungnya lingzhi merah juga memiliki efek penyembuhan yang baik untuk meridian dan tulang.
Han Sen tinggal di dalam cangkang Raja Kerang selama lebih dari empat hari. Luka di tubuhnya hampir sembuh total. Jika bukan karena khasiat ajaib lingzhi merah, mungkin sepuluh kali lipat waktu pun takkan mampu menyembuhkan secepat ini.
"Benar-benar barang bagus, sayangnya total hanya ada tujuh buah. Sudah kumakan satu, sekarang tinggal enam." Pikir Han Sen dengan sifat tak pernah puas.
Meski fisik sudah pulih, buaya dan kawanan hewan di luar masih ada. Setelah sembuh, dia keluar untuk memeriksa lebih teliti. Di antara kawanan itu terdapat banyak makhluk mengerikan. Dengan kemampuan persepsi aura Dongxuan, Han Sen bahkan menemukan makhluk Tingkat Dewa di tengah kerumunan itu.
"Bahkan makhluk mutan Tingkat Dewa pun tak berani masuk ke dalam cangkang Raja Kerang untuk memakan dagingnya. Seberapa mengerikannya buaya itu sebenarnya?" Han Sen diam-diam merinding.
Untungnya perhatian buaya itu sepenuhnya tertuju pada daging Raja Kerang. Dia dan Bao'er tidak menarik minatnya sama sekali.
Han Sen tak berani mencoba melawan buaya, di luar dia juga menemukan dua makhluk yang diduga Makhluk Dewa Super di antara kawanan hewan, ditambah banyak Makhluk Darah Ilahi dan makhluk bermutasi lainnya. Dia tidak yakin bisa menerobos keluar, terpaksa terus bertahan di dalam cangkang Raja Kerang.
"Bagaimana ini?" Han Sen benar-benar tidak mau menunggu di sini. Dia tidak bisa mempertaruhkan bahwa buaya akan tetap tidak tertarik padanya dan Bao'er setelah habis memakan daging kerang. Bagaimana jika buaya itu malah menyerang mereka, posisi mereka akan lebih buruk daripada sekarang.
Kalau sekarang nekat menerobos keluar, setidaknya belum perlu bertarung dengan buaya mengerikan ini. Nanti bisa-bisa buaya itu malah menggiring seluruh kawanan hewan untuk mengepung dia dan Bao'er.
Han Sen diam-diam mengamati kawanan hewan di luar dari dalam cangkang Raja Kerang, berharap bisa menemukan kesempatan untuk melarikan diri.
Tapi justru dia menemukan kawanan hewan semakin banyak berkumpul, kesempatan untuk kabur pun semakin kecil.
Namun Han Sen menemukan masalah lain. Pada hari-hari awal, kawanan hewan tidak berani terlalu dekat dengan cangkang Raja Kerang. Tapi belakangan ini mereka semakin gelisah, bahkan beberapa makhluk mutan mulai mencoba mendekati cangkang tersebut.
Beberapa makhluk mutan terbang berputar-putar di atas lubang besar yang meledak. Tapi setelah Buaya mengaum, mereka semua bubar. Tak ada yang benar-benar nekat menerobos masuk.
"Sepertinya cepat atau lambat mereka tidak akan tahan dan akan nekat masuk. Saat itu Buaya yang ingin menikmati sendiri pasti akan bertarung dengan mereka. Mungkin aku bisa memanfaatkan kekacauan itu untuk kabur." pikir Han Sen dalam hati.
Karena tidak bisa kabur sekarang, Han Sen hanya bisa terus mempelajari Teknik Kulit Es dan Tulang Giok serta Jing Dongxuan di dalam cangkang kerang, agar bisa segera mengkristalkan kembali Intikristal dan Payung Penghalang Langit.
Mengkristalkan kembali Inti Gen jauh lebih mudah dibanding pertama kali, hanya perlu sedikit waktu saja.
“Dua esensi gen kehidupan itu, Han Sen juga pernah mencoba menyerapnya. Tapi entah mengapa, dia tidak berhasil melakukannya.
Simulasi aliran aura Raja Kerang dan jangkrik darah pun tidak berpengaruh. Entah karena tingkat simulasi Han Sen terlalu rendah, atau ada alasan lain.
Han Sen mempelajari cukup lama, tapi tak juga menemukan jawaban. Namun dia menyadari gelombang kehidupan dalam esensi gen ini sangat aneh, berbeda dengan yang pernah dia lihat sebelumnya.
Seolah dua esensi gen kehidupan ini bukan sekadar kristalisasi tenaga, melainkan lebih mirip kehidupan yang sedang berkembang.
"Aneh, Raja Kerang dan jangkrik darah sudah mati. Bagaimana esensi gen mereka masih memiliki aura kehidupan seperti telur yang belum menetas? Apakah esensi gen kehidupan akhirnya bisa berubah menjadi makhluk hidup?" Han Sen diam-diam berspekulasi, tapi tak bisa mengonfirmasi gambaran ideal di benaknya.
Dua hari berlalu, kawanan makhluk mutan semakin tidak sabar. Banyak makhluk mutan terbang berputar-putar di atas celah, sementara yang lain telah merangkak ke cangkang kerang sambil mengintip dari tepi celah. Matanya penuh dengan haus dan keserakahan, tetapi tetap tidak berani menerobos masuk.
Buaya itu kini sudah jarang mengaum. Selama makhluk-makhluk itu tidak masuk, dia memilih untuk tidak menghiraukan mereka.
"Sepertinya mereka tidak akan tahan lebih lama lagi. Mereka pasti akan nekat masuk, tapi entah mengapa masih menunggu," gumam Han Sen dalam hati.
Beberapa jam kemudian, suara gesekan samar terdengar dari luar. Kawanan makhluk membuka jalan bagi sosok aneh: tubuhnya seperti kura-kura dengan kepala ular, di kepalanya tumbuh sepasang tanduk. Tanpa ragu, makhluk ini langsung menyelinap masuk ke dalam Cangkang Raja Kerang.
Begitu ular kura-kura masuk, makhluk-makhluk mutan lainnya pun menyusul menyelinap. Suasana langsung benar-benar kacau, gerombolan makhluk mutan bagai air pasang membanjiri ruang, seperti serigala-serigala kelaparan yang menerjang daging Raja Kerang.
"Rupanya mereka menunggu ular kura-kura ini. Kesempatanku akhirnya tiba." Han Sen bersukacita diam-diam. Semakin kacau suasana, semakin menguntungkan baginya.
Banjirnya makhluk mutan langsung memancing amuk buaya. Dengan geram, sebuah Inti Gen berbentuk gunting besar berkilauan biru kristal menyembul keluar. Gunting bergerigi mengerikan itu menggigit tajam, memotong beberapa makhluk mutan menjadi dua bagian hanya dengan sekali geser.
Gunting kres-kres berkelebat di antara barisan musuh. Tak terbendung! Makhluk mutan maupun Inti Gen apa pun yang tersentuh pasti terbelah dua tanpa ampun. Nyaris tak ada yang bisa menghalanginya.
Bahkan dua makhluk mutan yang sebelumnya dicurigai Han Sen sebagai Makhluk Dewa Super pun menghindari pertarungan. Mereka melesat keluar dari jangkauan serangan gunting buaya, tidak berani menghadapi pertarungan frontal, bahkan tidak berani mengeluarkan Inti Gen mereka untuk melawan gunting buaya.
"Pantas saja sebelumnya mereka tidak berani masuk. Inti Gen buaya ini benar-benar terlalu otoriter! Segala sesuatu dipotong menjadi dua, sungguh tak terbendung. Bahkan lebih mengerikan dari ruby gir blood crystal jangkrik itu." Han Sen diam-diam terkejut, tapi matanya tak bisa lepas dari kura-kura ular: "Makhluk-makhluk mutan ini baru berani masuk setelah menunggu kedatangan kura-kura ular. Mungkinkah kura-kura ular ini bisa menyaingi buaya?"
Sorot mata tertuju pada tubuh kura-kura ular, namun terlihat sama sekali tidak bermaksud mengurus makhluk hidup lain. Tubuh atasnya yang seperti ular berputar, melilit sepotong besar daging lembut. Dengan mulut menganga lebar, ia melahap daging Raja Kerang, bahkan tidak melirik makhluk-makhluk hidup maupun gunting buaya itu.
Meski tak memandang gunting buaya, aksinya melahap daging Raja Kerang justru memancing amuk sang buaya. Gunting buaya langsung menyambar tubuh kura-kura ular dengan geram, berusaha memotongnya menjadi dua.
Kura-kura ular tetap tenang, terus melahap daging. Namun cahaya aneh tiba-tiba memancar dari tubuhnya. Sebuah lonseng perunggu kuno melambung tinggi, melindungi bagian atas tubuhnya dan menahan serangan gunting besar buaya itu.
Dang!
Dentang logam bergema. Gunting buaya yang tak pernah gagal ini ternyata tidak bisa memotong lonseng perunggu kuno menjadi dua.
Di bawah perlindungan Lonseng Perunggu Kuno, Kura-Kura Ular terus melahap daging Raja Kerang. Makhluk-makhluk lain juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menerobos masuk, berrebutan mencabik-cabik daging Raja Kerang.
