Han Sen sambil mundur sambil mengamati benda itu. Berbeda dengan perkiraan sebelumnya, itu sama sekali bukan ikan besar.
Meski tubuhnya agak mirip ikan, tapi makhluk ini memiliki empat kaki. Seluruh tubuhnya tidak bersisik, melainkan dilapisi cangkang keratin tebal yang hitam pekat seperti tinta.
Pantas saja di dalam air hanya terlihat bayangan hitam. Wujud aslinya sendiri memang menyerupai siluet gelap.
Setelah muncul ke permukaan, posturnya terlihat jauh lebih besar dibanding saat di bawah air. Mulutnya yang menganga seperti hiu seolah mampu merobek dan mengunyah hingga hancur semua makhluk berdarah daging.
Kecepatannya melesat keluar dari air begitu dahsyat. Han Sen dan Ming Yue bahkan belum sempat mundur beberapa langkah, mulut berdarah raksasa itu sudah berada di hadapan mereka.
Ming Yue memanggil payungnya. Menggunakan payung sebagai pisau, ia menghujamkannya dengan keras ke ubun-ubun monster itu.
Namun tiba-tiba cahaya hitam menyala di kepala monster. Sebilah mata pisau segitiga hitam terbentuk di sana. Dengan hentakan kepala, pisau segitiga itu bertabrakan dengan payung Ming Yue.
Payung yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan parah, setelah ditabrak oleh mata pisau segitiga itu, ternyata patah sepotong. Langsung membuat Ming Yue memuntahkan darah dari mulutnya, tubuhnya terdorong ke belakang hingga terjatuh ke dalam pelukan Han Sen.
Han Sen mengerutkan dahi, menggendong Ming Yue sambil berlari. Meski Inti Gen Ming Yue adalah tipe batu permata yang karakteristik utamanya bukanlah ketahanan, tapi bisa dipotong langsung oleh monster itu menunjukkan daya penghancurannya yang benar-benar mengerikan. Level Inti Gen-nya pun jelas tidak lebih rendah dari milik Ming Yue.
Han Sen berlari di depan sementara monster itu mengejar dari belakang. Meski keempat kakinya pendek dan tidak proporsional dengan tubuhnya, tapi kekuatannya luar biasa. Kecepatan larinya benar-benar mencengangkan.
Dengan satu tangan memeluk Ming Yue, Han Sen memaksimalkan Jurus Rahasia Phoenix Terbang-nya. Menggunakan teknik geraknya, ia berhasil menghindari tabrakan monster berulang kali. Tidak tergigit, juga terhindar dari hantaman mata pisau di atas kepala monster itu.
Ming Yue yang terjepit di ketiak Han Sen menggigit bibirnya tanpa berkata sepatah kata pun. Sebelumnya dia menyebut Han Sen sebagai pengecut, namun sejak memasuki Medan Gen, justru Han Sen yang terus merawatnya. Hal ini menjadi pukulan berat baginya.
Han Sen melesat ke udara dengan jurus terbang, sementara monster itu juga menginjak angkasa dan mengejar dengan kecepatan yang tak kalah dari Jurus Rahasia Phoenix Terbang.
Tanduk segitiga di kepala monster ini memiliki kemampuan membelah kehampaan. Saat menyerbu, seolah tak ada hambatan udara sama sekali, melebihi efisiensi aerodinamika mobil super sekalipun.
Han Sen terpaksa kembali terbang ke hutan pegunungan. Dengan memanfaatkan keunggulan topografi, justru lebih mudah menghindari serbuan monster.
Namun karena tak kunjung bisa melepaskan diri dari pengejaran monster, Han Sen terus menerobos maju. Setelah berlari beberapa saat, siluet-siluet pasukan berkuda berbaju zirah berat mulai terlihat samar-samar di depan.
Sekelompok pasukan berkuda berat sedang beristirahat di tengah hutan pegunungan. Melihat Han Sen dan Ming Yue berlari mendekat, mereka langsung bangkit serempak, seperti banteng marah yang mengamuk menerjang.
"Sial! Pasukan berkuda berat itu menyerbu ke sini!" teriak Ming Yue panik saat menyaksikan gerakan mereka.
Han Sen jelas-jelas melihat ancaman itu, tapi langkahnya tak surut sedikit pun. Tak ada tanda-tanda belok atau mundur dalam gerakannya.
"Kamu gila apa?" Mata Ming Yue membelalak tak percaya. Dia benar-benar tak paham apakah otak Han Sen bermasalah, sampai nekad menghadang langsung pasukan berat itu sendirian.
Han Sen mengabaikan protesnya. Langkahnya justru semakin kencang. Bukan tak ingin menjawab, tapi konsentrasinya sepenuhnya tersedot untuk...
Saat ini, aura Dongxuan dalam tubuhnya beroperasi pada batas maksimal. Setiap helaan nafas, hentakan kaki, bahkan gestur terkecil pasukan musuh - semuanya di-simulasi dalam otaknya melalui medan gaya metafisik itu.
Dia tak bisa melepaskan diri dari "monster" itu. Sekarang sekalipun berbelok dan kabur, sangat mungkin akan dikejar bersama oleh pasukan berkuda berarmor berat dan monster tersebut. Kemungkinan bisa lolos justru semakin tipis.
Han Sen memilih menerjang kerumunan pasukan berkuda berarmor berat. Terlihat sangat riskan, tapi ini justru kesempatan bagus untuk sekaligus melepaskan diri dari monster dan kawanan pasukan berkuda tersebut.
"Benar-benar gila!" Ming Yue memperhatikan Han Sen yang semakin mempercepat langkah menerjang kerumunan pasukan berkuda, raut wajahnya semakin pucat kehijauan.
Sebelumnya dia mengira tak ada harapan bertahan hidup, sehingga bisa bersikap lebih legawa. Kini saat harapan hidup baru saja muncul, harus kembali menghadapi maut. Sekalipun makhluk roh, di lubuk hati tetap muncul kecemasan.
Tapi saat ini dia tak punya wewenang untuk memilih sendiri. Terpaksa dikenakan oleh Han Sen menerobos masuk ke tengah kerumunan pasukan berkuda berarmor berat.
Han Sen seperti burung marah yang mengamuk, menerjang pasukan berkuda berlapis baja. Pasukan berkuda itu juga mengamuk mendekat. Seekor kuda perang di barisan depan mengayunkan tombak kristal merahnya seperti kilatan meteor, menusuk ke arah Han Sen.
Dalam duel kecepatan tinggi kedua pihak, tusukan tombak itu secepat burung phoenix melesat, sama sekali tidak memberi kesempatan bereaksi.
Bahkan dengan ketajaman mata Ming Yue, tusukan ini terlihat mustahil dihindari. Jantungnya hampir melonjak keluar dari rongga dada.
Namun sekejap kemudian, Ming Yue mendapati Han Sen tiba-tiba melangkah ke samping dengan langkah sekuat baja, tanpa keraguan sedikit pun, menunjukkan sikap tenang layaknya punya rencana matang.
Tombak kristal merah nyaris menyentuh pipi Han Sen yang tetap tenang. Matanya bahkan tidak berkedip, seolah tak kenal takut. Langkahnya malah maju menerjang, langsung menerobos kerumunan pasukan berkuda.
Tombak kristal merah di tangan pasukan berkuda di sebelahnya kembali menusuk ke bawah, sementara pasukan berkuda di sisi lain juga serentak menyerang. Formasi kiri-kanan ini memblokir rute maju dan menyamping Han Sen.
Ming Yue menahan napas melihatnya, namun langkah yang baru saja diayunkan Han Sen tiba-tiba ditarik kembali. Dengan gerakan berbalik arah yang kontra-intuitif, dia secara misterius kembali ke sisi pasukan berkuda pertama. Teknik geraknya mencapai puncak kesempurnaan, bagaikan sihir.
Tombak dua pasukan berkuda di belakang hanya menusuk kosong. Pasukan berkuda sebelumnya tak menyangka Han Sen malah mundur, sehingga tak sempat menusukkannya lagi.
Saat mereka menyadari, Han Sen sudah berlari kencang, menyelinap di antara dua pasukan berkuda dan menerobos masuk ke barisan pasukan berkuda berzirah berat yang lebih padat.
Sensasi yang dirasakan Ming Yue saat ini seperti sedang menaiki roller coaster menegangkan, seolah setiap saat bisa terlempar keluar. Tombak-tombak kristal merah yang sebanyak gunung dan hutan menusuk dari segala penjuru, membuatnya merasa seperti akan menjadi sarang tawon yang tertusuk setiap saat.
Meski sebagai makhluk roh, jantung Ming Yue berdebar kencang bagai hendak meledak karena kecemasan.
Namun setiap kali Ming Yue mengira mereka telah mencapai jurang maut, Han Sen tiba-tiba mengubah taktik. Dari ketidakmungkinan, dia menemukan jalan keluar, dengan gemilang membuka jalur ajaib di tengah hujan peluru. Tak satu pun tombak pasukan berkuda lapis baja itu yang berhasil melukai mereka.
Ini persis seperti pertunjukan sihir dalam mimpi. Ketegangan hidup-mati yang dihadapi membuat satu-satunya penonton, Ming Yue, jantungnya berdebar tak karuan, sama sekali tak bisa mengendalikan detak jantungnya sendiri.
Di tengah gerakan menghindar yang lincah, Ming Yue mengatupkan gigi dan menegakkan kepala untuk melihat Han Sen. Wajahnya sama sekali tak berkespresi, namun sorot matanya memancarkan cahaya keseriusan, seolah semuanya berada dalam kendalinya.
Melihat ekspresi Han Sen seperti itu, pupil Ming Yue menunjukkan warna yang rumit. Entah mengapa, hatinya justru merasa lebih tenang.
"Apakah dia benar-benar yakin bisa menerobos keluar?" Pikir Ming Yue diam-diam sambil menatap wajah teguh itu, tak kuasa menahan gejolak dalam hatinya.
