Meski sama-sama dari ras Darkling dan memiliki atribut gaya yang mirip, proses kristalisasi Inti Gen mereka tetap menunjukkan perbedaan.
Dua Di Ling Darkling menggunakan pedang, satu memakai bulu gelap. Dari tiga yang tersisa: satu membawa pisau tajam, satu lagi mengangkat tungku perunggu. Yang terakhir tidak terlihat memegang apa-apa, tapi dengan ayunan tangan raksasa dari balik tudung jubahnya, kabut abu tumpah ke segala arah langsung menyelimuti puluhan kilometer sekitar, membuat Han Sen pun tenggelam dalam kabut tersebut.
Kabut abu itu cakupannya terlalu luas, Han Sen tidak mungkin menerobos keluar. Begitu terperangkap di dalamnya, aura Dongxuan langsung merasakan semua aura di sekitarnya terisolasi oleh kabut. Dalam hati, dia diam-diam merasa situasi tidak beres.
Andai hanya ilusi biasa, tentu tidak akan mengelabui Han Sen. Tapi kabut ini membawa tekanan dahsyat yang membuat kecepatan manusia serigala itu tanpa sadar melambat.
Enam Di Ling dari belakang berhasil mengejar, sinar pedang dan kilatan pisau mengerikan menghujam ke arahnya.
Han Sen langsung terjebak dalam Pertempuran Sengit. Untung ada tenaga dari Inti Gen Dewa dan kemampuan terbang, ditambah Jurus Rahasia Phoenix Terbang dan Jing Dongxuan.
Nyaris bisa bertahan dalam duel beberapa saat. Meski terus mundur, luka di tubuhnya semakin banyak. Syukurlah Han Sen berhasil menghindari titik vital, untuk sementara belum sampai berakibat fatal.
Hanya saja lama-kelamaan, akhirnya tetap sulit menghindari takdir dibunuh. Han Sen sedang mempersiapkan transformasi menjadi Super Di Ling, ingin melihat apakah bisa melepaskan diri dari pengaruh kabut abu, tiba-tiba mendengar suara familiar dari kejauhan.
"Ayah..."
Han Sen berbalik memandang. Karena kabut abu terlalu pekat, hanya bisa melihat siluet mungil bergerak cepat mendekat. Tak lama kemudian, terlihat anak perempuan cantik seperti boneka porselen merangkak keluar dari kabut abu dengan gesit, bagaikan panah api yang dilengkapi penyemprot.
"Bao'er!" Han Sen takjub dan girang, tidak menyangka Bao'er ternyata ada di sini. Entah bagaimana caranya dia bisa menemukan lokasi ini.
"Ayah! Bao'er sangat merindukanmu." Bao'er melompat penuh sukacita dan menerjang masuk ke dalam pelukan Han Sen.
Han Sen mendekap erat Bao'er, namun karena raganya terhenti sejenak, punggungnya kembali terkena sabetan pedang Di Ling. Darah mengalir menuruni baju zirahnya.
"Han Sen bertarung sambil kabur, tapi Bao'er menunjukkan wajah marah. Tangan kecil gemuknya mencengkram ke arah kehampaan, dan sebuah labu mini kecil langsung tertangkap di tangannya. Ia mengarahkannya ke kabut abu yang menyelimuti segalanya."
Kabut abu yang bergulung-gulung itu langsung mengalir deras seperti air sungai yang jebol bendungan, masuk ke dalam labu kecil Bao'er. Dalam sekejap mata, semua kabut tersedot habis.
"Haa!"
Di Ling dari ras kita yang mengeluarkan kabut abu itu langsung memuntahkan darah dari mulutnya. Di Ling-Di Ling lainnya menjadi amat murka, menyerang Han Sen dengan lebih ganas.
Hati Han Sen berbunga-bunga, beban di tubuhnya lenyap. Sayap besarnya bergetar kencang, kembali berubah menjadi aliran cahaya yang terbang menjauh. Meski tak bisa melepaskan diri dari para Di Ling, tapi mereka juga sulit mengejarnya.
"Bao'er, kau benar-benar putri terbaik Ayah." Han Sen memuji Bao'er sambil terus terbang menghindar.
Bao'er berkata dengan bangga: "Bao'er adalah baby baik Ayah."
Di Ling ras kita tak bisa mengejar Han Sen, hanya bisa melepaskan sinar pedang dan cahaya pisau dari belakang untuk memaksanya berhenti.
Namun teknik gerak Han Sen bahkan melebihi Di Ling. Serangan-serangan energi itu tidak mengenai dirinya, bahkan membuatnya berhenti sejenak pun mustahil. Yang terjadi justru parit-parit dalam berkelok-kelok menghiasi permukaan tanah, seolah kiamat telah tiba.
Han Sen mengabaikan mereka, terus fokus kabur. Melawan Di Ling tidak memberi keuntungan, malah berisiko tinggi. Tentu saja dia enggan bertarung mati-matian.
Di Ling ras kita bertekad baja ingin membunuh Han Sen. Setelah mengejar berhari-hari, akhirnya Han Sen berhasil kembali ke area dunia bawah tanah dan masuk ke dalam gua.
Beberapa Dark Spirit Emperor di pintu masuk berhenti sejenak, jelas menunjukkan pertimbangan khusus, tidak berani langsung mengejar ke bawah.
"Di bawah sepertinya wilayah Darkling, apakah kita harus terus mengejar?" Salah satu Dark Spirit Emperor mengerutkan kening memandang yang lain.
Para Emperor Spirit tampak ragu. Seorang Emperor Spirit bersuara dingin: "Tentu saja harus dikejar! Dia bukan Darkling, apa yang perlu ditakuti? Sama sekali tidak boleh membiarkannya kabur. Lagi pula bagaimana kita bisa mempertanggungjawabkan ke Imam Besar jika tidak membunuhnya?"
Setelah berkata demikian, Emperor Spirit itu langsung memimpin dari depan masuk ke dalam. Dark Spirit Emperor lainnya pun mengatupkan gigi dan ikut mengejar.
Han Sen yang melihat para Dark Spirit Emperor benar-benar mengejarnya masuk malah tersenyum senang. Topografi dunia bawah tanah yang rumit sangat cocok untuk menunjukkan kemampuan Yitian Shu dan Jing Dongxuan.
Jika dimanfaatkan dengan baik, mungkin bisa memenggal keenam Emperor Spirit di sini.
Tapi Han Sen beralih subjek, tidak menyerang balik, malah menerobos ke area tempat dia dulu meledakkan Raja Kerang Batu.
Dia tahu di sana banyak makhluk mengerikan yang mungkin bisa dijadikan alat untuk menghadapi Di Ling ras kita, siapa tahu bisa diambil untung orang lain.
Sepanjang jalan yang diterobos Han Sen, sama sekali tidak ada makhluk mutan bawah tanah—bahkan Makhluk Dewa Super pun tidak, apalagi level purba atau tingkat mutasi.
"Aneh, kemana kabarnya semua makhluk mutan itu?" Han Sen sudah sampai di cangkang Raja Kerang Batu, tapi tetap tak ada jejak makhluk hidup.
Akhirnya Han Sen terbang melewati cangkang itu, bernuju ke Perlindungan Dark Spirit. Jika ras Dark Spirit menemukan invasi ini, dia bisa pura-pura jadi bawahan Ling Mei'er. Tapi Di Ling ras kita pasti bernasib sial.
Tapi saat Han Sen terbang ke atas lubang besar yang meledak di cangkang, hatinya tiba-tiba berdebar kencang. Langsung ia diam-diam mengutuk, tubuhnya menyambar ke atas.
Hampir bersamaan, dari lubang cangkang itu muncul capit besar ungu kehitaman sebesar mesin penggali, penuh gerigi. Hampir saja menjepit Han Sen.
Sorot mata Han Sen mengikuti capit ungu kehitaman itu ke dalam lubang cangkang. Terlihat seekor kepiting raksasa ungu-hitam merangkak keluar dari cangkang.
Entah sejak kapan, cangkang sisa Raja Kerang Batu ternyata telah dikuasainya.
Begitu kepiting raksasa itu keluar, para Di Ling ras kita juga tiba. Capit kepiting bergerak lagi, dua capit besar bagai teleportasi langsung menjepit dua Di Ling di antara mereka.
Kedua Di Ling tidak menyangka akan muncul makhluk besar secara tiba-tiba seperti ini. Saat menyadarinya, capit kepiting sudah berada di depan mereka, terpaksa menggunakan pedang di tangan mereka untuk menebas kepiting raksasa.
Dang!
Pedang yang terbentuk dari Inti Gen Super, membawa kekuatan mengerikan dari Kegelapan, menghantam capit kepiting raksasa. Ternyata bahkan tidak meninggalkan bekas putih, malah memancing kemarahan kepiting tersebut.
Mata kepiting raksasa memancarkan cahaya ungu kehitaman, seolah mengandung aura pembunuhan tak terbatas. Cakarnya memantul di cangkang, tubuh besarnya secara tak terduga melesat keluar dengan kecepatan yang mengerikan, capit kembali menjepit Di Ling.
