"Habislah!" Hati Ling Shier dan Ling Shisan membeku.
Han Sen menyusup ke dalam perlindungan bersama pasukan semut, menggiring sekumpulan semut bermata merah yang mengamuk. Semut-semut itu yang tak bisa mengejar Han Sen, langsung menyerbu dan melahap makhluk penghalang. Bahkan bangunan-bangunan pun mereka hancurkan dengan tubrukan dan cakar.
Seperti gelombang semut darah, perlindungan tingkat Raja telah sepenuhnya tenggelam dalam sekejap. Di mana pun mereka lewati menjadi tandus, dipenuhi lautan merah darah.
"Aku akan membunuhmu!" Ling Shi'er menyaksikan makhluk-makhluk dalam perlindungan dicabik-cabik dan dilahap semut darah satu per satu. Binatang-binatang yang susah payah dijinakkannya itu membuatnya nyaris menggigit bibir hingga berdarah.
Ling Shisan menarik erat lengan Ling Shi'er, mencegahnya menerobos masuk untuk bertarung mati-matian dengan Han Sen.
Saat ini di dalam dipenuhi semut darah yang mengamuk, termasuk Sang Raja Semut. Masuk ke sana sama saja dengan memilih jalan bunuh diri.
Satu-satunya kelegaan Ling Shisan adalah Batu Jiwa suku Darkling tersimpan di Perlindungan Dark Spirit. Andai saja semut darah menguasai tempat ini, reputasi mereka pasti sudah hancur berantakan.
Han Sen menggiring Sang Ratu Semut menuju Kuil Roh, langsung menggali Batu Jiwa dari patung dewa spiritual di sana. Sayangnya, yang muncul bersama Batu Jiwa bukanlah Ling Shisan dan ayahnya, melainkan seorang roh keluarga kerajaan biasa yang membuat Han Sen sedikit kecewa.
Roh bangsawan itu ternyata tidak memilih untuk tunduk pada Han Sen, malah meledakkan diri hingga binasa. Han Sen tertegun sejenak, menduga mungkin ada hubungan khusus antara roh itu dengan Ling Shi'er.
Setelah mengobrak-abrik tempat perlindungan hingga berantakan, Han Sen kembali memimpin gerombolan semut keluar, meninggalkan reruntuhan yang nyaris tak bisa dikenali lagi sebagai tempat berlindung.
"Aku pasti akan membunuhmu!" Suara jeritan penuh kepedihan yang mencapai puncaknya menggema dari belakang Han Sen.
Han Sen tidak menghiraukan, terus berlari maju sambil tetap memimpin gerombolan semut.
“Han Sen, apa yang harus kita lakukan sekarang? Semut-semut itu terus mengejar kita tanpa henti.” Wang Yuhang berkata dengan khawatir.
“Bunuh ratu semut itu, maka semuanya akan selesai.” Han Sen melanjutkan serbuan sambil berkata.
“Bagaimana cara membunuhnya? Apa kamu bisa? Ratu semut itu terlihat seperti semi-dewa super.” Wang Yuhang bertanya.
“Mari kita coba.” Han Sen sudah menyusup masuk ke sebuah saluran sambil berbicara.
Saluran itu hanya setinggi satu orang. Setelah Han Sen masuk, ratu semut juga menyerbu ke depan, menghancurkan banyak batuan sebelum akhirnya memaksa raganya yang besar masuk.
Memanfaatkan kesempatan, Han Sen menusukkan pedang Tai A yang berpendar kilau merah Inti Gen Dewa ke pupil mata sang semut.
Lubang darah segera menganga di mata ratu semut. Merintih kesakitan, makhluk itu meronta-ronta mundur, berusaha keluar dari gua.
“Paman Kecil, cepat pancing dia masuk, jangan sampai kabur!” Han Sen buru-buru berkata.
“Dasar kau baru bisa menggoda semut!” Wang Yuhang tidak senang mengutuk, tapi tetap meneriakkan ke arah raja semut: “Semut bodoh, baru sebentar sudah takut? Bukannya mau menangkap Paman Wang? Ayo sini!”
Raja semut yang semula ingin mundur itu, mendengar makian Wang Yuhang langsung memancarkan kilatan keganasan di matanya, mati-matian menerobos masuk ke dalam gua, cakarnya menggaruk-garuk ke depan ingin membunuh Wang Yuhang.
“Kerja bagus Paman! Terus goda dia!” teriak Han Sen sambil berjalan masuk lebih dalam ke gua.
“Hei, bisakah kau ganti kata lain?!” Wang Yuhang menggerutu sambil terus memancing raja semut.
Han Sen berlari sambil menjawab: “Kalau disebut rayuan? Kayaknya kurang pas. Atau pesona... Membujuk...”
“Sial, kamu benar-benar tak punya budaya! Ini namanya pengorbanan diri memancing musuh.” Wang Yuhang mengatupkan giginya.
“Benar! Pengorbanan diri memancing musuh. Tak mau kehilangan anak tak dapat serigala, tak rela istri tak bisa tangkap laki mesum.” Han Sen tak henti-hentinya mengangguk.
Wang Yuhang bergumam kesal: “Kau yang anak! Kau yang istri! Kumohon jangan banyak cakap kalau tak berpendidikan!”
Han Sen pun memilih diam dan langsung bertindak.
Pedang Tai A di tangannya sesekali menusuk ratu semut yang mengejar dari belakang. Namun fisik ratu semut itu sungguh tangguh, tenaga Han Sen hanya bisa melukainya tanpa mampu memberi pukulan mematikan.
Setiap kali ratu semut ingin mundur setelah terluka, Wang Yuhang selalu berhasil memancingnya kembali.
Raga tak tergoyahkan juga tidak tahan digoda Wang Yuhang seperti ini. Di kepalanya tidak tahu berapa kali ditusuk pedang Han Sen, darah terus mengalir tanpa henti. Mengejar lebih dari satu jam, sang Raja Semut perlahan mulai melemah.
Akhirnya setelah menunda hampir seharian penuh, Han Sen baru berhasil menusukkan pedangnya menembus tengkorak Raja Semut. Kali ini sang Raja Semut hanya meronta beberapa kali lalu roboh tak bergerak di tanah.
Wajah Raja Semut dipenuhi lubang pedang yang berjejal rapat. Entah berapa kali ditusuk Han Sen, kematiannya benar-benar memilukan.
"Berhasil membunuh Makhluk Dewa Super Raja Semut Haus Darah. Memperoleh Roh Binatang Raja Semut Haus Darah. Inti Gen telah hancur. Daging tidak dapat dikonsumsi. Dapat mengumpulkan Esensi Genetik. Penyerapan akan memberi 0 hingga 10 point Super Gen Tuhan secara acak."
Mendengar suara pemburuan terdengar di otak, seluruh tubuh Han Sen serasa memakan buah kehidupan yang mulus: "Lebih baik berburu makhluk mutan, membuka buah tumbuhan gen sialan itu nggak mempan sama sekali."
Han Sen memiliki persentase keberhasilan tinggi dalam mendapatkan roh binatang saat membunuh makhluk mutan. Kali ini ternyata secara berturut-turut mendapatkan roh binatang super dewa, membuatnya sangat senang.
Tapi ketika mengingat saat-saat membuka buah gen, tetap membuat Han Sen sangat tidak nyaman.
Mayat raja semut perlahan menghilang, menyisakan kristal mirip raja semut mini yang langsung dipungut Han Sen.
Koloni semut yang melihat rajanya terbunuh, semua berlarian pontang-panting ketakutan, tidak ada yang berani mengejar lagi.
Wang Yuhang masih ingin berteriak, Han Sen cepat-cepat menutup mulutnya: "Jangan teriak! Semut darah itu terlalu banyak, membunuh satu per satu nggak bakal kelar-kelar, capek mati. Bunuh rajanya saja sudah cukup."
“Cuma bunuh satu Ratu Semut, Esensi Gen Kehidupan masuk ke kantongmu. Aku sama sekali tidak dapat keuntungan. Bunuh lagi beberapa semut darah level darah suci biar aku bisa perbaiki nutrisi dong.” Wang Yuhang menggerutu dengan wajah enggan.
“Makhluk Darah Ilahi masih banyak kesempatan nanti. Tidak perlu menantang gerombolan semut darah sebanyak ini. Soal Esensi Gen Kehidupan ini, separuhnya hakmu. Jika kamu mau, sekarang bisa kuberikan dulu.” Han Sen dengan sikap terbuka menyodorkan Esensi Gen Kehidupan Ratu Semut ke hadapan Wang Yuhang.
Esensi Gen Kehidupan memang dia punya, tapi barang ini tidak bisa diserapnya. Jika Wang Yuhang bisa menemukan metode penyerapannya, ini justru menguntungkan tanpa kerugian sama sekali.
Saat ini Han Sen sudah mampu berburu Makhluk Dewa Super. Dia tidak terlalu ambil pusing soal menang-kalah satu Esensi Gen Kehidupan, apalagi baru saja dapat roh binatang super dewa.
“Benar-benar untukku?” Wang Yuhang memandangi Han Sen dengan ragu. Dalam ingatannya, Han Sen tidak pernah sebaik hati ini.
"Benar atau tidak sih, kalau mau ambil saja." Han Sen langsung melempar esensi gen kehidupan ke Wang Yuhang.
Wang Yuhang langsung berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, memeluk esensi gen kehidupan itu bagaikan menggendong anak sendiri: "Hehe, terima kasih ya! Kalau nanti kita berdua bisa membunuh makhluk dewa super lagi, semua esensi gen kehidupan akan kuberikan padamu."
Han Sen hendak membantah, tapi tiba-tiba mendengar suara aneh dari kejauhan. Saat menoleh ke sumber suara, ekspresinya langsung berubah drastis.
