Setelah sedikit menyiapkan barang, Han Sen mengikuti si iblis wanita menuju Reruntuhan Tuhan. Yang turut serta secara alamiah adalah Bao'er, Si Perak Kecil, dan Binatang Suci Laut Bintang.
Binatang Suci Laut Bintang kini telah tumbuh jauh lebih besar. Raga raksasanya menyerupai dinosaurus, namun sorot matanya tetap memancarkan kepolosan yang murni. Setiap kali Han Sen memandangnya, ia selalu teringat masa kecil makhluk itu yang masih seperti bocah lugu.
Bao'er memonopoli pangkuan Han Sen, tak memberi celah bagi Si Perak Kecil. Namun dengan lincahnya, Si Perak Kecil melonjak ke atas kepala Han Sen. Bulu ekornya yang lebat berayun-ayun di punggung Han Sen bagai mantel bulu, membuat Bao'er melotot marah tapi tak bisa berbuat apa-apa.
Sejak tiba di Perlindungan Keempat, Han Sen belum menjelajah wilayah yang terlalu jauh. Terpaksa ia mengandalkan si iblis wanita sebagai pemandu jalan.
Iblis wanita ini hafal medan, membawa Han Sen dan rombongan berputar-putar. Sepanjang jalan tidak menemui bahaya sama sekali, sangat menghemat tenaga.
Setelah berjalan hampir dua minggu, barulah Han Sen dan rombongan tiba di sebuah dataran salju. Di Utara terlihat gletser dan gunung-gunung menjulang, mirip pedang-pedang kristal tajam yang menusuk langit.
Iblis wanita itu menurunkan suaranya dan berkata pada Han Sen: "Pintu masuk reruntuhan suci itu dijaga oleh seekor makhluk mengerikan. Untuk masuk ke dalam reruntuhan, kita harus mendapat izinnya. Kekuatan kita lemah dan tidak punya hubungan baik dengan makhluk itu, pasti tidak bisa masuk dari sana."
Han Sen sudah lama tahu anggota ini tidak tepercaya. Dalam hatinya sudah ada persiapan. Mendengar itu tidak terlalu terkejut, berkata dengan datar: "Kamu yang memanggil kita kemari, pastilah sudah punya rencana tertentu?"
Iblis wanita mengedipkan mata, mengepakkan sayapnya mendarat di bahu Han Sen sambil tersenyum bahagia: "Kamu memang paham diriku. Jika lewat frontal, kita pasti tak bisa masuk. Tapi kita bisa menyelundup masuk."
"Bagaimana caranya menyelundup?" Han Sen bertanya.
"Reruntuhan Tuhan itu diselimuti tenaga khusus. Pertolongan dari luar tak bisa memecahkannya. Hanya ada celah di lembah gletser sana. Orang biasa harus lewat situ, sedangkan makhluk mengerikan itu menjulang di lembah gletser. Mustahil kita lewat sana."
Terhenti sejenak, iblis wanita melanjutkan: "Tapi sudah kucari informasi, selain lembah gletser, sebenarnya ada celah lain di barat laut pegunungan gletser. Dari situ juga bisa masuk ke reruntuhan, namun..."
"Tapi apa?" Han Sen bertanya dengan datar.
Dia justru sangat paham, dengan adanya tempat sempurna seperti itu, para makhluk mutan dan roh masih memilih lembah gletser, jelas karena jalur alternatifnya lebih sulit. Sehingga dia pun tidak berharap bisa masuk dengan mudah.
Iblis wanita itu mengangkat bahu sambil berkata: "Meski tidak ada makhluk mengerikan yang berjaga di sana, tapi tumbuh sejenis tumbuhan gen yang sangat berbahaya bernama pohon beku. Kita harus melewati hutan beku sepanjang 800 li baru bisa memasuki reruntuhan suci."
"Seperti apa tumbuhan gen bernama pohon beku itu?" Han Sen melanjutkan pertanyaannya.
"Sebuah tumbuhan super dewa berunsur es, memiliki tenaga es yang sangat kuat. Makhluk mutan tingkat permata yang masuk ke hutan beku akan membeku menjadi balok es dalam sekejap. Bahkan keturunan Makhluk Dewa Super atau Kaisar pun sulit bertahan lama di dalamnya. Begitu terbekukan, ingin mati pun tak bisa. Makhluk roh pun tak berani merantau ke sana. Yang lebih mengerikan, tempat itu sudah dianggap sebagai bagian reruntuhan, sehingga petarung super tidak bisa memasuki hutan beku."
Setelah berkata demikian, iblis wanita itu tersenyum lagi: "Tapi kalian tak perlu khawatir. Gadis ini adalah bakat es sejati. Dengan kehadiranku, aku pasti bisa menjamin keamanan kalian melewati hutan beku. Jika tidak yakin, mana mungkin aku mengajak kalian ke sini."
"Bagus, kita lewat hutan beku." Han Sen tidak banyak bicara, hanya mengangguk pelan.
Kesigapan Han Sen menyetujui membuat iblis wanita itu tertegun sejenak. Dengan nada haru ia berkata: "Kalian begitu mempercayaiku... Aku pasti akan membawa kalian masuk dengan selamat."
Han Sen tersenyum tanpa berkata apa-apa. Bukan karena dia percaya pada si iblis wanita, tapi karena dia percaya pada dirinya sendiri. Sekalipun tanpa si iblis wanita, asalkan dia bisa masuk, perlindungannya sudah cukup untuk menjaga keselamatan Si Perak Kecil dan yang lainnya.
Masalah utamanya adalah apakah dirinya sendiri bisa masuk. Jika dia tidak bisa masuk, maka segalanya akan menjadi kosong.
Si iblis wanita tidak berkata-kata lagi. Dia membawa Han Sen dan yang lain memutar jalan menuju sisi barat laut pegunungan gletser.
Sepanjang jalan, Han Sen terus melakukan pengamatan terhadap rangkaian pegunungan gletser itu. Selain bisa melihat puncak-puncak gletser yang kontinu, tidak ada lagi yang terlihat. Seolah ada kekuatan misterius yang menyelimuti pegunungan itu.
Sejak mereka memasuki dataran salju, hampir delapan puluh persen waktu di langit terus-menerus bertaburan serpihan salju, meninggalkan rasa sejuk yang menyegarkan.
Untuk meningkatkan keyakinan mereka, si iblis wanita secara aktif mengendalikan serpihan-salju itu agar tidak mendekat, menunjukkan kemampuannya dalam mengontrol kekuatan es.
“Makhluk roh yang membawamu naik ke Perlindungan Suci Tuhan Keempat itu mana? Dia tidak ikut bersama?” Han Sen sejak tadi penasaran dengan masalah ini.
Jika makhluk roh itu belum naik ke level super, seharusnya dia ikut. Kalau dia sudah super, mestinya bisa membujuk makhluk mengerikan itu untuk memberi utang budi, langsung lewat lembah gletser saja.
Raut wajah iblis wanita itu meredup: “Mati, dibunuh petarung kuat yang mengerikan. Sekuat dia pun, tetap tak bisa lolos dari takdir yang mengusili.”
Han Sen agak terkejut. Makhluk yang mampu membawa iblis wanita ke Perlindungan Suci Tuhan Keempat pasti sangat kuat. Ternyata dia tewas, pasti pembunuhnya benar-benar bukan main.
“Siapa yang membunuhnya?” Han Sen tak tahan bertanya.
Iblis wanita itu menggelengkan kepala tanpa menjawab, hanya mengatupkan gigi dan berkata: "Brengsek itu, aku pasti akan membunuhnya langsung dengan tanganku sendiri. Karena itu aku harus segera mencapai level super, dan juga harus merebut benda suci. Kalau tidak, sama sekali tidak ada kesempatan untuk membalas dendam."
Han Sen tidak mengatakan apa-apa lagi. Dari ekspresi iblis wanita itu terlihat jelas bahwa kematian makhluk roh itu telah menjadi pukulan berat baginya. Dia bersikukuh ingin membalas dendam sendiri.
Hanya saja, untuk menghadapi makhluk sekuat itu, jalan balas dendam yang ditempuh iblis wanita ini mungkin akan sangat-sangat sulit, bahkan bisa mengorbankan nyawanya sendiri.
Setelah berjalan beberapa hari di Dataran Salju, akhirnya mereka tiba di hutan beku yang disebutkan iblis wanita itu.
Pepohonan es yang seolah ditempa dari kristal mistis itu terlihat bagaikan hutan kristal dalam dongeng. Namun aura beku yang menyebar dari tempat ini, bahkan sejak jarak puluhan kilometer, sudah membuat tubuh manusia hampir tumpul membeku.
Sebagian hutan beku berada di luar pegunungan gletser, namun bagian yang lebih besar justru memanjang langsung masuk ke dalam pegunungan gletser. Pantas saja si iblis wanita bilang hutan beku ini awalnya adalah bagian dari reruntuhan Tuhan, memang ada prinsipnya.
"Ayo." Raut wajah iblis wanita itu terlihat serius, titik-titik cahaya mirip serpihan salju kristal es bermunculan di sekeliling tubuhnya, menyelimuti seluruh rombongan.
Tertutupi kristal es salju itu justru membuat Han Sen dan yang lain merasa hangat, hawa dingin malah berkurang drastis.
Memasuki hutan beku, hati Han Sen yang sempat cemas mulai tenang. Mampu melangkah masuk berarti dia sudah memenuhi syarat untuk memasuki reruntuhan Tuhan.
Rombongan perlahan masuk ke dalam hutan beku. Berkat tenaga si iblis wanita, Han Sen tidak terlalu kedinginan. Tapi sejak masuk, ada rasa mengganjal di hatinya - perasaan terus diawasi, seolah ada sepasang mata yang tak henti mengikuti setiap langkah mereka.
