Pertarungan liar keduanya memicu retakan tak henti di gletser sekitar.
"Lihat, itu apa?" Han Sen yang sedang asyik menyimak tiba-tiba mendengar teriakan panik sang iblis kecil.
Han Sen berbalik memandang si iblis wanita, lalu mengikuti arah telunjuknya. Di tempat lapisan es yang retak itu, ternyata mengalir cairan berwarna darah seperti sungai yang bergerak mendekat ke arah mereka.
"Bahaya!" Ekspresi Han Sen berubah drastis. Dia menyadari itu sama sekali bukan genangan darah atau cairan biasa, melainkan kumpulan serangga merah yang berjejal sangat rapat. Setiap ekor hanya sebesar biji wijen, namun jumlahnya begitu mencengangkan. Mereka terus menyembur dari celah es yang retak, tak terhitung banyaknya.
Di setiap wilayah yang dilalui gerombolan serangga berwarna darah ini, seluruh benda kecuali es dan salju langsung ditelan seketika. Pegunungan gletser yang sebelumnya sudah minim vegetasi itu pun berubah menjadi lebih sunyi senyap.
"Kalian berdua berhenti bertarung! Cepat lihat itu!" teriak Han Sen pada Tianzhu dan Enam Jalan.
Mereka mendengar teriakan Han Sen. Enam Jalan sama sekali tidak menghiraukan, tetap melancarkan serangan penuh ke Tianzhu. Tianzhu yang melihat serangga merah itu ekspresinya berubah drastis, berteriak: "Bahaya! Itu serangga mayat dewa, kabur cepat!"
Setelah berkata demikian, Tianzhu berbalik ingin kabur, tapi terus dihalangi Enam Jalan sehingga tak bisa melarikan diri.
"Apa kamu benar-benar gila? Kalau sekarang kita tidak kabur, saat serangga mayat dewa itu mendekat, kita semua akan mati." Tianzhu berteriak frustasi ke Enam Jalan.
"Hari ini kita harus menentukan pemenang. Tuhan pun takkan bisa menghentikan." Enam Jalan berkata tenang, pedang di tangannya tak henti bergerak.
"Sial! Benar-benar bernasib buruk ketemu orang gila begini." Tianzhu tak tahan mengumpat, lalu berteriak ke Han Sen: "Cepat bantu aku cari cara lepas dari orang gila ini! Kalau tidak, kita benar-benar takkan bisa lolos. Serangga mayat dewa itu dijuluki pernah memakan jenazah Tuhan. Meski belum tentu benar, tapi mereka pasti bisa melahap kita sampai habis."
"Dari mana aku punya kemampuan menghentikan dia?" Han Sen langsung berbalik bersiap kabur. Meski Cacing Mayat Ilahi hanya dijuluki pernah memakan mayat dewa, tapi kedengarannya sudah sangat mengerikan. Han Sen tak ingin mengambil risiko, juga tidak mau mencoba apakah cacing-cacing itu bisa mengunyah dagingnya.
"Makanya suruhmu cari akal! Aku belum puas hidup. Sekalipun mati, tak mau bersama orang gila ini!" Santo Tianzhu berteriak lagi.
Han Sen berpikir sejenak. Melihat kecepatan merangkak cacing-cacing itu tidak terlalu cepat, sementara belum bisa mengancam mereka. Yang pertama kena adalah Tianzhu dan Liudao. Kalau mau sial, pasti mereka yang duluan.
“Enam Jalan, sekalipun kamu ingin bertarung dengannya, setidaknya harus membuatnya bisa bertarung dengan sepenuh hati. Dalam situasi seperti ini, dia sama sekali tidak fokus untuk duel denganmu. Menurutku lebih baik diurungkan saja.” Han Sen bicara sembarangan sambil memenuhi kewajiban moral, lalu menyuruh Binatang Suci Laut Bintang membopong mereka kabur dengan cepat.
Baru kabur puluhan kilometer, Tianzhu dan Enam Jalan sudah mengejar dari belakang. Kecepatan mereka bahkan melebihi Binatang Suci Laut Bintang, dalam sekejap telah menyusul dan melampaui kelompok Han Sen.
Han Sen menoleh melihat ke belakang, ekspresinya agak berubah. Kawanan Serangga Mayat Dewa yang merah darah itu ternyata sudah menyusul dari belakang dengan kecepatan yang mencengangkan, sama sekali berbeda dengan kelambanan sebelumnya.
Tak lama kemudian, jarak antara Serangga Mayat Dewa dan kelompok Han Sen sudah kurang dari seribu meter. Seperti air bah yang meluap, mereka berkobar dan berkerumun mendekat.
Yang mengerikan, gerombolan Serangga Mayat Dewa itu bergerak di hamparan salju tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, hening yang mengerikan.
Han Sen sedang bersiap turun dari punggung Binatang Suci Laut Bintang. Kecepatan Binatang Suci Laut Bintang sudah tidak bisa menyaingi Serangga Mayat Suci, tidak bisa menjauh dari mereka. Han Sen terpaksa mencari cara lain.
Tapi siapa sangka, tiba-tiba cahaya bintang di tubuh Binatang Suci Laut Bintang meledak. Daging, tulang, dan seluruh raganya memancarkan kilau bintang gemilang. Cahaya bintang di sekelilingnya juga bersinar bersamaan. Tiba-tiba kecepatan Binatang Suci Laut Bintang melesat drastis, seolah sedang berenang di lautan bintang. Bahkan pemandangan di sekitarnya menjadi samar-samar.
Dari kejauhan, tubuh Binatang Suci Laut Bintang terlihat seperti maya. Terbungkus dalam gumpalan bintang-bintang, dia malah menubruk puncak gunung es dengan kepala terlebih dahulu.
"Sial! Xiao Xing, apa kepalamu rusak?! Jangan-jangan kamu mau bunuh diri dengan menabrak tembok?!" Ekspresi Han Sen berubah drastis. Tapi Binatang Suci Laut Bintang sudah menghantam tebing gunung es.
Hasilnya membuat Han Sen terkejut, di antara cahaya bintang itu, tubuh Binatang Suci Laut Bintang ternyata mengabaikan benturan gletser, langsung menembusnya.
Di antara cahaya bintang yang samar, tubuh Binatang Suci Laut Bintang melaju cepat. Tak lama kemudian, mereka benar-benar berhasil melewati puncak gunung gletser itu, sampai di sisi lain puncak gunung gletser.
Meski kecepatan mayat-mayat suci itu tinggi, tapi hanya bisa melintasi gletser dulu sebelum mengejarmu, membuat mereka jauh lebih lambat daripada Binatang Suci Laut Bintang.
Binatang Suci Laut Bintang terus menyerbu ke depan, mengabaikan benturan gletser yang tak berujung, sekali demi sekali menembus gletser. Bukan hanya berhasil melepaskan diri dari mayat-mayat suci, bahkan Enam Jalan dan Tianzhu pun tertinggal di belakangnya.
Tianzhu melihat keanehan Binatang Suci Laut Bintang, malah tak tahu malu menyerbu ke depan, melepaskan tenaga mengerikan yang langsung mendarat di punggung Binatang Suci Laut Bintang.
"Aku cuma nebeng kendaraan," kata Tianzhu sambil terkekeh.
Enam Jalan hampir bersamaan juga menimpa punggung Binatang Suci Laut Bintang, dengan tenang duduk di samping.
"Lao Di, hewan peliharaanmu ini keren, ternyata bisa mengabaikan benturan zat. Kemampuan ini level dewa!" Tianzhu mengacungkan jempol sambil mengawasi Binatang Suci Laut Bintang melintasi gletser.
"Ini bukan hewan peliharaan, tapi makhluk mutan yang kudapatkan." Han Sen membetulkan dengan tegas.
Dia terus-menerus memperlakukan Binatang Suci Laut Bintang seperti anak manusia yang dilatih, tapi Binatang Suci Laut Bintang sama sekali tidak memiliki bakat bahasa. Hingga detik ini pun belum bisa mempelajari bahasa manusia. Dalam hal intelejensia sebenarnya tidak kalah, namun sifat dasarnya terlalu jinak dan hampir tidak memiliki sifat agresif.
Setelah berpindah selama setengah hari, bayangan serangga mayat dewa itu sudah sama sekali tidak terlihat. Barulah Han Sen memerintahkan Binatang Suci Laut Bintang untuk berhenti.
“Xiao Xing, Bagus, yang kau lakukan.” Han Sen menepuk kepala Binatang Suci Laut Bintang sambil memujinya.
Dia sebelumnya benar-benar tidak tahu bahwa Binatang Suci Laut Bintang ternyata memiliki kemampuan seperti ini, kemampuan itu sendiri sudah sangat luar biasa.
Binatang Suci Laut Bintang menjerit-jerit dua kali, sepertinya pujian Han Sen membuatnya sangat senang.
Saat mempelajari pengetahuan budaya dan bahasa manusia dulu, dia selalu mendapat tatapan tajam Han Sen, jarang mendapat pujian, sehingga sangat gembira ketika dipuji sekali.
Han Sen sekarang berpikir, memaksa Binatang Suci Laut Bintang belajar bahasa manusia dan pengetahuan budaya memang agak mempersulitnya.
Tianzhu dan Liudao turun dari punggung Binatang Suci Laut Bintang, mengamati lingkungan sekitar.
Meski masih berada di tengah pegunungan gletser yang tak berujung, di sini permukaan gletser ternyata ditumbuhi banyak bunga berwarna-warni dan sangat indah.
"Bahaya, kenapa kita sampai kabur ke sini?" Ekspresi Tianzhu langsung berubah drastis setelah melihat jelas kondisi sekitar.
