Ekspresi Han Sen berubah masam. Dengan banyaknya nyala es yang masuk ke menara logam, pasti bagian dalam menara akan kebanjiran. Mereka yang ada di dalam menara logam pasti akan sangat memilukan nasibnya.
Pemandangan yang dibayangkan Han Sen tidak terjadi. Nyala es yang masuk ke dalam menara logam itu tidak meluap, bahkan tidak mengalir sama sekali di dalam menara.
Hanya di lantai teratas menara, muncul sebuah podium batu baru. Di atas podium itu terdapat sekumpulan nyala es yang bergoyang-goyang seperti bunga es.
Sekarang Han Sen akhirnya tahu dari mana asalnya barang-barang di tujuh podium batu lainnya. Rupanya itu bukan koleksi sang tuan menara, melainkan diserap masuk oleh menara logam.
"Anggota-anggota ini terlalu mengerikan, harus mencari cara untuk kabur." Sorot mata Han Sen tertuju ke luar menara, berusaha mencari celah untuk melarikan diri.
Nyala es kali ini tidak berhasil melukai mereka, tapi dalam perang besar seperti ini, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Lebih baik mencari cara menyelamatkan nyawa.
Tapi kondisi di luar membuat Han Sen tak berani bertindak gegabah. Setelah nyala es diserap menara logam, menara itu langsung bergerak menindih tungku besi raksasa dengan aura yang seakan ingin menghancurkan tungku tersebut hingga remuk.
Terlihat di dalam tungku besi raksasa itu, nyala es telah menghilang seluruhnya. Entah padam dengan sendirinya atau sudah diserap habis oleh menara logam.
Sebuah makhluk berbalut rompi hitam keluar dari tungku besi raksasa, satu tangan menekan basis menara logam, dengan gemilang mengangkat menara logam itu. Biarpun menara itu memancarkan kilauan cahaya, tak bisa menekannya sedikit pun.
Setan batu tak berkepala menekan puncak menara dengan telapak tangan, tenaga mengerikan mendorong menara ke bawah. Sementara sosok berbaju zirah hitam di bawahnya menahan dengan keras. Dua kekuatan dahsyat ini saling beradu di tubuh menara, memicu fluktuasi energi yang menakutkan.
Gelombang kejut dahsyat menyebar dari pusat menara. Gletser dan gunung di sekitarnya langsung hancur berkeping-keping, pecahan es beterbangan ke segala penjuru, menciptakan suasana mencekam di langit dan bumi.
Han Sen dan Bao'er di dalam menara juga menderita. Menara logam yang menanggung dua kekuatan mengerikan di puncak intensitas itu tak sepenuhnya bisa menahan dampaknya.
Tenaga setan batu dan tenaga manusia berbaju zirah hitam sebagian merembes masuk ke menara. Tenaga setan batu yang merembes seperti benang darah itu terasa sangat familiar bagi Han Sen, ternyata berasal dari kekuatan jurus rahasia di dalam menara.
"Apakah setan batu tak berkepala ini ada hubungannya dengan Kaisar Manusia? Atau jangan-jangan dia sendiri adalah Sang Kaisar?" Berjuta niat melintas di hati Han Sen.
Kekuatan manusia berbaju zirah hitam terasa mengerikan, sepertinya merupakan kekuatan nyala es - kombinasi es dan api yang tak bisa dilacak asal-usulnya oleh Han Sen, hanya terasa sangat dahsyat.
Meski hanya secuil demi secuil tenaga yang masuk, tidak merusak menara logam secara signifikan, tapi memberi masalah besar bagi Han Sen dan rombongannya.
Di dalam menara bagai neraka sembilan lapis es dan api: sesaat dingin menusuk tulang, sesaat panas membakar jiwa. Ditambah kekuatan darah dari setan batu yang membuat darah dalam tubuh Han Sen dan yang lain berbalik arah, seolah hendak meledak keluar dari raga.
Si Perak Kecil dan Binatang Suci Laut Bintang sedang berusaha mati-matian melawan dua kekuatan mengerikan ini, tapi sepertinya efeknya tidak terlalu baik. Aura mereka semakin kacau, dan setiap saat bisa meledak menjadi debu darah.
Han Sen telah memanggil Inti Gen Dewa dan Roh Binatang Raja Semut Haus Darah untuk melawan tenaga mengerikan tersebut.
Kekuatan setan batu tak berkepala dan pria berbaju zirah hitam tampak seimbang. Untuk sementara tidak ada yang bisa mengalahkan yang lain, terjebak dalam kebuntuan di tempat itu.
Han Sen melihat ke luar. Dengan perlindungan menara logam masih agak baik, tapi kekuatan di luar benar-benar mengerikan. Dalam situasi seperti ini mustahil bagi mereka untuk menerobos keluar.
Han Sen merasakan tenaga yang merembes ke dalam menara, tiba-tiba hatinya berdebar: "Aku juga telah mempelajari teknik rahasia menara. Bisakah kucoba mengendalikan tenaga berwarna darah yang meresap ini? Jika berhasil mengontrolnya, kita tidak perlu melawan dua kekuatan sekaligus. Cukup fokus pada kekuatan es-api saja, pasti akan lebih mudah."
Dengan konsentrasi, Han Sen mengaktifkan teknik rahasia Menara. Dengan menggerakkan kekuatan Hidup Darah Sutra Saraf, tubuhnya mulai bertransformasi dan memasuki kondisi aneh itu.
Han Sen baru saja mengaktifkan teknik rahasia tersebut, belum sempat mengendalikan tenaga berwarna darah itu, tiba-tiba merasakan energi darah yang merembes ke menara justru otomatis mengalir ke dalam tubuhnya, seolah menemukan tempat tujuan.
Teknik ini seharusnya memakan energi besar, Han Sen tidak bisa bertahan lama. Namun setelah tenaga darah itu masuk, justru membuat semangatnya semakin meningkat tanpa rasa lelah, juga tidak terjadi efek samping seperti pusing dan kejang seperti sebelumnya.
Tenaga darah yang masuk ke tubuhnya dengan mudah dimurnikan oleh teknik rahasia, memelihar transformasi raganya. Perubahan pada daging, darah, dan tulangnya semakin intens.
Seiring semakin banyak kekuatan berdarah yang berhasil dimurnikan oleh Han Sen, secara tak terduga dia mulai merasakan adanya hubungan aneh yang terbentuk antara dirinya dengan menara logam putih ini.
Seolah-olah dia bisa merasakan denyut alami menara logam tersebut, muncul perasaan mistis seakan terhubung darah dengan struktur logam itu.
Namun ini hanyalah sensasi semata, dia sama sekali tidak bisa benar-benar menggerakkan menara logam itu.
Saat pertarungan semakin intens, Han Sen menyaksikan harta-harta di podium batu itu terkikis oleh kekuatan misterius, mulai terurai dan menghilang - bahkan nyala es pun tak luput.
Harta karun di batu perlahan terurai, titik-titik cahaya ilahi beterbangan dan menyatu dengan struktur utama menara, membuat kilauannya semakin gemilang dan kekuatannya tampak bertambah.
"Apakah kamu benar-benar keras kepala?" suara dingin orang berbaju zirah hitam kembali bergema.
Setan Batu Tak Berkepala bersuara penuh kebencian: "Jika pencerahan adalah takdir langit, aku lebih memilih takkan pernah tercerahkan selamanya."
"Kalau begitu musnahlah tuntas." Dengan suara kejam, pria berbaju zirah hitam menghantam menara logam di fondasinya, meledakkan menara itu hingga melambung ke udara.
Tangan raksasa setan batu yang menekan menara logam ternyata tertembus oleh menara tersebut, raganya mundur beberapa langkah tanpa kendali.
Nyala es di tubuh pria zirah hitam mengkristal, berubah menjadi pisau es-api yang membelah kehampaan dan menghantam setan batu.
Nyala pisau menggentarkan dunia, cahaya menara bagai kubah langit.
Sorot mata Han Sen hanya menyaksikan ledakan tenaga mengerikan di luar, seolah langit-bumi telah hancur berkeping-keping, sama sekali tak melihat keadaan sebenarnya.
Harta di batu telah terurai seluruhnya menyatu ke dalam menara logam, sesekali terdengar dentuman bilah tajam yang menghantam menara.
Setiap benturan membuat kekuatan di dalam menara semakin kacau, sementara badan menara bergetar hebat seolah terjadi gempa bumi besar level sepuluh.
Bahkan Han Sen pun tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri, berguling-guling di dalam menara bersama Xiao Yin Yin, Xiao Xing Xing, dan Xiao Bing Hai Ma.
Han Sen memeluk erat-erat Bao'er di pelukannya, berusaha melindunginya dari benturan. Sambil mengaktifkan teknik rahasia, ia terus-menerus menyerap kekuatan berwarna darah yang membanjiri menara, sehingga Xiao Yin Yin dan yang lain hanya perlu melawan sedikit kekuatan es-api yang masuk.
Untungnya menara logam ini memang sangat kokoh. Meski mengalami tabrakan mengerikan yang tak terhitung jumlahnya, tetap belum retak. Kekuatan yang merembes masuk pun hanya sebagian kecil, sehingga Han Sen dan yang lain masih bisa bertahan.
