Di antara kelompok manusia itu, pemimpinnya tak lain adalah Semi-dewa Tinju Besi, Jia Sidao.
Saat terakhir kali Han Sen mengunjungi Asosiasi Semi-Dewa, terjadi ketegangan dengan Jia Sidao yang berakhir dengan perpisahan tidak harmonis.
"Sial, nasibku buruk sekali. Sudah susah-susah menemukan beberapa manusia, eh salah satunya malah musuh bebuyutan. Benarkah hukum karma tentang 'takdir mempertemukan musuh' itu ada?" gumam Han Sen dalam hati.
Kemampuan Jia Sidao cukup mengesankan. Di tangan kanannya terpasang sarung tinju bermata pisau besi yang diduga merupakan Inti Gen miliknya. Setiap pukulannya meninggalkan luka di sisik keras makhluk mutan itu.
Sayangnya, rekan-rekannya jauh lebih lemah. Hampir tak ada yang bisa menembus sisik makhluk itu. Jurus pedang mereka hanya seperti menggaruk-garuk ketiak, tak ada bedanya dengan sekedar mengusir gatal.
Penampilan makhluk mutan itu sangat aneh. Tubuhnya mirip kura-kura namun tanpa cangkang, digantikan oleh lapisan sisik tebal yang sangat kokoh.
Jia Sidao seharusnya sudah memiliki inti gen tingkat permata. Sarung tinjunya menghantam sisik tebal itu, membelah setengah kaki ke dalam sebelum akhirnya terlihat sedikit daging.
Makhluk mutan itu berlari serampangan, membuat Jia Sidao dan kawan-kawannya tercerai-berai. Meski kecepatannya tak terlalu tinggi sehingga belum menjadi ancaman mematikan, situasinya tetap terlihat sangat genting.
"Murid-murid, butuh bantuan?" Han Sen mendekat bersama Si Perak Kecil, namun belum juga mengulurkan tangan.
Pertempuran masih dalam kebuntuan. Mengingat hubungannya yang kurang harmonis dengan Jia Sidao, Han Sen memilih bertanya dulu daripada langsung bertindak yang mungkin dianggap merebut monster.
"Silahkan teman, bantu sepuasnya!" Wajah Jia Sidao berseri mendengar tawaran itu. Mereka sudah kewalahan melukai makhluk ini. Stamina fisik yang terkuras membuat pelarian pun jadi tak pasti. Bantuan tambahan jelas disambut gembira.
Tapi ketika Jia Sidao menoleh, ia menemukan bahwa orang yang datang ternyata Han Sen. Ekspresinya berubah seketika.
Setelah mendapatkan jawaban dari mereka, Han Sen tidak ragu lagi. Langsung memanggil Inti Gen Pisau Split. Tubuhnya melesat hingga berada di depan makhluk mutan itu, menghantamkan tebasan maut ke bawah.
Makhluk mutan dengan cangkang super keras itu langsung terbelah dua oleh pisau Split, mudahnya seperti mengiris tahu.
Jia Sidao dan yang lain membeku terkesiap, menatap Han Sen dan bangkai makhluk mutan yang terbelah dua itu.
Makhluk itu bernama Qiu Jia Shou yang pertahanannya termasuk top di antara makhluk darah ilahi. Tapi Han Sen bisa membelahnya dengan sekali tebas, membuat bahkan Jia Sidao pun terkejut dalam hati.
"Berhasil membunuh makhluk darah ilahi Qiu Jia Shou. Mendapatkan roh binatang Qiu Jia Shou. Inti Gen telah hancur. Daging dapat dikonsumsi. Menyerapnya bisa mendapatkan 0 hingga 10 Gen Tuhan secara acak."
Han Sen tak menyangka ternyata juga mendapatkan roh binatang, tetap ada sedikit sukacita dalam hatinya.
Pisau Split adalah Inti Gen Super, dan di antara Inti Gen Super termasuk yang memiliki daya penghancuran luar biasa. Membunuh makhluk darah ilahi sama sekali tidak membutuhkan tenaga besar. Mendapatkan roh hewan suci darah ilahi benar-benar kejutan yang menyenangkan.
"Kepala Cabang Jia, lama tidak bertemu." Han Sen menatap Jia Sidao sambil berkata.
Jia Sidao tersenyum dipaksakan: "Saudara Han, selama tidak bertemu, kekuatanmu semakin berkembang. Bisa memenggal Qiu Jia Shou dengan mudah seperti itu, pasti sudah naik ke level Super ya?"
"Gen Super Tuhan mana bisa semudah itu didapatkan? Aku baru saja mencapai Gen Tuhan penuh. Hanya beruntung mendapatkan Inti Gen dengan daya penghancuran kuat." Han Sen menjawab sambil tersenyum.
Para semi-dewa lainnya juga datang menyapa Han Sen. Mereka adalah generasi semi-dewa senior yang namanya pernah Han Sen dengar, kecuali Jia Sidao, yang belum pernah ia temui sebelumnya.
Setelah Han Sen menyatakan tidak mengambil daging Qiu Jia Shou, kegembiraan mereka semakin menjadi-jadi. Semangat mereka berkobar-kobar, menjawab setiap pertanyaan Han Sen dengan sangat detail.
Begitu mengetahui lokasi sebenarnya tempat ini, ekspresi Han Sen berubah drastis.
Di sini terdapat Perlindungan Keempat umat manusia. Jia Sidao dan kawan-kawan kini bermukim di sana. Tempat ini termasuk salah satu basis perlindungan paling elite yang dimiliki manusia.
Namun pemilik perlindungan ini justru membuat Han Sen enggan untuk berjumpa.
Meski jumlah semi-dewa yang naik level belakangan ini meningkat, tapi yang layak disebut petarung kuat di Perlindungan Keempat masih bisa dihitung jari. Nama Luo Haitang mungkin satu-satunya yang terlintas di benak orang awam.
Tempat perlindungan tempat Jia Sidao dan yang lainnya berada adalah Pembunuh Dewa Perlindungan yang dikuasai Luo Haitang.
Han Sen merasa ragu di hatinya, tidak tahu apakah dia harus memasuki Pembunuh Dewa Perlindungan.
Sebenarnya kepergian ibu dari keluarga Luo tidak sepenuhnya kesalahan Luo Haitang, Han Sen juga tidak punya kesan khusus terhadap Luo Haitang.
Tapi bujukan Luo Haitang yang membuat Han Yan mempelajari 《Non-Heavenly Scripture》 membuat Han Sen sangat protes, kesan baiknya terhadap Luo Haitang dan keluarga Luo menjadi sangat buruk.
Begitu Luo Haitang mengalami masalah, keluarga Luo memaksa Han Yan yang masih gadis kecil untuk memenuhi perjanjian sepuluh tahun - dan ini berlanjut dari generasi ke generasi, setiap dekade harus bertarung mati-matian. Bencana yang menimpa keturunan ini dipaksakan Luo Haitang kepada Han Yan, inilah akar mengapa Han Sen membenci keluarga Luo dan Luo Haitang.
"Han Sen, kakek buyutmu Tuan Da Luo saat ini berada di dalam perlindungan. Maukah kami mengantarmu menemuinya?" kata seorang semi-dewa bernama Liu Che.
Han Sen ragu sejenak, lalu menggelengkan kepala sambil berkata: "Tidak perlu. Saya masih ada urusan, jadi saya tidak akan ikut."
Setelah berkata demikian, Han Sen bersiap untuk pergi. Kini dia sudah memahami gambaran arah ini. Kembali ke posisi Reruntuhan Tuhan sebenarnya tidak sulit.
Iblis wanita kecil masih berada di Reruntuhan Tuhan. Selain itu, Han Sen juga harus kembali membagi keuntungan dari Terowongan Cahaya Ilahi. Oleh karena itu, dia tetap berniat pergi ke sana terlebih dahulu untuk melihat apakah Singa Kecil Yuzhao dan si iblis wanita masih ada.
"Saudara Han, tolong tunggu sebentar." Jia Sidao ragu sejenak, lalu memanggil Han Sen.
"Masih ada urusan apa lagi, Kepala Cabang Jia?" tanya Han Sen sambil menghentikan langkahnya dan menatap Jia Sidao.
Jia Sidao mengatupkan giginya, tersenyum dipaksakan: "Saudara Han, saya punya proposal bisnis yang ingin didiskusikan. Apakah Anda berminat?"
"Bisnis apa?" Han Sen melihat Jia Sidao dengan kebingungan.
"Terkait perburuan makhluk dewa super. Saya menemukan beberapa peluang bagus untuk berburu mereka, tapi karena keterbatasan kekuatan, tubuh makhluk dewa super itu tak tertembus. Dengan daya hancur inti genmu, mungkin ada kesempatan," kata Jia Sidao.
"Makhluk dewa super jenis apa?" Minat Han Sen langsung terbangun.
Kesempatan mendapatkan esensi gen kehidupan dari berburu makhluk dewa super tentu sangat menarik baginya.
Belakangan ini Han Sen hanya memperoleh satu potong esensi gen kehidupan, yaitu dari anjing hina itu, yang belum sempat diserap.
"Hal ini agak rumit untuk dijelaskan. Lebih baik kita kembali ke perlindungan untuk berdiskusi lebih lanjut. Saya jamin kamu pasti akan tertarik," ujar Jia Sidao.
