"12 shichen, bukan hanya seorang manusia, selama bertahun-tahun sudah banyak jagoan super jalan pedang yang datang, tapi yang bisa bertahan hingga 12 shichen hanya ada satu. Itupun reputasi orang tersebut hampir setara dengan Kaisar Enam Jalan. Menurutmu Han Sen mungkin?" Kaisar Xu Lu tersenyum pahit.
"Kalau bukan orang sekaliber itu, pantaskah menjadi guru Sumera?" Kaisar Li Huo berkata tegas.
Kaisar Xu Lu menggelengkan kepala tanpa bicara. Petarung kuat seperti itu mana ada yang mau repot-repot mengajar orang lain? Secara pribadi dia merasa Han Sen cukup baik. Dengan level seperti ini plus menguasai Jalan Hati Pedang milik Kaisar Enam Jalan, sebenarnya masih bisa disebut pantas menjadi mentor Sumera.
Tapi Kaisar Xu Lu jelas tidak ingin menentang keinginan Kaisar Li Huo, terpaksa membiarkannya.
Han Sen tidak bergerak seperti gunung, terus-menerus melawan aura pedang Kaisar Pedang Suci.
Gaya pedang seperti roda pasir itu tidak sepenuhnya mengikis Kehendak Han Sen. Justru, bagaikan baja tempaan tinggi, semakin diasah semakin tajam, membuat gaya pedangnya semakin murni dan kuat.
Jika dulu gaya pedang Han Sen ibarat baja berkualitas, kini setelah diasah, ia bersinar layaknya batu permata yang memancarkan kilauan semakin memukau.
Waktu sedetik pun berlalu. Enam shichen kemudian, Xu Mi yang melihat Han Sen tetap tanpa ekspresi, hatinya dipenuhi sukacita.
Kaisar Xu Lu berdecak kagum: "Pemuda ini sungguh luar biasa. Visi Xu Mi tepat. Dengan keteguhan kehendak dan disiplin jalan pedang seperti ini, jika Xu Mi bisa berguru padanya, pasti akan meraih hasil besar."
Kaisar Li Huo yang melihat Han Sen masih tetap stabil tanpa tanda kelelahan, meski hatinya sedikit terpana, tetap berkata: "Baru separuh waktu berlalu. Masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan sekarang."
"Waktu berlalu dua shichen lagi, Kaisar Xu Lu mulai bergeming: 'Hingga detik ini dia tetap tidak terpengaruh, kehendaknya yang tangguh sulit dibayangkan. Benar-benar sosok langka.'"
Kaisar Li Huo juga mulai goyah, berbisik pelan: "Memang ada kemampuannya, tapi masih ada empat shichen. Kita lihat apakah dia bisa bertahan."
Dua shichen berikutnya berlalu, Han Sen masih tegak bagai gunung, seolah tidak ada perbedaan dengan sepuluh shichen sebelumnya.
Baik Kaisar Xu Lu maupun Li Huo sama-sama terkejut. "Ternyata hingga sekarang masih stabil seperti ini, sama sekali tidak terpengaruh makna pedang," pikir mereka. "Tampaknya dia bertahan melewati dua belas shichen sudah pasti."
"Pantas disebut anakku Xu Lu, ketajaman matanya memang bagus. Bisa menemukan Guru seperti ini, pasti sangat membantu baginya." Nada bicara Kaisar Xu Lu saat menyebut Han Sen telah berubah beberapa kali - dari awalnya meninjau, kini menjadi persetujuan, bahkan agak menyaksikan dengan kagum. Perubahannya bisa dibilang sangat besar.
Kaisar Li Huo saat ini juga telah kehilangan kesombongannya sebelumnya, memandang tayangan dalam cermin dengan terkejut: "Manusia ini memang berbeda, layak menjadi guru Sumera."
Kedua kaisar tidak lagi meragukan kemampuan Han Sen bertahan selama 12 shichen. Perbedaan pendapat mereka menghilang, mulai mencapai kesepakatan.
Waktu berlahan berlalu. Setelah 12 shichen, Sumera tak lagi bisa menahan decak kagum: "Guru memang sosok ilahi! Hanya satu orang dalam bertahun-tahun yang mampu melawan kehendak pedang Kaisar Pedang Suci selama 12 shichen tanpa ketinggalan. Guru sekarang adalah peringkat kedua!"
Han Sen tidak mendengar perkataan Sumera. Seluruh konsentrasinya tertuju pada kehendak pedang itu. Kehendak pedang terus-menerus mengasah kehendaknya, membuatnya semakin terpurnakan.
Tapi seiring waktu, Han Sen merasa kehendak pedang itu tidak cukup kuat, tidak bisa mengasah kehendak pedangnya lebih lanjut. Maka tanpa sadar, ia berjalan mendekati bekas pedang di bukit batu itu, ingin memperkecil jarak dengan bekas pedang untuk merasakan kehendak pedang yang lebih dahsyat mengasahnya.
"Apa yang ingin dia lakukan?" Kaisar Li Huo tertegun melihat Han Sen mendekati bekas pedang di bukit batu.
Kehendak pedang yang ditinggalkan Santo Pedang Kaisar meski terlihat tenang, tapi jika jaraknya terlalu dekat, itu akan menjadi perkara yang berbeda sama sekali.
Di masa lalu, sebatang pedang Santo Pedang Kaisar menembus kehampaan, kehendak pedangnya menyapu bukit batu dan meninggalkan kehendak pedang abadi ini.
Kehendak pedang ini bisa disebut sebagai ujung, bisa juga disebut titik puncak dari sabetan pedang itu.
Semakin dekat dengan bekas pedang, semakin bisa dirasakan kehendak tertinggi yang terkandung dalam sabetan pedang itu - keyakinan menembus kehampaan dan kehendak pedang yang tak pernah berhenti.
Di era dulu, begitu banyak petarung kuat yang menyaksikan kenaikan Santo Pedang. Tak terhitung banyaknya petarung yang ingin mengincar bukit batu bekas pedang ini. Namun akhirnya jatuh ke tangan Kaisar Xu Lu, karena petarung biasa sama sekali tidak berani menyentuh bukit batu bekas pedang, apalagi membawanya pergi.
Di lokasi bekas pedang, bahkan petarung tingkat Kaisar sekalipun - baik yang menguasai maupun tidak menguasai Kehendak Pedang - jika menyentuh bekas itu dan terkena Guncangan Kehendak perobek ruang, Kehendak mereka sendiri akan mengalami kerusakan serius.
Karenanya tak ada petarung yang bisa membawa pergi bukit batu bekas pedang. Hanya Kaisar Xu Lu yang mengandalkan kemampuan gesit di kehampaan dari Perlindungan Tungku Virtual-nya, dengan gemilang memindahkan perlindungannya ke bawah bukit batu bekas pedang. Ini sama saja dengan 'membungkus' bukit itu ke dalam perlindungannya, sehingga baru bisa dibawa pergi.
Sekarang Han Sen yang berada di tengah Kehendak Pedang itu telah mengalami Guncangan dan diasah selama 12 shichen. Bukannya Kehendaknya hancur, malah justru berjalan menuju bekas pedang. Hal ini membuat Kaisar Xu Lu dan Kaisar Li Huo cukup terkejut.
"Keteguhan Kehendak orang ini mungkin tidak kalah dari petarung kuat tingkat atas di era sekarang." Kaisar Xu Lu berkata dengan wajah khidmat.
Kaisar Li Huo tidak berkata apa-apa, namun sorot matanya yang tertuju pada Han Sen sudah sama sekali tidak menunjukkan sikap meremehkan seperti sebelumnya. Matanya yang indah memancarkan ekspresi terkejut.
Han Sen melangkah demi langkah mendekati bekas pedang. Saat merasakan Kehendak Pedang yang semakin menguat, Kehendak Pedang-nya sendiri juga semakin diasah menjadi berkilauan memukau. Kehendaknya pun semakin kokoh.
Saat mencapai jarak 100 meter dari bukit batu bekas pedang, langkah Han Sen mulai melambat. Namun setiap langkahnya tetap mantap tanpa keraguan sedikit pun.
Seluruh diri Han Sen seolah menjelma menjadi pedang tajam yang terpancar jelas, menerobos ombak dan membelah air, melangkah tegas langkah demi langkah menuju bekas pedang di permukaan gunung.
Akhirnya, Han Sen menginjakkan kaki di bukit batu itu, telapak tangannya menyentuh bekas pedang tersebut.
"Boom!" Aura pedang yang tiada henti seperti Aliran Waktu menerjang dahsyat, seolah-olah melemparkan aura pedang Han Sen ke dalam Sungai Waktu, menerima pembaptisan abadi yang tak lekang.
Kaisar Xu Lu dan Kaisar Li Huo saat ini ekspresi mereka berubah drastis, siapa sangka Han Sen ternyata benar-benar berhasil mencapai depan bukit batu penuh bekas pedang, bahkan menggunakan tangan untuk meraba bekas pedang tersebut.
Bagaimanapun itu adalah peninggalan petarung kuat yang telah naik ke Sanctuary Kelima, setengah langkah sudah menjadi Dewa. Bahkan Kaisar top sekalipun akan mengalami Guncangan aura pedang yang merusak kehendak mereka.
Meskipun Kehendak Han Sen sangat kuat, menyentuh bekas pedang itu tetap berisiko menyebabkan kerusakan. Jika parah, Kehendaknya bisa langsung hancur menjadi retakan parau, membuatnya terpuruk selamanya.
"Sial!" Kaisar Xu Lu diam-diam merasa situasi tidak beres. Ia sudah puas dengan kemampuan jalan pedang Han Sen. Jika semuanya hancur begitu saja, sungguh disayangkan. Sumera akan sulit menemukan Guru seperti ini lagi.
Kaisar Li Huo juga tak tahan menghela nafas. Ia mengakui kekuatan Han Sen, tapi tak menyangka Han Sen berani menyentuh bekas pedang itu. Pasti akan terjadi kerusakan mental.
Kaisar Li Huo hanya bisa berharap kerusakan yang diderita tidak terlalu parah, dan Han Sen masih mampu mengajarkan Sumera.
