Han Sen terbang ke atas area kecil air danau yang jernih itu, menatap dengan seksama apa perbedaan yang ada di dalam air.
"Air danau itu seperti sumur, lurus ke atas dan bawah semuanya air jernih, sementara area sekitarnya menjadi jelas perbedaannya, air hitam dan air jernih sama sekali tidak bercampur."
"Hanya karena kondisi diluar agak gelap, dan air danau itu sangat dalam, sekalipun melihat dari bagian air jernih ke bawah, hanya terlihat hitam legam, entah sebenarnya seberapa dalam di bawah sana."
"Tapi berbeda dengan air hitam tak bergelombang di sekitarnya, di sini sering muncul banyak gelembung air, beruntun-runtun seolah ada banyak ikan besar di bawah yang sedang menyemprotkan gelembung."
"Guru, sebenarnya ada keanehan apa di dalam air ini?" Sumera bertanya di samping Han Sen.
Han Sen berpikir dalam hati: "Aku mana tahu ada keanehan apa di sini? Aku bukan para dewa yang tahu segala hal."
Ucapan ini tentu tidak diucapkan Han Sen. Dengan tersenyum ia berkata pada Sumera: "Kamu tunggu dulu di sini, aku akan turun melihat. Jangan pernah masuk ke air sebelum aku keluar."
Han Sen mengatakan sambil sudah membawa Bao'er terjun ke air danau yang jernih itu, menyelam ke kedalaman.
Dulunya dia pernah berlatih teknik dalam air, meski tak bisa menyaingi makhluk air sesungguhnya, untuk pertempuran biasa masih tak masalah.
Han Sen tak berani sombong. Saat menyelam ke bawah, dia memanggil Perisai Emas Bermotif untuk menghalangi bagian bawah, seandainya benar ada makhluk ganas di sana, perisai itu bisa melindunginya.
Danau ini ternyata sangat dalam. Han Sen sudah menyelam lebih dari seribu meter, tapi dasar masih tak terlihat. Area sekitarnya tetap gelap gulita, seperti lautan tinta hitam.
Han Sen terus menyelam turun. Tiba-tiba dia merasakan kekosongan di bawah, seluruh tubuhnya terjatuh terkulai.
Setelah berhasil mengendalikan keseimbangan, dia mendapati dirinya berdiri di dalam gua bawah tanah raksasa. Di dalam gua itu berserakan rangka-rangka tulang, bau busuk menyengat di mana-mana.
Di posisi tengah gua bawah tanah, terdapat sebuah mata air berwarna hitam yang menyemburkan air seperti minyak. Di sebelah mata air itu, di kiri dan kanan, berbaring dua makhluk mutan.
Yang di sebelah kiri menyerupai naga, seluruh tubuhnya tertutup sisik hitam berkilauan seolah terbuat dari obsidian, mulutnya dipenuhi gigi naga seputih pisau belati.
Tubuhnya mencapai panjang lebih dari delapan zhang (≈24 meter), terlihat sangat galak dan mengerikan.
Di sisi lain terdapat serigala besar berwarna putih, postur tubuhnya tidak kalah dengan naga hitam itu. Bulunya seputih salju, namun sepasang matanya hitam legam seperti tinta. Saat bulunya bergerak, seolah terhubung dengan kehampaan.
Saat ini sorot mata kedua binatang buas itu tertuju serempak pada Han Sen, pandangan mereka persis seperti sedang melihat daging kecap manis yang datang sendiri.
"Serigala Pemusnah Dunia?" Hati Han Sen berdesir, awalnya dia hanya ingin mencari jejak makhluk mutan, tak disangka justru langsung menemui Sang Pemusnah Dunia.
Sebelumnya dia sudah mendengar Ming Yue menggambarkan sosok serigala pemusnah dunia, yang sama persis dengan serigala putih besar ini. Melihat aura mengerikan yang meluap dari tubuhnya, tidak mungkin ada kemungkinan lain selain itu adalah serigala pemusnah dunia.
Naga hitam di sisi lain, kemungkinan besar adalah Gun Long Jiao yang legendaris. Namun aura kedua makhluk ini berbeda dengan makhluk mutan yang ingin dilacak oleh Han Sen.
Dari pandangan sekilas, Han Sen tidak melihat makhluk mutan lain di dalam gua bawah tanah itu.
Selain Gun Long Jiao dan serigala pemusnah dunia, seluruh gua bawah air itu kosong dari makhluk hidup lain. Hanya ada sesuatu sebesar bola basket di dalam mata air hitam yang terus bergerak naik turun mengikuti semburan air.
"Roar!" Sebelum Han Sen sempat melihat jelas benda itu, Gun Long Jiao sudah mengaum dan menyemburkan cahaya hitam langsung mengarah ke dirinya.
Han Sen sama sekali tidak melihat jelas apa sebenarnya cahaya hitam itu, bahkan tidak sempat menghindar, terpaksa mengangkat Perisai Emas Bermotif di tangannya untuk menahan serangan.
Dang!
Han Sen hanya merasakan gaya dahsyat yang mengalir dari Perisai Emas Bermotif, raganya tanpa sadar terbang mundur dan menghantam kubah batu gua bawah tanah.
Batuan di sini kerasnya mengerikan, tubuHan Sen yang menghantam kuat hanya meninggalkan retakan halus yang nyaris tak terlihat, namun membuat seluruh tulangnya hampir berantakan.
Sedangkan cahaya hitam itu juga dipantulkan kembali oleh Perisai Emas Bermotif, memantul ke arah Naga Guling. Ekor naga itu tiba-tiba melilit erat cahaya hitam tersebut, sama sekali tidak terluka oleh gaya pantulan yang mematikan.
Han Sen barulah melihat jelas bahwa semburan cahaya hitam dari Sang Naga Gulung itu adalah sebuah trisula. Seluruh tubuhnya gelap seperti tinta, dengan pola naga yang terukir di permukaannya. Pada bagian atas, benda itu terbagi menjadi tiga - tiga mata pisau trisula tersebut adalah tiga kepala naga.
Sang Naga Gulung tampak sedikit terkejut karena serangannya gagal membunuh Han Sen. Sang Serigala Pemusnah Dunia juga menyipitkan matanya sambil menatap Han Sen dan bertanya: "Siapa yang mengirimmu? Dari Bidang Ilahi atau Tianwai?"
"Tidak ada yang mengirimku. Aku datang atas kemauan sendiri." Berbagai pikiran berkelebat dalam benak Han Sen.
Tampaknya Sang Naga Gulung dan Sang Serigala Pemusnah Dunia tidak berada dalam hubungan permusuhan. Kedua makhluk ini memancarkan aura yang begitu mengerikan, menunjukkan bahwa mereka adalah entitas yang sangat kuat.
Kekuatan Han Sen memang belum benar-benar mencapai level super. Menghadapi dua makhluk mengerikan seperti ini, sama sekali tidak ada jaminan kemenangan.
"Seandainya aku membawa Gu Qingcheng bersama." Han Sen menghela nafas dalam hati. Ia tak menyangka bisa menemukan Serigala Pemusnah Dunia secepat ini.
"Karena kamu bukan utusan Bidang Ilahi, dan bertindak sendiri, lebih baik tinggallah dan bagi Telur Suci bersama kami."
Han Sen mengira Serigala Pemusnah Dunia akan berkolaborasi dengan Naga Gulung untuk melawannya. Tapi siapa sangka, setelah memicingkan mata mengamati Han Sen sejenak, Serigala itu justru mengajukan proposal mengejutkan.
"Aku tak pantas menerima ini." Han Sen tentu tak percaya dengan "kebaikan" Serigala Pemusnah Dunia.
Dengan risiko besar dan perjuangan berat mencuri Telur Suci, masakan dibagi begitu saja pada manusia tak dikenal?
Senyum Serigala Pemusnah Dunia membuat Han Sen merinding. Bayangkan senyum serigala - mustahil dibayangkan orang biasa.
"Jujur saja, kami juga tidak ingin berbagi telur dewa dengan orang lain. Tapi melihat kekuatanmu yang luar biasa, membunuhmu pun tidak akan mudah. Jika kamu kabur dan memancing petarung super lainnya, justru akan semakin merepotkan. Jadi jika kamu bersedia, mari kita bertiga berbagi telur dewa ini. Bagaimana?" Serigala Pemusnah Dunia berkata dengan kesungguhan yang tampak tulus.
Han Sen merasa argumen itu masuk akal, namun tetap ada sesuatu yang terasa tidak beres.
Tapi satu hal yang pasti: Jika dia menolak, demi menjaga rahasia, pasti mereka berdua akan segera bersatu mengepung dan membunuhnya.
"Baik, karena kalian begitu tulus, aku pun tak akan sungkan." Dalam hati, Han Sen diam-diam merencanakan, "Paling-paling kugunakan Menara Takdir Langit. Aku yakin kalian takkan bisa berbuat apa-apa. Bahkan mungkin ada kesempatan untuk merebut telur dewa itu."
“Kalau begitu, teman turunlah dan tunggu bersama kami. Telur Dewa sudah hampir bisa dimakan. Selain kamu, adakah makhluk lain yang tahu keberadaan kita di sini?” Serigala Pemusnahan Dunia bertanya sambil tersenyum bahagia.
“Tidak.” Han Sen turun perlahan, namun tetap menjaga jarak dengan mereka. Sorot matanya tertuju pada benda putih di mata air hitam itu: “Apakah itu Telur Dewa?”
