Di perjalanan pulang, Han Sen terus-menerus membaca data yang diberikan Kakek.
Di dalamnya ada profil anggota penting Klub Xinliu, juga beberapa wilayah yang sering mereka kunjungi. Termasuk tiga planet yang menurut analisis Kakek mungkin merupakan lokasi Kantor Pusat Klub Xinliu atau tempat tinggal Ketua Klub Xinliu.
Namun, Kakek berulang kali mengingatkan untuk tidak sembarangan menantang Klub Xinliu. Han Sen tidak sependapat. Kelambanan Klub Xinliu dalam bertindak pastilah karena ada hal yang mereka khawatirkan. Jika tidak memanfaatkan momen ini untuk menghabisi mereka, apa kita harus menunggu sampai mereka pulih kembali?
Maka Han Sen memutuskan untuk menyerang lebih dulu. Satu-satunya masalah sekarang adalah, Han Sen tidak tahu di planet mana dari tiga calon lokasi tersebut sang Ketua Klub Xinliu benar-benar berada.
Melihat data anggota Klub Xinliu, banyak di antaranya adalah tokoh terkenal dari ras manusia dan Asura. Sungguh sulit dibayangkan, bagaimana Ketua Klub Xinliu bisa merekrut petarung kuat dari dua ras yang bermusuhan itu menjadi bawahannya.
Salah satu yang paling menarik perhatian Han Sen adalah seorang manusia bernama Qing Ya yang misterius. Bahkan keluarga Ning tidak bisa melacak asal-usulnya. Posisinya di Klub Xinliu sangat tinggi, termasuk dalam lingkaran inti kekuasaan.
Kemampuan tempurnya tidak diketahui. Tak ada yang pernah melihatnya bertarung. Hanya diketahui bahwa ia memiliki kemampuan teleportasi jarak jauh melalui manipulasi ruang.
"Orang yang menyelamatkan Tina waktu itu seharusnya adalah Qingya ini." Han Sen menghafal semua data Qingya. Dengan kemampuan seperti ini, meski kemampuan bertarungnya rendah, tetap merupakan figur yang sangat berbahaya dan harus diwaspadai.
Han Sen memeriksa satu per satu dengan teliti, berharap menemukan ayahnya dalam daftar ini. Namun setelah menelusuri seluruh nama dan data, tak ada yang menyerupai sosok ayahnya.
"Jangan-jangan level ayah di Klub Xinliu terlalu rendah, sehingga tidak layak masuk daftar ini?" gumam Han Sen dalam hati.
Selama beberapa hari setelah pulang ke rumah, Han Sen terus mempelajari data-data ini. Meski tak bisa memastikan apakah Paman Kedua benar-benar tulus bekerja sama, tak ada ruginya memperdalam informasi.
Han Sen bertemu dengan calon mertuanya Ji Ruozhen. Ia menceritakan detail pertemuan dengan Paman Kedua, lalu memberikan data tersebut kepada Ruozhen untuk diselidiki. Begitu posisi Ketua Klub Xinliu teridentifikasi, Han Sen siap bersulang besar.
Di dalam perlindungan, mungkin dia belum bisa disebut petarung kuat tingkat atas sejati. Tapi di alam semesta, dengan kumbang tanduk tunggal dan zirah kristal yang dimilikinya, kemampuan bertarung yang bisa dilepaskannya bahkan melebihi semi-dewa top di dalam perlindungan.
Saat kembali masuk ke perlindungan, Han Sen masih bisa mendengar banyak orang membicarakan Sang Dewi Maut. Mereka berdiskusi tentang betapa hebatnya Sang Dewi Maut, siapa yang berani menantangnya, dan akhirnya ditaklukkan dengan satu panah, dan sebagainya.
Kini makhluk hidup di Perlindungan Keempat mulai membandingkan Sang Dewi Maut dengan Koin Emas. Mereka berdebat sengit tentang dua petarung mengerikan yang muncul tiba-tiba ini, siapa sebenarnya yang lebih unggul.
Han Sen memiliki kesadaran diri. Dia tahu masih ada kesenjangan antara kekuatannya dengan petarung top sejati. Kemungkinan besar dia bukanlah tandingan Sang Dewi Maut.
“Kekuatan tetaplah yang paling penting.” Setelah mempelajari, Han Sen memutuskan untuk berburu makhluk dewa super di Gurun Besar Fengge agar segera mencapai kesempurnaan Gen Tuhan Super. Hanya dengan cara ini dia bisa benar-benar setara dengan petarung tingkat atas.
Alasan memilih Gurun Besar Fengge adalah meski penuh bahaya, tapi tidak ada kekuatan dari tempat perlindungan super di sana. Banyak makhluk dewa super yang hidup menyendiri.
Jika dibandingkan, berburu makhluk dewa super di sana masih memiliki risiko lebih rendah daripada menyerang sebuah tempat perlindungan super.
Han Sen membawa serta Si Perak Kecil dan Bintang-Bintang Kecil. Bintang-Bintang Kecil memiliki kemampuan Melintasi Laut Bintang yang penting untuk kabur, jika tidak bisa menang tetap bisa melarikan diri.
Si Perak Kecil memiliki kemampuan penyembuhan kuat. Jika nanti benar-benar harus bertarung mati-matian, saat Han Sen menggunakan Inti Gen Darah Tertiup yang bisa menyebabkan darah menyembur, kemampuan penyembuhannya bisa membantu.
Bao'er tentu tak perlu dikatakan, ke mana pun Han Sen pergi, dia pasti ikut, mustahil meninggalkannya.
Koki Wanita Komunitas Naga yang mendengar kabar Han Sen akan ke Gurun Besar Fengge, mati-matian memaksa ikut. Akhirnya Han Sen terpaksa membawanya.
Lalu ada Sumera. Awalnya Han Sen tak ingin membawanya, khawatir terjadi sesuatu yang tak terduga sehingga sulit mempertanggungjawabkan diri pada dua Kaisar. Tapi Sumera bersikeras ingin ikut, bahkan berkata bahwa tujuannya mengikuti Han Sen adalah untuk mendapat lebih banyak pelatihan keras seperti ini. Jika Han Sen tak mau membawanya, dia akan pergi sendirian.
Han Sen akhirnya membawanya juga, agar tak lebih berbahaya jika dia pergi sendiri. Binatang-binatang buas di Gurun Besar Fengge itu tak mengenal Kaisar Xu Lu, juga tak akan memberi muka.
Wang Yuhang terus merengek-rengek ingin ikut, tapi Han Sen tetap nekat meninggalkannya.
Pergi ke wilayah berbahaya seperti itu, jika orang sial seperti Wang Yuhang ikut, Han Sen tidak bisa membayangkan suasana seperti apa yang akan terjadi. Dia tak ingin dikejar-kejar gerombolan Makhluk Dewa Super.
Sepanjang jalan relatif aman, tapi baru saja memasuki Gurun Besar Fengge, badai pasir langsung mengamuk. Tak lama kemudian terbentuklah badai pasir raksasa yang membuat langit dan bumi gelap gulita.
Untungnya Han Sen dan kawanan sudah menemukan gua bawah tanah untuk berlindung dari badai pasir besar, sehingga terhindar dari momok bahaya.
Dengan kekuatan mereka, badai pasir biasa tentu tidak mempengaruhi raga mereka. Tapi badai pasir di Gurun Besar Fengge ini agak berbeda.
Han Sen yang duduk di dalam gua masih bisa mendengar suara aneh dari luar yang berdatangan gelombang demi gelombang, seolah ada wanita yang sedang berbisik lembut sambil bernyanyi di tengah deru badai.
Di tengah deru badai pasir yang menggelegar, suara nyanyian lembut itu masih jelas terdengar. Namun, tak bisa dibedakan lagu apa yang dinyanyikan, sungguh misterius. Dari sinilah asal nama Gurun Besar Angin Bernyanyi.
"Konon begitu suara nyanyian muncul dalam badai, jika ada yang masuk ke dalamnya tanpa tempat berlindung, bahkan Makhluk Dewa Super pun akan hancur terseret badai selamanya. Entah ini fakta atau mitos?" Sumera menyimak suara itu sambil memandang badai di luar.
"Sebaiknya jangan nekat menguji kebenarannya." Koki Wanita Komunitas Naga berkata dengan datar.
"Ada makhluk hidup yang mendekati gua." Han Sen mengerutkan alisnya, menatap ke arah mulut gua.
Koki Wanita Komunitas Naga dan Sumera segera menoleh ke mulut gua. Tapi yang terlihat hanya badai pasir hitam-kekuningan, sama sekali tak tampak bayangan apa pun.
Sumera melihat beberapa saat tanpa menemukan apa-apa. Saat sedang hendak menoleh untuk bertanya pada Han Sen, tiba-tiba sebuah siluet samar muncul dari badai pasir dan mulai mendekati gua bawah tanah.
Siluet itu tampak sangat mirip manusia. Beberapa orang di sana langsung waspada mengawasi sosok tersebut.
Hanya dalam beberapa langkah, sosok itu telah memasuki gua. Seluruh tubuhnya dipenuhi pasir hitam-kekuningan. Setelah beberapa kali menggemetar, barulah sikapnya bisa terlihat agak jelas.
"Han Sen?" Sebelum Han Sen dan yang lain sempat bereaksi, sosok berbalut pasir itu sudah memandang Han Sen sambil berseru dengan nada terkejut.
