Dang!
Sebelum Han Sen mencapai depan pintu istana Liuli, sepatu kristal itu sudah terlepas dari kakinya dan terbang tak sabar menuju istana.
Dari dalam istana Liuli, tiba-tiba muncul sepatu kristal yang sama persis. Bedanya, yang di kaki Han Sen adalah sepatu kiri sedangkan yang keluar dari istana adalah sepatu kanan - jelas ini sepasang.
Sepatu kristal sepasang itu bertemu di depan pintu, langsung menyatu dan berdenyut gembira, seolah ada penari tap dance transparan yang mengenakannya sedang menari riang.
Setelah sepatu kristal terlepas, Han Sen segera memulihkan kebebasannya. Ia langsung menghentikan laju tubuhnya dan berlari ke luar perlindungan.
Tapi saat ini di dalam perlindungan hampir tak ada makhluk hidup asing lagi. Para petarung super telah mengepung dari segala penjuru, mana mungkin memberi kesempatan Han Sen kabur.
Melihat para petarung kuat dari segala arah mengepung untuk membunuh, bahkan tanpa perlu Penguasa Tianwai bertindak, Han Sen sudah berada dalam posisi hampir mustahil selamat.
Di titik kritis ini, Han Sen justru menjadi tenang. Emosi negatif tak berguna sama sekali bagi kondisi yang dihadapinya sekarang.
Seperti aura pedangnya, semakin dekat dengan ujung maut, potensi Han Sen justru semakin terstimulasi. Keinginan untuk bertahan hidup di hatinya membesar berlipat-lipat kali.
Memandangi petarung super yang berdatangan dari segala penjuru, semangat Han Sen justru semakin jernih. Aura Dongxuan sepenuhnya terbuka, setiap gerakan makhluk hidup langsung terpantul di otaknya.
Pisau Split di tangannya bergerak laksana serangan pedang, mengikuti langkah kaki dan raganya yang bergerak serempak. Pertunjukan sulit dipahami pun dimulai.
Raga perkasa Sang Pembantai yang Merosot melepaskan tenaga yang mencengangkan. Tenaga ini dimanfaatkan Han Sen secara rasional hingga batas kemampuannya.
Bukan hanya tenaga Han Sen sendiri, para petarung super dari Perlindungan Tianwai pun menjadi bagian yang bisa dimanfaatkannya.
Langit-bumi sebagai papan catur, segala sesuatu sebagai buah caturnya. Di sinilah letak brilliancia Yitian Shu - tak hanya memanfaatkan tenaga sendiri, tapi juga mengubah seluruh kekuatan eksternal menjadi pion, bahkan musuh sekalipun bisa dijadikan alat permainan.
Kemampuan Jing Dongxuan dalam memecahkan rahasia mistis bagaikan cheat game kuat yang bisa melihat hukum alam, memahami isi hati lawan, dan mengetahui langkah buah catur mereka.
Kemampuan strategi luar biasa ditambah keahlian menguasai kesempatan pertama, dipadukan dengan tenaga kuat hasil transformasi Han Sen dan teknik pedang mendekati level legenda, membuat seluruh dirinya memasuki kondisi aneh.
Para petarung super dari Perlindungan Tianwai yang mengepung Han Sen tiba-tiba menyadari: di hadapannya mereka seperti bermain individual ketimbang melakukan serangan kelompok.
Rekan di sisinya tak bisa memberi bantuan, bahkan kadang menjadi penghalang yang membuat mereka merasa geraknya terbatas.
Yumiao yang hanya mengawasi dari kejauhan terpana: Han Sen dengan mudahnya melesat keluar dari kepungan puluhan petarung super, bagai menembus wilayah tak bertuan tanpa ada yang benar-benar bisa menghalangi langkahnya.
Saat ini Han Sen bagai menjelma menjadi Iblis sesungguhnya. Semua orang dimanfaatkannya dalam genggaman. Perubahan dinamika psikologi massa, saling hambat dan koneksi antar individu, berbagai kehalusan emosi dan peluang semuanya dieksploitasi secara tuntas olehnya. Lautan pasukan di matanya tak lebih dari pasir yang tercerai-berai.
Kilatan pedang yang bebas menari, raga bak mimpi buruk yang hidup—bagi petarung kuat Tianwai, kehadirannya laksana mimpi buruk yang mengusik.
"Yang Mulia, mohon turun tangan membasmi musuh!" Seruan panik terdengar memohon Penguasa Tianwai segera memenggal Han Sen. Meski jumlah mereka banyak, hasrat bertindak tak sebanding dengan kemampuan. Guncangan Han Sen terus tak terbendung, membayangkan dia akan segera menerobos keluar dari Perlindungan Tianwai.
Sorot mata serius Penguasa Tianwai tertancap pada Han Sen. Sebenarnya niat untuk turun tangan sudah lama menggelora, namun hingga detik ini ruang gerak untuk menyerang balik tak juga ditemukan.
Bukan karena teknik pedang Han Sen terlalu kuat sehingga tidak menemukan celah, melainkan karena setiap posisi yang dipilih Han Sen selalu berada di antara dirinya dan para petarung kuat Tianwai, membuat Penguasa Tianwai sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk bertindak.
"Kalian semua mundur!" bentak Penguasa Tianwai dengan suara berat. Bahkan dia harus mengakui bahwa Pembantai yang merosot ini benar-benar musuh terbesar, bukan lagi orang sembrono seperti dulu. Jika masih ada orang dalam di sekitar, dia bahkan tidak bisa menggerakkan tangan kecuali membantai mereka semua sekaligus.
Pengalaman seperti ini belum pernah dialami Penguasa Tianwai sebelumnya. Meski telah menghadapi jutaan pertempuran besar sepanjang hidupnya dan bertemu dengan petarung-petarung hebat tak terhitung jumlahnya, lawan seperti ini benar-benar pertama kalinya baginya.
Meski penuh kekecewaan, wibawa mutlak Penguasa Tianwai di Tianwai sama sekali tidak bisa ditentang. Mereka terpaksa membubarkan formasi sambil terus mengawasi Han Sen dari kejauhan dengan pupil-pupil yang memancarkan amarah dan kegeraman.
Begitu banyak petarung super mereka, ternyata tak bisa menahan seorang pendatang luar, hingga dengan gemilang menerobos masuk ke depan gerbang Perlindungan Tianwai. Ini jelas merupakan aib besar bagi Perlindungan Tianwai.
Saat semua orang bubar dalam sekejap, Penguasa Tianwai menghantamkan tinjunya. Seluruh ruang seolah menyusut menjadi satu titik, mengikuti tinjunya yang menghantam ke hadapan Han Sen.
Hati Han Sen tenang bagai sumur kuno yang tak beriak, tanpa setitik pun pikiran sampah. Memandang tinju yang seolah mewakili seluruh alam semesta itu, pisau Split di tangannya menyambar ke atas dengan gerakan menghunus pedang yang paling sederhana dan langsung, tanpa embel-embel anggun apapun.
Bak langit-bumi terbelah garis, rasa kontraksi itu lenyap tak berbekas. Raga Han Sen terpelanting di udara, mendarat di luar gerbang Perlindungan Tianwai. Sementara Penguasa Tianwai sendiri ternyata mundur setengah langkah sebelum berhasil menstabilkan posturnya.
Seluruh penghuni Perlindungan Tianwai panik. Sudah bertahun-tahun mereka tak melihat Penguasa mereka dipaksa mundur. Hal sederhana ini benar-benar di luar keyakinan mereka.
Hal yang bahkan lebih sulit dipercaya terjadi ketika mereka melihat ke luar gerbang—raga perkasa Pembantai yang Merosot tiba-tiba menghilang tanpa bekas, hanya menyisakan siluet manusia berpostur jenjang yang berdiri di sana.
Sosok yang berdiri itu tak lain adalah Han Sen. Raga-nya sudah tak mampu menahan pengeluaran energi transformasi Pembantai yang Merosot. Jika dipaksakan terus, tubuhnya akan pecah berkeping-keping, terpaksa ia membatalkan transformasi asimilasi.
Seluruh petarung super dari Perlindungan Tianwai terkejut tanpa alasan—ternyata yang mampu bertarung sejajar dengan Penguasa Tianwai hanyalah seorang manusia biasa. Fakta ini sama sekali tak bisa mereka terima.
"Benar-benar Han Sen!" Yumiao tidak tahan lagi menjerit. Meski kecurigaan sudah mengendap sejak lama, tetap saja ia sulit mempercayai bahwa itu memang benar sang Pembantai Legendaris itu.
"Manusia yang dulu sama sekali tidak dipedulikannya itu, kini ternyata mampu bertarung dengan petarung terkuat Tianwai tanpa ketinggalan, bahkan di tengah kepungan banyak petarung kuat Tianwai, berhasil keluar dari Perlindungan Tianwai dengan utuh, memperlakukan Perlindungan Tianwai seperti wilayah tak bertuan. Kemampuan dan kewibawaan seperti ini, berapa orang di dunia yang memilikinya?"
"Perlindungan Tianwai ternyata tidak istimewa!" Han Sen tertawa panjang lalu terbang ke langit, menghilang dalam sekejap di antara mega senja, hanya menyisakan gema tawa yang bergema lama.
