Makhluk dengan kekuatan yang lebih rendah tidak merasakan apa-apa terhadap serangan pedang ini. Namun para makhluk kuat yang mencoba memposisikan diri sebagai musuh Kaisar Enam Jalan, ekspresi mereka langsung berubah drastis. Mereka terkejut oleh semangat serangan ini dan merasa tidak sepadan untuk menghadapinya.
Para petarung kuat semuanya mengawasi Han Sen, ingin melihat bagaimana dia akan memecahkan serangan pedang Kaisar Enam Jalan.
"Apa Dewa B tidak masalah?" Tang Zhenliu menelan ludah. Meski tidak ahli dalam teknik pedang, dia tetap merasakan sedikit tekanan itu dan tak tahan bertanya.
Gu Qingcheng yang berdiri di samping berkata dengan datar: "Meski serangan pedang Kaisar Enam Jalan ini sangat kuat, seharusnya tidak bisa melukainya."
"Kenapa?" Baru saja Tang Zhenliu mengucapkan pertanyaan itu, pedang Enam Jalan sudah menusukkan ke hadapan Han Sen.
Di tubuh Han Sen, cahaya suci putih menyala-nyala berkilauan. Dengan mengangkat tangan dan menunjuk, jarinya menyentuh bilah Pedang Liu Dao. Terdengar suara "pak!" saat pedang itu terpental menyimpang dari orbitnya, hanya menyentuh pakaiannya tanpa melukai sedikit pun.
Para dewa Tianwai dan petarung super lainnya terlihat bingung. Bila makhluk biasa tak memahami kejeniusan serangan Kaisar Enam Jalan masih bisa dimaklumi, namun para petarung puncak sangat paham betapa mustahilnya memantulkan Pedang Liu Dao hanya dengan jari telunjuk.
Jalan Pedang Surgawi meminjam semangat langit-bumi dalam setiap sabetan. Gerakan jari itu bagai melawan kosmos sendiri. Bayangkan kekuatan yang mampu memantulkan alam semesta!
Untuk melakukan pantulan, harus ada kemampuan memecahkan aura pedang yang menyatu dengan alam. Tanpa itu, mustahil manusia dalam kosmos bisa menolak langit-bumi.
Gerakan jari Han Sen benar-benar membuat panik para petarung super. Bahkan Penguasa Tianwai pun tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
Tapi faktanya tidak serumit yang mereka bayangkan. Aura pedang Han Sen sendiri, yang berkembang pesat di depan bekas pedang Bukit Batu, sudah tidak kalah dari Enam Jalan. Bahkan dalam hal aura pedang, dia bahkan melampaui Enam Jalan.
Jadi aura pedang Enam Jalan tidak berpengaruh padanya. Adapun tekanan dari aura langit-bumi yang terkonsentrasi dalam satu pedang, sejujurnya bukanlah tenaga fisik, melainkan hanya meminjam semangat kosmos.
Tapi hal seperti aura tak berguna bagi Han Sen dalam status Super Di Ling. Jadi serangan pedang yang terlihat sangat kuat di mata petarung super, bagi Han Sen sama seperti tusukan biasa dari orang biasa. Asalkan tenaganya cukup, menghalanginya tidak terlalu sulit.
Super Gen Tuhan Han Sen sudah mencapai level maksimal. Kekuatan fisiknya sendiri tidak kalah dari Enam Jalan, jadi menghentakkan jari untuk membelokkan pedang bukanlah hal yang aneh.
Tapi di mata petarung super lainnya, hentakan jari Han Sen itu terlalu menggemparkan.
"Bagus!" Liu Dao menghela nafas pelan, sorot matanya memancarkan kegembiraan dan kefanatikan. Jari Han Sen yang membuka serangan pedangnya justru semakin membangkitkan minatnya.
Dengan pegangan terbalik, ia kembali menikamkan pedang. Berbeda sama sekali dengan serangan sebelumnya, tusukan ini membuat semua penonton gemetar seolah pedang itu menusuk diri mereka sendiri.
Han Sen mengenali jurus ini. Ini adalah Jalan Pedang Spiritual dalam ilmu pedang Liu Dao. "Spiritual" di sini bukan merujuk pada makhluk astral, melainkan makna filosofis tentang jiwa seluruh ciptaan.
Tusukan ini termasyhur tanpa pola baku. Satu sabetan pedang langsung menembus relung jiwa seluruh makhluk hidup.
Yang paling memahami kekurangan diri adalah diri sendiri. Jalan Pedang Spiritual menyerang jiwa manusia. Meski hanya satu tusukan, persepsi setiap makhluk hidup terhadapnya sama sekali berbeda.
Semua makhluk yang menyaksikan serangan ini seolah melihat pedang itu mengarah ke titik vital yang paling mereka takuti. Bahkan para penonton pun refleks ingin menghindar atau membentengi diri, diliputi kepanikan yang luar biasa.
Beberapa yang berkemauan lemah sudah terkejut hingga wajah pucat pasi, berdiri kaku seolah pedang itu menusuk diri mereka sendiri, langsung memuntahkan darah dari mulut.
Petarung super seperti Penguasa Tianwai yang berkemauan keras pun ekspresi wajahnya berubah sedikit, jelas ada riak di hati mereka.
"Teknik pedang yang luar biasa! Siapa sangka di antara makhluk roh ada ahli jalan pedang sehebat ini." Gu Qingcheng berdecak kagum.
"Apa jurus pedang aneh ini? Dia jelas menusuk koin emas, tapi kenapa aku merasa seolah pedang itu akan menembus dadaku?" Wang Yuhang bertanya dengan wajah masam.
"Ini adalah jalan pedang yang langsung menembus jiwa segala makhluk. Tanpa jurus tetap, lebih tepat dikatakan kita sendirilah yang mengendalikan pedangnya untuk menusuk titik lemah paling kita takuti." Gu Qingcheng menjelaskan.
"Ada hal seperti ini?" Tang Zhenliu membelalakkan matanya, merasa sulit mempercayainya.
Lin Feng dan Kyōgiri Kiri sama-sama termenung, akhirnya Kyōgiri Kiri membuka suara: "Artinya, sekarang koin emas sebenarnya sedang bertarung melawan dirinya sendiri? Pedang Enam Jalan dikendalikan oleh si koin emas sendiri, dan bahkan menusuk titik vitalnya sendiri?"
"Bagus. Makhluk sekuat apapun pasti memiliki emosi negatif seperti takut, khawatir, dll. Contohnya, jika seseorang terluka di tangan kirinya, orang lain mungkin tidak tahu. Tapi secara tidak sadar dia akan takut tangan kirinya terbentur, sehingga menimbulkan ketakutan. Ketakutan inilah yang menggerakkan pedang Enam Jalan untuk menusuk titik lemah yang dia anggap sebagai luka. Dengan kata lain, musuh akan dengan sukarela mengekspos titik lemahnya di hadapan Enam Jalan, bahkan sampai membunuh dirinya sendiri. Di era saya dulu, yang bisa menggunakan teknik pedang seperti ini bisa dihitung jari." Gu Qingcheng berkata dengan datar.
"Oh begitu, ini benar-benar teknik pedang yang mengerikan." Tang Zhenliu mengangguk kagum.
Dan pada saat itu, para petarung super yang memahami Jalan Pedang Spiritual menatap Han Sen dengan intens. Bukan karena mereka ingin melihat cara Han Sen memecahkan serangan pedang ini.
Sekalipun titik lemah diserang, makhluk hidup secara naluri akan menghindar. Umumnya Jalan Pedang Spiritual sulit membunuh musuh dalam sekali serangan, kecuali Kehendak lawan benar-benar lemah hingga mereka panik tak bisa bergerak dan tak punya kesadaran melawan. Jika tidak, menghindari Jalan Pedang Spiritual sebenarnya tak sulit.
Aspek paling mengerikan dari Jalan Pedang Spiritual adalah kemampuannya membuat lawan mengekspos celah dan kekurangan mereka sendiri, alih-alih langsung membunuh lawan.
Penguasa Tianwai dan petarung kuat lainnya sama sekali tak menganggap Kehendak petarung sekelas Koin Emas akan begitu lemah. Maka jelas serangan ini takkan bisa melukai Koin Emas.
Yang lebih ingin mereka lihat adalah: kelemahan apa yang akan diekspos Koin Emas. Bagaimana jika suatu saat nanti Koin Emas menang, atau ketika mereka harus bertarung melawannya? Dengan mengetahui titik lemah Koin Emas, tentu sangat menguntungkan.
Semua orang memiliki pikiran yang sama saat menatap Han Sen, ingin melihat bagaimana dia menyusun strategi.
Namun Han Sen sama sekali tidak bereaksi, bahkan tidak bergerak setapak pun. Sekali lagi jari telunjuknya memainkan badan pedang, langsung menghentak Pedang Liu Dao hingga terpental dan menyimpang dari orbitnya.
Semua orang langsung menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan yang tercampur keheranan. Koin Emas ternyata tidak menunjukkan reaksi apapun, juga tidak mengekspos kelemahan atau celah sedikitpun. Ini benar-benar sulit dipercaya.
Situasi seperti ini hanya mungkin terjadi dalam dua skenario: Pertama, konsentrasi Koin Emas sudah mencapai tingkat ketakutan nol dan bebas dari emosi negatif. Tapi selama masih makhluk hidup, mustahil tidak memiliki emosi negatif. Kondisi ini hampir mustahil terjadi, kecuali Tuhan yang Maha Tahu dan Maha Kuasa yang benar-benar tanpa ketakutan.
Kemungkinan kedua adalah fisik Koin Emas sudah sempurna tanpa cacat, sama sekali tidak memiliki titik lemah atau celah yang bisa diekspos.
Baik situasi yang mana pun, semuanya membuat mereka merasa sulit dipahami dan sulit diterima. Tidak ada satu pun kondisi yang seharusnya muncul pada entitas kehidupan non-Tuhan.
