Han Sen awalnya mengira akan sangat kesulitan menghadapi Jalan Pedang Nyawa Enam Jalan. Bagaimanapun juga, Jalan Pedang Nyawa merupakan esensi pemahaman seumur hidup Kaisar Enam Jalan terhadap seni pedang. Terlepas dari ikatan gerakan, yang tersisa hanyalah pemahaman paling purba tentang jalan pedang.
Dengan kemampuan pemahaman Kaisar Enam Jalan terhadap jalan pedang, saat digunakan pasti akan menjadi sesuatu yang luar biasa.
Ini adalah satu-satunya teknik pedang dalam Teknik Pedang Enam Jalan yang pernah Han Sen dengar penjelasannya langsung dari Kaisar Enam Jalan, namun belum pernah dilihatnya.
Bukan karena Kaisar Enam Jalan enggan menunjukkan padanya, melainkan Jalan Pedang Nyawa memiliki kriteria ketat akan pemahaman diri. Pemahaman dan teknik pedang orang lain, sekalipun dilihat, tetap percuma.
Han Sen hanya tahu serangan pedang ini kuat, tapi tak tahu seberapa kuat. Kini setelah menyaksikan, memang sangat kuat, namun bagi Han Sen justru ancamannya tak sebesar Pedang Darah.
Taktik tempur yang murni mengandalkan respons dan instink ini sangat cocok dengan keahlian Han Sen. Sebelum mendapatkan begitu banyak teknik gen super nuklir, dia memang bertarung hanya dengan naluri dan refleks.
Wawasan Enam Jalan memang ilahi, namun kemampuan tempur Han Sen juga tak kalah. Ditambah keunggulan medan energi Dongxuan, hasil pertarungan justru Han Sen yang mendominasi posisi atas.
Menyaksikan koin emas semakin menguasai Enam Jalan, para petarung kuat di sekitarnya tercekat ketakutan.
Sepuluh jari Han Sen bergerak-gerak, malah memaksa Enam Jalan mundur, semakin tak punya kesempatan membalas.
Jari telunjuk seperti pisau melesat, meninggalkan goresan darah di wajah Enam Jalan. Percikan darah beterbangan di udara, terlihat sangat merah menyala.
"Mengerikan, sungguh mengerikan. Sebenarnya siapa orang bernama Koin Emas ini?"
"Dewa B benar-benar luar biasa! Ini akan menjadi kekalahan Kaisar Enam Jalan!"
"Kuat, benar-benar kuat. Pantas disebut idola saya."
……
Beberapa semi-dewa dengan level lebih rendah awalnya tak memahami detail pertarungan, namun kini semuanya jelas terlihat. Semua paham Kaisar Enam Jalan sudah sepenuhnya diredam, bahkan membalas serangan pun semakin sulit.
Melihat luka di tubuh Kaisar Enam Jalan semakin banyak, bahkan Kaisar Bidang Ilahi mengerutkan kening dan bergumam: "Apakah Kaisar Enam Jalan benar-benar akan kalah?"
Gu Qingcheng juga berkata dengan wajah bermacam perasaan: "Tampaknya Enam Jalan benar-benar akan kalah."
Tapi Han Sen tidak berpikir begitu. Teknik Pedang Enam Jalan Liu Dao sudah sepenuhnya digunakan, hingga saat ini memang berhasil diredamnya dan berada di posisi inferior. Namun di hati Han Sen sama sekali tidak ada rasa santai akan kemenangan yang sebentar lagi diraih.
Pandangan Kaisar Enam Jalan tetap jernih, namun mengandung sensasi panas membara.
Perasaan Han Sen saat ini seperti menggunakan lumpur untuk menutup aliran sungai, atau melemparkan batu ke dalam gunung berapi. Sekilas terlihat sangat efektif, tapi membuat Han Sen mulai merasa khawatir—khawatir akan letusan dahsyat yang tertekan begitu lama.
Sudah sampai di titik ini, Han Sen tentu tidak bisa berhenti. Ia hanya bisa mempercepat serangan, berusaha mengalahkan Kaisar Enam Jalan sebelum letusan total terjadi, membuatnya tak punya kesempatan untuk meledak.
Darah beterbangan, daging dan tulang terkoyak. Luka di tubuh Kaisar Enam Jalan semakin mengerikan dan menakutkan. Tapi matanya justru semakin berkilau, semakin terang benderang.
Sampai saat seluruh tubuh Kaisar Enam Jalan mulai mengendur, Han Sen justru merasa seperti diawasi ketat oleh ular berbisa. Tanpa sadar dia mundur cepat, bulu keringatnya berdiri tegak. Matanya tak lepas dari sosok Kaisar Enam Jalan yang berlumuran darah namun masih tegak bagai gunung.
Pedang masih menggenggam di tangan Kaisar Enam Jalan, namun ujungnya terjuntai lesu ke tanah. Aura pedang megah yang biasanya menyelimuti dirinya kini sirna sama sekali, seolah dia hanyalah orang biasa yang tak paham ilmu pedang.
"Terima kasih. Tanpa dirimu, aku takkan bisa mencapai tahap ini." Sorot mata Kaisar Enam Jalan memancarkan panas membara saat menatap Han Sen.
Han Sen membisu menyaksikan perubahan itu. Justru saat Kaisar Enam Jalan tampak seperti manusia biasa inilah, nalurinya berteriak lebih keras: bahaya mematikan mengintai, jauh lebih mengerikan dari sebelumnya.
"Sebagai balasan, kumohon terima kan sabetan pedang terakhir ini. Inilah persembahan terima kasihku." Perlahan Kaisar Enam Jalan mengangkat Pedang Enam Jalannya, kilau logamnya menyapu udara.
Dengan terangkatnya Pedang Liu Dao, seluruh tenaga alam semesta seolah mengalir deras ke dalam pedang tersebut. Pedang itu bagai menjadi pusat kosmos, segala sesuatu tampak ada demi keberadaannya.
"Liu Dao Kembali Menyatu?" Ekspresi Han Sen berubah pucat pasi.
Jalan Hati yang memusat, Jalan Surgawi yang menyatukan langit-bumi, Jalan Suara yang sunyi nan agung, Jalan Roh yang merangkum seluruh kehidupan, Jalan Darah yang mencapai puncak vitalitas, serta Jalan Takdir yang memahami hakikat kehidupan.
Penyatuan Enam Jalan ini membuat Kaisar Enam Jalan menyatu dengan alam semesta bagai penguasa pedang agung. Pedangnya menjadi poros kosmos, memadatkan energi pedang tak tertandingi.
Boom!
Energi terkonsentrasi yang luar biasa kuat ini bahkan merobek medan perang para dewa yang seharusnya abadi. Tanah terkikis membentuk kawah raksasa, membuat tubuh Kaisar Enam Jalan yang berdiri di sana terangkat mengambang, ditopang gelombang energi kosmis yang bergemuruh.
Banyak petarung kuat yang menyaksikan pertarungan ini tercengang, mereka menyadari tenaga mereka sendiri ternyata seperti tertarik magnet, mengalir keluar dari tubuh, seolah ingin menyatu dengan kekuatan langit-bumi yang juga terserap ke dalam Pedang Enam Jalan.
Berbagai makhluk panik mengerahkan tenaga mereka untuk mencegah kebocoran, namun yang lebih lemah tidak bisa menghentikan kebocoran tenaga mereka sendiri, sehingga menjadi bagian dari kekuatan Pedang Enam Jalan.
Syukurlah makhluk yang lebih kuat masih bisa mencegah kebocoran tenaga mereka, sehingga mereka sedikit tenang. Kalau tidak, takkan ada yang berani menyaksikan duel ini - mungkin semua orang sudah kabur.
"Enam Jalan sudah hampir menyamai Tuhan!" Penguasa Tianwai memandang Kaisar Enam Jalan yang bagai penguasa pedang, wajahnya bergeming.
Banyak petarung top juga mengeluarkan decak kagum: "Setelah pertarungan ini, Kaisar Enam Jalan mungkin tak lama lagi akan naik menjadi Tuhan."
“Ternyata berhasil mencapai terobosan di saat seperti ini, Liu Dao hanya selangkah lagi bisa naik menjadi Tuhan, koin emas akan menghadapi masalah.” Bahkan Gu Qingcheng pun menunjukkan raut wajah serius.
Tang Zhenliu dan yang lain saat ini tercekat tak bisa bicara, meski hanya melalui gambar dari prasasti dojo, aura pedang tak terbatas itu hampir membuat mereka sesak napas.
“Aku adalah pedang, pedang adalah aku. Satu pedang menjelma enam jalan, enam jalan kembali menyatu.” Saat Pedang Liu Dao menunjuk cakrawala, wibawa Kaisar Enam Jalan mencapai puncaknya. Setiap katanya bagai firman Tuhan—hanya mendengar suaranya saja sudah membuat makhluk gemetar. Makhluk dengan kehendak lemah telah merangkak di tanah, menyembah Liu Dao layaknya benda biasa yang memuja Tuhan.
Makhluk berkehendak kuat pun tertekan oleh wibawa pedang itu, hampir-hampir ingin memuntahkan darah.
Suara baru saja berakhir, Kaisar Enam Jalan langsung menghantam dengan pedangnya. Kilatan pedang memenuhi seluruh medan pertempuran, dalam sekejap menelan seluruh medan perang beserta Han Sen di dalamnya ke dalam kilatan pedang.
Pada detik ini, Kaisar Enam Jalan terlihat tak terkalahkan bagaikan Tuhan. Semua orang mengira ini akan menjadi akhir segalanya.
