Dari penuturan Bao'er, Han Sen memahami kronologi kejadian lengkapnya. Semakin yakin bahwa wanita itu pastilah anggota organisasi Dewa.
Han Sen dari awal sampai akhir merengut sama sekali tidak bicara. Setelah mendengar semuanya, dia bertanya beberapa hal lagi. Dia tidak marah, juga tidak berkata apa-apa, hanya menyuruh Bao'er terus beristirahat. Sementara itu, dia sendiri pergi ke Dojo Bintang.
Organisasi Dewa sangat kuat. Anggota inti mereka adalah makhluk yang telah mencapai Sanctuary Kelima. Selain itu, jelas mereka masih memiliki lebih banyak rompi anti peluru genetik di tangan.
Han Sen tahu, jika ingin benar-benar memberantas ancaman ini, dia harus berdiri setara dengan mereka.
"Tenaga, aku butuh tenaga yang lebih kuat." Langkah Han Sen menuju Dojo Bintang diiringi kobaran amarah yang membakar dalam hatinya.
Sudah lama dia tidak merasakan ketidakberdayaan seperti ini. Ternyata dia sama sekali tidak menyadari anggota organisasi Dewa yang menyasar Xiao Hua dan Bao'er. Jika bukan karena Bao'er, dia tidak berani membayangkan konsekuensi mengerikan apa yang akan terjadi.
"Lebih kuat! Aku harus menjadi lebih kuat!" Raga Han Sen perlahan berubah menjadi Super Di Ling. Saat melangkah masuk ke Prasasti Jalan Suci, seluruh tubuhnya telah mencapai status Super Di Ling sepenuhnya.
Hari ini adalah waktu pertarungannya melawan Manusia Aneh Berzirah. Awalnya dia masih ragu-ragu apakah akan bertarung atau tidak, karena tidak memiliki keyakinan penuh bisa mengalahkan Manusia Aneh Berzirah. Dia enggan saling melukai parah. Tapi sekarang Han Sen sama sekali tidak ragu lagi, karena dia menyadari tidak punya jalan mundur. Dia harus memperkuat diri lebih cepat untuk menghadapi musuh-musuh kuat yang belum diketahui.
Medan perang para dewa sudah penuh sesak oleh berbagai ras makhluk hidup. Bahkan di dojo-dojo berbagai perlindungan, sudah padat merata. Semua makhluk ingin tahu apakah Koin Emas akan bertarung melawan Manusia Aneh Berzirah.
"Benar-benar datang, sepertinya Koin Emas masih tidak rela kalah."
"Datang pun percuma, kekuatannya memang lebih lemah dari Pria Berzirah."
"Bisa menyaksikan pertarungan seperti ini juga bagus. Koin Emas mungkin bisa membuat Pria Berzirah menampakkan sedikit lagi kemampuannya."
Melihat siluet yang menyebarkan cahaya ilahi putih menyala-nyala muncul di atas medan pertempuran, semua makhluk yang menyaksikan pertarungan itu bergetar oleh kegembiraan. Menang atau kalahnya Sang Koin Emas, sebagian besar orang tidak peduli. Tapi bisa menyaksikan perang besar seperti ini, tidak diragukan lagi membuat mereka semua bersemangat.
"Apakah Dewa B tidak masalah?" Bahkan Tang Zhenliu pun tidak tahan lagi merasa khawatir. Performa pria berbaju zirah itu benar-benar terlalu tangguh, sampai-sampai membuat orang tidak melihat harapan untuk mengalahkannya.
Luka Gu Qingcheng sudah hampir sembuh. Ia juga datang ke dojo untuk menyaksikan pertarungan melawan ini. Tapi selama ini dia terus diam, hanya mengawasi siluet Sang Koin Emas dan pria berbaju zirah yang baru saja memasuki arena.
Luo Haitang juga mengamati duel ini dengan raut wajah serius.
Hampir semua petarung kuat dari Perlindungan Keempat sedang memperhatikan pertarungan ini. Di antara para petarung tersebut, ada satu makhluk yang sangat spesial.
Itu adalah makhluk yang mirip naga. Hanya saja di kepalanya tumbuh empat pasang mata, delapan bola mata yang terbagi dalam dua baris, hampir mencapai atap kepala.
Kedelapan mata itu berbeda dari mata biasa, setiap mata terlihat seperti Tai Chi, hitam-putih kontras dengan pupil putih di bagian hitam dan pupil hitam di bagian putih, tampak sangat aneh.
"Mata Dewa, Yang Mulia memerintahkan untuk mengamati baik-baik makhluk apa sebenarnya mereka. Pastikan jangan sampai gagal memenuhi tugas Yang Mulia." Di samping naga bermata delapan, seekor makhluk mirip tupai berteriak.
"Tenang saja! Dengan Mata Dewa-ku, mana mungkin tidak bisa mengenali monster apa mereka?" Mata Dewa berkata penuh keyakinan sementara delapan mata Yin-Yang Tai Chi-nya tertuju pada cahaya bayangan di prasasti dojo.
Mata Yin-Yang Tai Chi terus berputar, seolah ingin menarik cahaya bayangan itu masuk ke dalam pupilnya. Perlahan-lahan siluet sosok mulai muncul di dalam matanya.
Tapi yang aneh, sosok yang terpantul di matanya bukan Han Sen maupun pria berbaju zirah, melainkan kerangka seperti giok putih.
Kerangka tulang belulang itu menyatu bagaikan kristal dan giok, di dalam rongga matanya berkobar kilauan api yang mengerikan, di celah-celah antar tulang juga menyala nyala es, terlihat begitu mistis sekaligus megah.
Mata Dewa mengamati sejenak, lalu tersenyum: "Pria berbaju zirah itu adalah makhluk mutan tulang belulang, sama sekali bukan manusia. Tenangkan Yang Mulia, bagi Mata Dewa ini sangat sederhana."
"Bagaimana dengan yang satunya? Makhluk apa sebenarnya koin emas itu?" Tupai itu masih belum puas, menunjuk siluet Han Sen.
"Tunggu, aku akan periksa." Cahaya bayangan di delapan Mata Yin-Yang Tai Chi Mata Dewa menghilang, kemudian beroperasi kembali. Perlahan, sosok baru mulai muncul di delapan matanya.
Kali ini yang terlihat adalah wujud Super Di Ling Han Sen: helai panjang putih menyala sepanjang lutut, cahaya suci berkobar-kobar di seluruh tubuhnya, presisi sempurna tanpa cacat cela.
Tupai terus menatap mata Mata Dewa, setelah melihat siluet Han Sen terpantul di dalamnya, langsung berteriak: "Apakah Mata Dewa-mu bermasalah? Kenapa yang terpantul tetap penampilannya yang sekarang?"
Mata Dewa mengerutkan kening berkata: "Mata Dewa-ku sama sekali tidak mungkin salah. Jika yang terpantul tetap wujudnya, berarti ini adalah tubuh aslinya."
"Artinya, dia bukan manusia?" Tupai bertanya.
"Sepertinya tidak..." Mata Dewa menatap Han Sen di lapangan, ragu-ragu menjawab.
Di medan gaya, setelah pria berbaju zirah masuk, kilauan api mengerikan menyelimuti seluruh tubuhnya. Seperti dewa es dan api, dia melangkah maju langkah demi langkah ke arah Han Sen. Setiap langkah, kilauannya menguat satu tingkat. Belum sampai di hadapannya, cahaya itu sudah menyelimuti lebih dari separuh medan pertempuran.
Kilauan api mengikuti gerakan pria zirah, seolah-olah seluruh langit-bumi berubah menjadi kilauan api yang mendominasi Han Sen.
Semua orang menahan napas, aura tekanan itu terlalu mencekam, membuat mereka tanpa sadar menghentikan pernapasan, mata mengawasi ketat Han Sen.
Han Sen langsung memanggil malaikat kecil untuk bergabung dengannya. Orang lain tak melihat malaikat itu, hanya menyaksikan cahaya suci menyembur dari tubuhnya bagai gunung berapi meletus. Sepasang sayap putih salju terkembang di punggungnya, cincin malaikat muncul di atas kepala, sementara pedang besar transparan di tangannya memancarkan aura kebenaran mutlak dan kemurnian sempurna dalam cahaya suci.
Setelah bergabung dengan malaikat kecil, Han Sen mulai mengaktifkan jurus rahasia darah dan nyawa. Perubahan kembali terjadi pada raganya - darah mengalir keluar dari pembuluh darah, merembes ke setiap organ, daging, dan tulang. Tubuhnya kini sama sekali berbeda dari manusia biasa, bahkan makhluk hidup umum sekalipun.
Merasakan tenaga dahsyat yang mengalir di setiap sel, tanpa keraguan sedikit pun Han Sen memanggil Menara Takdir Langit. Pertarungan hari ini harus dimenangkannya.
Saat Menara Takdir Langit muncul sekejap, mata pria berbaju zirah memancarkan kilauan dingin yang tajam, mengawasi ketat Menara Takdir Langit di tangan Han Sen, sementara kilauan api di tubuhnya menjadi semakin mengerikan.
Makhluk-makhluk yang menyaksikan pertarungan merasa heran melihat Koin Emas memanggil inti gen berbentuk menara logam, bukan koin emas atau Inti Gen Darah Tertiup miliknya.
Menara Takdir Langit telah menghilang terlalu lama, sebagian besar makhluk hanya mendengar legenda saja. Tak ada yang pernah melihat wujud aslinya, dan tak terpikir bahwa menara di tangan Han Sen adalah Menara Takdir Langit yang sesungguhnya.
